Sebagai seseorang yang pernah berpindah agama dari Kristen Protestan ke Buddhisme, saya paham betul mengenai keinginan menggebu-gebu untuk menyebarkan agama yang baru saja dianut. Dan hal ini juga banyak dilakukan, bahkan difasilitasi oleh organisasi-organisasi keagamaan. Bahkan, seringkali kesaksian dijadikan sebagai pengganti ceramah yang seharusnya dilakukan.
Akan tetapi, sebagai seseorang yang berpindah agama, saya mulai bertanya-tanya, emangnya sepenting itu ya kesaksian? Bukankah lebih penting pembuktian bahwa kita telah "menjadi baru" lah yang terpenting?
Pertanyaan tersebut lantas saya bawa selama 2 tahun sejak saya berpindah dan baru saya dapatkan jawabannya beberapa hari lalu lewat kasus Nania Idol.
Dalam kasus Nania Idol, beliau seringkali menceritakan bahwa perpindahan agamanya ke Kristen adalah sesuatu yang "worth the pain". Kira-kira seperti itulah ya.Â
Dan hal ini jelas, membakar semangat banyak orang Kristen termasuk ibu kandung saya sendiri. Namun, setelah sekian waktu menjadi seorang Kristen, beliau pun akhirnya memutuskan untuk kembali menjadi seorang muslimah. Adakah yang salah? Tidak. Tetapi, coba kita lihat bagaimana respon dari sebagian kecil orang Kristen.
Dalam gambar tersebut jelas sekali ada tendensi yang hendak disampaikan, meskipun dalam keseluruhan khotbah tersebut tidak terlalu menyalahkan Nania. Namun, nada menyalahkan malah terlihat dari komen-komen yang ada dalam video tersebut. Ucapan seperti "Nania tidak mampu memikul salib", "Nania melacurkan diri kepada Jin", dan lainnya terlihat secara sempurna.Â
Hal ini menjadi meyakinkan saya, bahwa memang sesungguhnya ajaran agama yang coba disebarkan lewat kesaksian, bisa dibilang sebagai cara penyebaran iman yang lemah. Cara penyebaran ajaran yang baik, seharusnya disebarkan dengan pembuktian terhadap ajaran tersebut.Â
Mengenai pembuktian tersebut, saya jadi teringat pada 2 kisah yang cukup saya ingat. Yaitu, kisah Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan Islam dan kisah Brahma Baka dengan Buddha Gautama.Â
Pada kisah Nabi Muhammad, yang saya dengar kalau tidak salah dari ceramah Alm. Syekh Ali Jaber di kanal Youtube, beliau dikatakan menyebarkan ajaran Islam dengan format "bersaksi" kepada orang-orang di Jazirah Arab. Akan tetapi, cara tersebut sepertinya kurang berhasil. Namun, ketika beliau menyebarkan dengan menjalankan dan membuktikan ajaran Islam, jumlah pengikutnya secara "otomatis" bertambah banyak.
Hal yang serupa pun terjadi pada Buddha Gautama. Ketika beliau menjelaskan bahwa tidak ada yang namanya Tuhan yang mendikte dan menciptakan dunia, Brahma Baka berkeras hati tidak mau. Lalu, sang Buddha pun terlibat dengan adu argumentasi. Masih berkeras hati? Buktikan! Lalu, selesailah masalah tersebut.
Maka dari 2 kisah berikut, saya menyadari kalau cara yang terbaik untuk menyebarkan pandangan yang menurut kita baik adalah dengan menjalankannya dan membuktikannya. Buktikan bahwa dengan perpindahan agamamu, kamu bisa menjadi lebih baik. Bukan malah menyebarkan kisah-kisah gaib, melakukan kesaksian-kesaksian yang palsu dan penuh glorifikasi atau dramatisir.Â
Epilog
Karena memang sesungguhnya iman/keyakinan atau apapun itu, sebaiknya kita lakukan dengan berdasarkan kepada pembuktian. Tidaklah elok menyebarkan sesuatu ajaran hanya dengan "testimoni". Kalau hanya dengan kesaksian dan "testimoni" belaka, saya rasa kolom komentar akun-akun penjual di shopee jauh lebih oke untuk dijadikan ajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H