Pernyataan yang diungkapkan Ronaldo sangat tidak sesuai dengan statusnya saat ini. Sebagai pemain aktif, ia tidak pantas melontarkan opini sensitif terhadap klub yang hingga saat ini masih menggaji dirinya. Sebagai pemain profesional, di mana etikanya? Padahal ia ‘makan gaji’ terbesar dengan nilai sebesar 500 ribu poundsterling lebih per minggu, tanpa tertunggak seperti Frenkie de Jong. Isi wawancara tersebut mungkin masih dapat diterima jika Ronaldo tidak lagi bermain untuk Manchester United.
Ronaldo sengaja melakukan wawancara ini sebelum jeda Piala Dunia. Ia tahu betul bahwa dia tidak akan melihat wajah ten Hag dan para eksekutif klub selama sebulan ke depan. Jika tidak ada Piala Dunia pada November ini, masihkah ia berani melakukannya? Belum tentu. Bagaimana bisa mengharapkan sikap jantan dari pemain senior yang lari dari stadion?
Sebagai pemain yang kini berusia 37 tahun, para fans Man United akan berharap Ronaldo bisa lebih bijak dalam menghadapi situasinya di klub. Jika memang benar ingin hengkang, ia bisa tinggal meminta ten Hag untuk memasukannya dalam daftar transfer, entah di musim dingin ini atau di musim depan.
Hal serupa dilakukan Robert Lewandowski saat dia meminta dijual karena tak ingin memperpanjang kontraknya di Bayern München yang menyisakan 1 tahun lagi. Alhasil, permintaan tersebut dikabulkan dan striker Polandia itu pindah ke Barcelona.
Jika betul keluarganya bermasalah pada pra-musim lalu, bisakah ia mengklarifikasi rumor di musim panas yang mengabarkan bahwa ia dan agennya sedang mencari klub baru? Wawancara tersebut merupakan tempat yang pas untuk memberi kejelasan mengenai rumor tersebut, tapi tidak dilakukan.
Terakhir, statusnya sebagai ‘GOAT’ (Greatest of All Time) membuat banyak orang mengidolakannya, termasuk pesepakbola muda. Namun dengan tingkahnya akhir-akhir ini, apakah CR7 masih menjadi sosok yang baik jadi panutan para anak-anak muda? Bagaimana nasib pesepakbola muda kelak? Karena sejatinya, sifat arogan seperti inilah yang nantinya akan melahirkan monster baru, seperti Mbappe sebagai contoh paling bagus.
Masih pantaskah Ronaldo disebut ‘GOAT’? Soal itu biar anda yang menilai. Dari Ronaldo mungkin kita bisa mengambil pelajaran; seseorang dikatakan hebat bukan di awal perjalanannya, tapi di akhir. Sama seperti sepak bola, penguasaan bola 90 menit tidak ada artinya tanpa penyelesaian yang baik ke gawang lawan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H