Oleh sebab itu, pemerintah lewat program merdeka belajar mengubah paradigma sekolah dari sebelumnya tempat untuk menuntut ilmu, menjadi tempat untuk menuntut kematangan berpikir. Sekolah dan kampus dijadikan sebagai lembaga yang secara fundamental mengajarkan  cara untuk berpikir dan menentukan arah hidup, namun dengan pengarahan dari orang yang jauh sudah lebih profesional.Â
Dengan adanya paradigma yang seperti ini, peran aktif dan juga kebebasan berpikir siswa menjadi dihargai. Siswa yang mau belajar menjadi seorang akuntan misalnya, tidak perlu mengambil sosiologi seumur hidupnya. Karena dengan mengorbankan pengetahuannya akan sosiologi, yang dahulu harus dipelajari oleh para siswa jurusan IPS, mereka bisa lebih fokus dan mengkritisi lebih dalam bidang yang akan mereka ambil dan mereka minati.
Adapun juga bagi para mahasiswa, mereka dapat menyiapkan diri mereka dan mencoba untuk "fit-in" ke dunia kerja dengan program-program seperti Bangkit ataupun Magang Merdeka. Atau jikalau mereka ingin melanjutkan ke dunia riset, mereka bisa mengambil Studi Independen Bersertifikat. Pilihan yang mungkin di zaman dahulu menjadi sangat susah dan juga terbatas karena pengetahuan dianggap hanya ada di bangku kuliah dan sekolah.Â
Epilog
Maka, sudah layak dan sepantasnya, kita para pelajar serta mahasiswa untuk mendukung Semarak Merdeka Belajar ini. Tetapi, ini bukan hanya tugas kita para pelajar dan mahasiswa, ini juga harus menjadi tanggung jawab para pengajar, orang tua, dan semua orang yang terlibat dalam kegiatan pencerdasan kehidupan bangsa ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H