Mohon tunggu...
Kevin William
Kevin William Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Football Enthusiast

Menimba ilmu hingga sejenius Guardiola, sambil memahat kata seindah Peter Drury.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Blunder Besar, Masih Pantaskah Ronaldo Disebut 'GOAT'?

16 November 2022   07:20 Diperbarui: 17 November 2022   19:07 644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: sportingnews.com

Keceriaan fans Setan Merah atas kemenangan Manchester United pada Minggu dini hari lalu (14/11) dirusak seketika oleh ‘bos besar’ di dalam klub.

Bukan, bukan ten Hag yang dimaksud dengan ‘bos besar’, tapi sang legenda bernomor 7, Cristiano Ronaldo. Namanya dan Piers Morgan sedang ramai dibicarakan di Twitter sejak dua hari terakhir.

Apa yang Terjadi?

Ronaldo melakukan sebuah sesi wawancara dengan wartawan senior Inggris, Piers Morgan. Hasil wawancara itu direkam dan dirilis oleh Piers Morgan dalam programnya, Piers Morgan Uncensored, 4 jam setelah pertandingan Fulham vs Manchester United selesai. Piers Morgan membagikan cuplikan wawancara tersebut di Twitter @piersmorgan dan @PiersUncensored, di mana cuitannya langsung viral dalam sekejap. Wawancara tersebut juga terbit di koran Inggris, The Sun.

Di sana Ronaldo mengungkapkan ‘unek-unek’-nya selama kedatangannya di Old Trafford untuk kali kedua, yang malah memperkeruh hubungannya dengan Manchester United. Di dalam wawancara tersebut ia menyinggung beberapa pihak, mulai dari petinggi klub, manajer, hingga mantan rekannya di Man. United, seperti Gary Neville dan Wayne Rooney.

Rengekkan Sang ‘GOAT’

Pertama, Ronaldo mengungkapkan bahwa ia merasa dikhianati oleh klubnya. Menurutnya, beberapa pihak di Manchester United mencoba membuangnya dari klub tidak hanya di awal musim ini, tapi juga sejak musim lalu.

Selanjutnya, Ronaldo juga menyerang Erik ten Hag dalam wawancara tersebut. “Saya tidak memiliki rasa hormat untuk ten Hag karena dia tidak menghormati saya. Jika anda tidak punya rasa hormat dengan saya, saya tidak akan pernah menghormati anda.” ungkap kapten timnas Portugal itu pada Piers Morgan.

Ten Hag bukan satu-satunya manajer yang ia serang. Selanjutnya, Ronaldo juga menyinggung manajer sementara yang menangani Setan Merah musim lalu, Ralf Rangnick. “Jika anda saja bukan seorang pelatih, bagaimana anda bisa melatih di Manchester United? Saya bahkan tidak pernah mendengar tentangnya sebelumnya.”

Ronaldo juga mengkritik Manchester United yang menurutnya tidak berprogres sejak kepergian Sir Alex Ferguson. “Saya ingin yang terbaik untuk Manchester United. Inilah alasan saya datang, tapi anda memiliki sesuatu di dalam klub yang menghalangi untuk mencapai level top seperti Man City, Liverpool, bahkan Arsenal.” Menurutnya, sulit untuk Manchester United berada di level top dalam 2-3 tahun ke depan.

Mengenai absennya Ronaldo selama pra-musim, dirinya mengaku bahwa pada saat itu ia memiliki masalah keluarga, namun para jajaran eksekutif klub tidak mempercayai alasan tersebut, yang kemudian membuatnya kecewa.

“Para eksekutif di Manchester United tidak 100% percaya bahwa anak saya yang baru lahir sedang sakit. Hal itu menyakitkan karena mereka tidak mempercayai saya. Itulah mengapa saya tidak hadir di kamp pra-musim. Saya harus hadir untuk keluarga saya.” curhatnya pada Piers Morgan.

Mengenai Wayne Rooney dan Gary Neville yang mengkritiknya akhir-akhir ini, pada wawancara ini ia melakukan serangan balik pada kedua mantan rekannya itu.

“Saya tidak tahu mengapa dia mengkritik saya sebegitu buruk, mungkin karena dia telah mengakhiri karirnya pada usia 30an, sedangkan saya masih bermain di level tertinggi. Saya tidak akan bilang bahwa saya terlihat lebih baik darinya, yang mana benar adanya.” sentil Ronaldo untuk Rooney dalam wawancara tersebut.

Ketika Piers Morgan menanyakan insiden Gary Neville yang diabaikan Ronaldo di lapangan pada beberapa waktu lalu, ia merespon “orang-orang memiliki opininya masing-masing tapi mereka tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, misalnya di dalam kamp latihan bahkan dalam kehidupan saya.” Menurutnya, mereka seharusnya tidak hanya mendengar dari satu sudut pandang, tapi juga mendengarkan sudut pandang dirinya. Ronaldo juga membantah secara tegas ketika ditanya apakah mereka masih berteman. “Mereka bukan teman saya.” katanya. Bagi Ronaldo, Gary Neville hanya menggunakan dirinya untuk ketenaran di TV.

Wawancara ini mirip seperti yang dilakukan artis-artis Indonesia saat memberi klarifikasi atas masalah mereka. Bukannya menuai simpati, Ronaldo justru menuai cibiran dari netizen dan media.

Apa Kata Mereka?

Jamie Carragher, mantan pemain Liverpool yang kini menjadi pundit di Inggris memberikan pendapatnya terhadap penyataan Ronaldo melalui cuitannya di Twitter.

Menurutnya, walaupun sosok Ronaldo sangat besar di Manchester United, sebagian besar orang akan berada di pihak ten Hag. Perkembangan permainan United di bawah ten Hag pada musim mendukung hal tersebut.

Berbeda dengan Carragher, Piers Morgan mendukung kritik yang dilontarkan Ronaldo terhadap klubnya.

Ia membenarkan bahwa memang Manchester United sedang tidak berada di level top dengan fakta kini mereka duduk di peringkat 5 dan bermain di Liga Europa daripada di Liga Champions.

Mark Goldbridge, Youtuber “The Stand United” melihat wawancara ini sebagai perpisahan antara sang pemain dengan Man United.

Menurut laporan terakhir, Erik ten Hag tidak akan memakai jasa Ronaldo di klub setelah melihat wawancaranya dengan Piers Morgan.

Kabar ini kemungkinan besar benar, mengingat selama ini ten Hag tidak bermasalah ketika timnya bermain tanpa Ronaldo. Rencana apa yang dimilikinya untuk Ronaldo ke depan belum dapat diketahui. Namun ten Hag sebagai pelatih klub telah membuat keputusan yang tepat.

Bos yang Tak Bisa Diatur

Sejak kedatangannya di musim lalu, rasanya lebih mudah mengingat kontroversi yang ditimbulkan sang ‘GOAT’ daripada gol-golnya untuk Manchester United. Dengan adanya wawancara ini, momen kehebatannya selama di Old Trafford semakin tertutupi. Namun sepertinya Ronaldo tidak peduli dengan semua itu.

Walaupun menerima gaji tertinggi per minggu di klubnya, ia tetap merasa menjadi korban; karena selama di Manchester ia tidak pernah berperan sebagai pemain, tapi seorang bos. Seorang bos akan merasa tak nyaman ketika menerima perintah dari pihak yang lebih tinggi darinya, di sini konteksnya ialah seorang pelatih.

Masih teringat jelas di ingatan para fans Man United pada saat Ronaldo menunjukan sifat kekanak-kanakannya saat ditarik keluar oleh Rangnick di laga melawan Brentford musim lalu. Lucunya, sikapnya ini mirip dengan anak sekolahan yang sedang main futsal, lalu ‘ngambek’ saat tiba saatnya harus bergantian dengan temannya.

Dengan pengakuannya yang tak pernah mendengar Rangnick sebelumnya, maka tak heran kenapa dia tidak bisa menjalankan sistem permainan yang diterapkan Rangnick pada musim lalu; karena ia seorang pesepakbola kolot yang tidak mengenal gegenpressing yang dicetuskan oleh pelatih asal Jerman tersebut.

Di bawah ten Hag, mungkin Ronaldo tidak berani mencak-mencak seperti dengan Rangnick, namun ia bisa ‘lari’ dari pelatih Belanda tersebut. Di musim ini, sudah 2 kali Ronaldo meninggalkan lapangan lebih dulu. Pertama saat pra-musim kontra Rayo Valecano, di mana ia ditarik keluar pada akhir babak pertama; kedua saat Man United menang atas Tottenham dengan skor 2-0, di mana ia menolak dimasukkan dari bangku cadangan.

Dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa sebagus dan sebijak apa pun keputusan pelatih, jika tidak menguntungkan dirinya, maka 'sang bos besar' akan merasa tersinggung atas itu.

Lagipula, apa yang dapat membenarkan dirinya merasa demikian? Secara statistik, musim ini CR7 baru mencetak 3 gol dari total 16 pertandingan bersama Man. United. Jika dengan catatan tersebut Ronaldo bisa berlaku seperti bos, maka Messi mungkin pantas berlaku seperti Tuhan.

Pantaskah Ronaldo mengadu?

Pada dasarnya, sah-sah saja bila seseorang ingin mengungkapkan isi hatinya ke publik, karena siapapun punya hak untuk bersuara. Benar atau tidaknya pernyataan yang disampaikan Ronaldo kita tidak akan pernah tahu. Namun, timing adalah hal yang penting dalam berkomunikasi; dan Ronaldo jelas mengabaikan hal ini.

Pernyataan yang diungkapkan Ronaldo sangat tidak sesuai dengan statusnya saat ini. Sebagai pemain aktif, ia tidak pantas melontarkan opini sensitif terhadap klub yang hingga saat ini masih menggaji dirinya. Sebagai pemain profesional, di mana etikanya? Padahal ia ‘makan gaji’ terbesar dengan nilai sebesar 500 ribu poundsterling lebih per minggu, tanpa tertunggak seperti Frenkie de Jong. Isi wawancara tersebut mungkin masih dapat diterima jika Ronaldo tidak lagi bermain untuk Manchester United.

Ronaldo sengaja melakukan wawancara ini sebelum jeda Piala Dunia. Ia tahu betul bahwa dia tidak akan melihat wajah ten Hag dan para eksekutif klub selama sebulan ke depan. Jika tidak ada Piala Dunia pada November ini, masihkah ia berani melakukannya? Belum tentu. Bagaimana bisa mengharapkan sikap jantan dari pemain senior yang lari dari stadion?

Sebagai pemain yang kini berusia 37 tahun, para fans Man United akan berharap Ronaldo bisa lebih bijak dalam menghadapi situasinya di klub. Jika memang benar ingin hengkang, ia bisa tinggal meminta ten Hag untuk memasukannya dalam daftar transfer, entah di musim dingin ini atau di musim depan.

Hal serupa dilakukan Robert Lewandowski saat dia meminta dijual karena tak ingin memperpanjang kontraknya di Bayern München yang menyisakan 1 tahun lagi. Alhasil, permintaan tersebut dikabulkan dan striker Polandia itu pindah ke Barcelona.

Jika betul keluarganya bermasalah pada pra-musim lalu, bisakah ia mengklarifikasi rumor di musim panas yang mengabarkan bahwa ia dan agennya sedang mencari klub baru? Wawancara tersebut merupakan tempat yang pas untuk memberi kejelasan mengenai rumor tersebut, tapi tidak dilakukan.

Terakhir, statusnya sebagai ‘GOAT’ (Greatest of All Time) membuat banyak orang mengidolakannya, termasuk pesepakbola muda. Namun dengan tingkahnya akhir-akhir ini, apakah CR7 masih menjadi sosok yang baik jadi panutan para anak-anak muda? Bagaimana nasib pesepakbola muda kelak? Karena sejatinya, sifat arogan seperti inilah yang nantinya akan melahirkan monster baru, seperti Mbappe sebagai contoh paling bagus.

Masih pantaskah Ronaldo disebut ‘GOAT’? Soal itu biar anda yang menilai. Dari Ronaldo mungkin kita bisa mengambil pelajaran; seseorang dikatakan hebat bukan di awal perjalanannya, tapi di akhir. Sama seperti sepak bola, penguasaan bola 90 menit tidak ada artinya tanpa penyelesaian yang baik ke gawang lawan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun