Kiamat adalah sebuah topik yang menjadi basis dari banyak agama di dunia. Entah agama tersebut adalah agama Abrahamik ataupun agama Dharmik. Akhir dari dunia adalah sebuah topik yang pasti ada dalam pembahasan banyak agama.Â
Namun, kebanyakan pemikiran mengenai akhir dunia dalam agama ada di ranah yang sifatnya mistik. Banyak hal-hal seperti kedatangan penyelamat terakhir, kemurkaan dewa, kerusakan moral, dan sebagainya. Hal-hal yang tentunya menurut sains, tidak ada. Namun, apakah dengan ini sains tidak mengakui kiamat?
Tentunya, tidak juga. Kiamat dalam sains lebih mengarah kepada dua konsep besar. Akhir dunia dalam artian akhir dari Bumi kita ataupun kehidupan di dalamnya termasuk kehidupan manusia, serta akhir dari semesta. Ada beberapa skenario yang menurut sains sangat mungkin terjadi, beberapa akan dijelaskan dalam uraian di bawah ini.Â
1. Kiamat Nuklir
Jikalau kita melihat pada kenyataan yang ada, kiamat ini adalah kiamat yang paling dekat dan paling mungkin untuk menghancurkan umat manusia. Saat ini terdapat 5 negara utama yang memiliki nuklir. Mereka adalah Amerika Serikat, Rusia, China, Perancis, dan Inggris. Ditambah dengan 5 negara yang dicurigai memiliki nuklir, yaitu Israel, Iran, Korea Utara, Pakistan, dan India.Â
Andaikan, satu saja negara melakukan serangan nuklir, dan memecahkan kejadian perang nuklir, maka kemungkinannya kita akan mengalami 2 hal yang amat sangat mengerikan. Di satu sisi, kita akan mengalami badai api yang berkecamuk. Suhu dalam atmosfer bumi akan meningkat berkali-kali lipat. Jelas, Tsar Bomba, bom terkuat yang manusia pernah saksikan saja berkekuatan 100 Megaton TNT. Dan ingat, Tsar Bomba adalah teknologi tahun 60-an, di kala perang dingin berada pada puncaknya. Tidak ada jaminan jikalau sebenarnya ada bom yang lebih kuat daripada Tsar Bomba di dunia ini.Â
Di sisi yang lain, kita akan mengalami musim dingin nuklir. Dengan banyaknya nuklir yang diledakan pada perang nuklir, maka atmosfer kita akan tertutup oleh karbon dioksida. Sama seperti kejadian ketika gunung Tambora meletus dan menyebabkan "jaman es kecil". Hanya saja, kali ini, bukan hanya gas karbon dioksida pekat yang menutupi atmosfer, tetapi juga memiliki tingkat radioaktivitas yang tinggi. Kejadian ini akan menyebabkan rantai kepunahan mahkluk hidup dan memungkinkan kiamat terjadi.Â
2. Kiamat Iklim
Jikalau sebelumnya berasumsi bahwa perang akan terjadi, maka kiamat yang satu ini jauh lebih mengerikan. Kita jalan-jalan saja, kiamat ini bisa terjadi. Dan dampaknya akan membuat bumi tidak dapat ditinggali.Â
Mengapa demikian? Karena menurut COP26, kenaikan suhu di atas 2.4 derajat Celcius dari suhu saat ini akan menyebabkan bencana iklim. Dan jikalau suhu rata-rata bumi dibiarkan hingga melewati batas kita dapat mengembalikan keadaan ekologi, maka bumi perlahan namun pasti akan menuju kepada bunuh diri iklim. Laut akan menjadi terlalu panas, daratan akan dipenuhi dengan gurun, begitupun dengan air tawar yang akan menjadi semakin langka.Â
Namun secara perlahan, kita sebenarnya sedang mengarah ke sana. Konsumsi bahan bakar minyak dan juga penggunaan energi yang dilakukan secara tidak bijak oleh negara-negara berkembang memperparah kondisi ini. Apalagi, dengan banyaknya konflik bersenjata yang tentu saja mengeluarkan banyak emisi ke udara.Â
3. Kiamat Tata Surya
Kedua skenario kiamat yang telah dijelaskan adalah kiamat yang berasal dari internal bumi, lalu bagaimana jikalau kita memandang dari eksternal? Sayangnya, kiamat pasti akan terjadi ketika matahari yang kita kenal berubah menjadi bintang merah raksasa. Matahari akan menelan beberapa planet yang dekat dengannya, dan akan jauh lebih "mendingin" dibandingkan keadaannya saat ini. Saat itu terjadi, bumi akan menjadi salah satu planet yang akan ditelannya.Â
Hal ini memang masih sangat jauh terjadi, sekitar 8 miliar tahun lagi dari sekarang. Namun, jikalau memang manusia masih ada hingga saat itu, dan mereka berhasil menjadi peradaban antar planet, mungkin mereka akan merasakan kiamat ini.Â
4. Kiamat Level Semesta
Jikalau tadi kita membahas mengenai kiamat yang ada di bumi, maka kita akan beranjak ke level semesta. Dalam skala semesta, kiamat didefinisikan sebagai berakhirnya semesta kita ini. Sejauh ini sains mengenal ada beberapa buah skenario besar yang mungkin saja terjadi sebagai kiamat dalam level semesta ini.Â
Big Rip
Kematian semesta versi ini hanya akan terjadi jikalau gravitasi melemah di satu waktu. Ekspansi semesta yang berlangsung secara eksponensial dengan kecepatan pengembangan ruang yang melebihi kecepatan cahaya akan membuat gravitasi tidak dapat "menjangkau" titik terjauh dari semesta yang terus mengembang. Hingga akhirnya, semua benda di dalam semesta akan tercerai berai, saling menjauh tidak karuan.Â
Jikalau memang semesta tidak "bertepi", maka big rip akan membuat semua yang ada di dalam semesta ini hancur lebur karena konsep gravitasi mengalami kehancuran. Ruang itu sendiri, yang menurut Einstein adalah penyebab gravitasi dapat eksis, akan terkoyak dan semua materi yang ada di atasnya akan goyah.Â
Namun, jikalau semesta bertepi, maka di satu titik gravitasi akan runtuh dalam dirinya sendiri. Menyebabkan terjadinya big crunch (tumbukan besar) yang berkejadian sebagai kebalikan dari big bang (ledakan besar). Gravitasi yang kalah dengan percepatan ruang akan runtuh dalam satu buah titik di alam semesta.Â
Cold Death x Big Crunch
Sebenarnya argumentasi mengenai penyebab Cold Death adalah argumentasi yang sama dengan terjadinya Big Rip. Hanya saja, alur yang ditawarkan sedikit berbeda.Â
Dalam skenario Cold Death, semua hal yang ada di dalam semesta ini akan menjauh. Pada saat itu, maka gravitasi akan terlalu lemah untuk membuat bintang-bintang baru. Bukan hanya terlalu lemah untuk membuat bintang-bintang baru, akan tetapi bintang-bintang lama pun akan benar-benar mati.Â
Pada saat ini, maka yang dominan di dalam semesta adalah lubang hitam. Mereka akan mencoba untuk menelan segala sesuatu yang ada di sekitarnya dan menyebabkan kegelapan yang dominan. Namun, lubang hitam pun akan menghilang setelah mengeluarkan radiasi hawking dalam waktu yang cukup lama. Dalam skenario ini, alam semesta akan lenyap begitu saja dalam kedinginan absolut, sekali lagi jikalau alam semesta tidak memiliki batas.Â
Kebalikan dengan hipotesa Cold Death, jikalau semesta memiliki batas, maka semua lubang hitam akan saling bertemu di satu titik, menyebabkan tumbukan antar lubang hitam, dan sekali lagi membuat semesta jatuh pada gravitasinya sendiri. Skenario ini adalah skenario yang sama dengan Big Crunch dalam skenario Big Rip tadi. Hanya saja, jikalau kita mengasumsikan, semua yang runtuh dalam konsep Big Rip adalah partikel yang tercerai berai, maka dalam kebalikan Cold Death, kemungkinannya hal tersebut adalah lubang hitam yang runtuh dalam gravitasinya sendiri.Â
Heat Death
Skenario ini nampaknya akan menjadi yang paling mungkin terjadi, karena kenaikan entropi di dalam semesta ini selalu meningkat. Jikalau entropi dari seluruh semesta mencapai titik puncak, maka heat death akan terjadi.
Sederhananya, ketika kita melakukan segala sesuatu, kita tidak akan bisa mengembalikannya persis seperti sebelum kita melakukan hal tersebut. Perubahan yang tidak dapat dikembalikan itu, adalah konsep dasar daripada entropi. Sayangnya, menurut termodinamika, entropi akan bergerak menuju puncaknya.Â
Nah, di sinilah konsep Heat Death muncul. Ketika entropi menuju puncak, maka dapat dikatakan telah terjadi keseimbangan energi di alam semesta. Dengan kata lain, kita telah berada di titik keseimbangan termodinamika. Saat itu terjadi, maka tidak akan ada lagi kegiatan transfer energi. Ketika tidak ada kegiatan pentransferan energi, maka secara tidak langsung, pergerakan pun akan terhenti.Â
Kematian yang benar-benar stagnan dan tidak berujung inilah yang disebut sebagai Heat Death. Dan hal ini adalah satu-satunya skenario yang dapat dikatakan pasti terjadi. Karena pada satu titik, entropi di dalam semesta ini akan mencapai maksimum, dan ketika itu terjadi maka Heat Death akan benar-benar tercapai.Â
Big Bounce
Skenario yang terakhir dan yang paling unik adalah Big Bounce. Skenario ini adalah skenario lanjutan dari pemikiran mengenai Big Crunch. Jikalau semua massa yang berada di dalam semesta runtuh kepada satu titik, maka kita akan menyimpan semua energi yang ada pada satu titik yang maha padat.Â
Satu titik, maha padat, penuh energi. Sudah pasti titik ini adalah titik yang amat sangat panas. Dan ketika itu terjadi, maka keseimbangan akan menjadi sulit dicapai.Â
Keadaan ini sangatlah identik dengan keadaan saat Big Bang terjadi. Sehingga, dalam skenario ini, alam semesta memang kiamat tetapi bereinkarnasi setelahnya.Â
Epilog
Itulah beberapa kiamat yang dianggap mungkin berdasarkan ilmu pengetahuan yang kita miliki saat ini. Memang belum ada yang tahu skenario manakah yang akan terjadi dan kita alami. Akan tetapi, sebagai mahluk berakal, sudah sepantasnya kita berusaha preventif terhadap skenario yang mungkin terjadi karena faktor internal dan berjaga-jaga untuk faktor eksternal yang akan mengancam eksistensi kita.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI