Mohon tunggu...
Vincent Setiawan
Vincent Setiawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - A person who loves to write and inspire others

I love to live a life that full with logic. I love to write for inspiring you and helps you escape this mystical night ride

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Rencanakan Matimu mulai Sekarang

17 Juli 2024   20:01 Diperbarui: 17 Juli 2024   20:24 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kematian mungkin merupakan momok menakutkan dalam hidup. Banyak orang takut dalam menghadapi kematian, entah karena takut kehilangan hartanya yang banyak, kehilangan keluarganya, atau bahkan oleh dongeng-dongeng seperti siksaan yang tak terperikan di alam yang berikutnya. 

Tetapi, saya katakan kali ini, RENCANAKANLAH MATIMU!

Beberapa hal ini akan menjadi penjelasan akan mengapa kita harus merencanakan kematian kita. Meskipun, mungkin sebagian dari kita masih sangatlah muda dan merasa ajal berada nan jauh di sana.

A Good Death Plan Leads To A Good Life

Stephen Covey dalam bukunya the 7 habits menjelaskan bahwa ketika kita ingin membangun suatu rencana, bangunlah dari akhirnya. Dan ini pulalah yang harus kita lakukan dalam banyak hal, termasuk dalam perencanaan hidup kita. 

Apa yang mau kita capai sebelum kita mati? Apa yang ingin orang-orang ingat ketika kita mati? Apa yang ingin kita tinggalkan sebelum mati? Berapa orang yang kalian inginkan untuk datang ketika kalian mati? Dan dengan cara apa kalian ingin mati? 

Semua itu akan menjadi dasar dari kita membangun perencanaan kehidupan kita. Misal, kita memiliki target, sebelum mati di umur 55 kita harus punya 700jt rupiah di tabungan, agar anak-anak kita tidak kelaparan. Dengan angka dan juga batas waktu yang jelas seperti itu, kita jadi memiliki tujuan dan target kehidupan yang jelas. 

Supaya kita dapat 700jt tersebut, apa yang kita lakukan? Apa yang dapat kita pangkas dari pengeluaran? Bagaimana cara mendapatkan uang sebesar itu? Dan lainnya.

Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan menggiring kita dalam membangun planning kehidupan yang jelas. Misal, untuk mencapai 700 juta rupiah, maka kita akan mulai menabung di saham blue chip yang secara fundamental akan tahan hingga puluhan tahun ke depan. Atau dengan target tersebut, maka kita akan sebisa mungkin berolahraga untuk membuat angka 55 tahun tersebut tercapai oleh kita. 

Without Goals We're Lost

Dan sekali lagi, mengapa kita harus merencanakan kematian kita, adalah agar kita punya goal. Dalam hidup, menurut Camus, manusia seperti Sysiphus yang mendorong batu menuju sebuah bukit lalu batu tersebut akan menggelinding kembali ke bawah. Ini sama dengan bagaimana kita harus memiliki goals dalam banyak hal. 

Namun satu yang membedakan kita dengan Sysiphus tadi, Sysiphus tidak akan mengalami pemberhentian dalam goals-goals yang ingin dia capai. Sedangkan manusia, memiliki ending dari semua perjalanan hidupnya, alias ini seharusnya menjadi goals paling ujung dan ultimate yang manusia miliki. Yaitu, tentu saja, kematian itu sendiri.

Dan satu yang membuat Sysiphus pada akhirnya terus mendorong batu tersebut lagi dan lagi setiap waktunya adalah karena Sysiphus tahu kalau bukit di depannya itu tidak selesai. Bayangkan ketika bukit di depannya tiba-tiba hilang, Sysiphus yang dihukum harus mendorong batu ke atas bukit akan merasa kebingungan. Begitupun dengan manusia. 

Manusia hanya dapat hidup sesuai tracknya apabila mereka selalu memiliki goals. Dan manusia di satu titik bisa saja kehilangan goals-goals lain dalam hidup. Namun, jika kita memiliki goals tentang kematian kita dan apa yang akan kita lakukan sebelum kita mati, maka hidup kita tidak akan pernah kehilangan arah. Karena kematian itu adalah keniscayaan, mereka selalu ada di depan kita, entah jaraknya dekat ataupun jauh. Selama kita tahu di depan sana ada bukit yang harus kita capai puncaknya, percayalah kalau kita tidak akan pernah kehilangan arah. 

Si Vis Pacem Para Bellum

If you want peace, prepare for battle

Setidaknya itulah yang dianjurkan oleh para Jenderal Romawi kepada bawahannya sebelum mereka berperang. Dan itu pun yang harus anda lakukan terhadap kematian. Banyak orang yang takut bahwan setelah meninggal akan ada kehidupan yang selanjutnya. Entah itu berbentuk reinkarnasi, surga-neraka, atau bahkan siksaan di alam kubur. 

Bagi saya yang tidak percaya hal seperti itu sih bukan menjadi masalah. Tidak perlu saya siapkan perangnya. Tetapi bagi yang percaya, menyiapkan goals kematian adalah hal yang paling logis untuk kalian mengantisipasi hal tersebut benar-benar ada. 

Berbuat baik dan hidup dengan baiklah kepada sesama, beribadahlah dengan tulus ikhlas, menjadi berguna bagi semua orang adalah hal yang dapat kalian lakukan sebagai bentuk persiapan kalian terhadap pertempuran di alam setelah kematian. Dan sesuai dengan kata-kata dari banyak kitab suci, beribadah itu menenangkan hati. Selain menenangkan pikiran saat ini, itu juga memberikan kalian harapan akan kehidupan yang lebih baik setelah kalian meninggal nanti. 

Pada akhirnya, mempersiapkan kematian menjadi bentuk Si Vis Pacem Para Bellum yang kalian lakukan di kehidupan sekarang ini.

Akhir Kata

Dengan merenungi dan mempersiapkan serta merencanakan kematian kita, kita tidak akan mendapatkan kerugian sedikitpun. Tetapi sama dengan banyak planning lainnya, berkuasalah suatu kata-kata yang sering diucapkan dalam seminar tentang planning. 

If you fail to plan, you plan to fail

Alias, jikalau kalian salah dalam merencanakan, maka kegagalanlah yang akan kalian dapatkan di akhirnya nanti. Seandainya kalian menetapkan target kalian adalah sesuatu yang tidak realistis, maka yang akan kalian bawa sampai kalian mati hanyalah penyesalan yang tiada berakhir. 

Maka, dalam hal apapun, persiapkanlah sebaik mungkin apa yang ingin kamu lakukan. Never underestimate any single things. 

Renungan dari Gubuk yang Kecil,

Cibitung, 17 Juli 2024

Vincent Leonhart Setiawan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun