Bahkan, seorang dokter pun tak luput dari penyebaran misinformasi dan mempromosikan secara tidak langsung untuk kumpul-kumpul. Hal ini pun akhirnya disambut oleh anak-anak muda untuk mulai kumpul-kumpul di kafe dengan alasan "Sudah menggunakan protokol kesehatan." Sebaik-baiknya protokol kesehatan, jauh lebih baik, mengurangi mobilitas dan tidak kumpul-kumpul.
Hal-hal tersebut menunjukkan bahwa memang benar, literasi masyarakat kita dan edukasi terhadap kesehatan masih sangat rendah. Sehingga hal-hal sederhana yang bahkan bisa dinalar lewat logika saja tidak bisa dijalankan oleh masyarakat kita untuk menjaga kesehatan mereka sendiri.Â
Tentunya ini harus dijadikan oleh pemerintah sebagai bahan refleksi. Daripada terus menglorifikasikan protokol kesehatan, alangkah baiknya masyarakat diedukasi menggunakan bahasa-bahasa yang mudah dicerna dan tidak terlalu banyak istilah-istilah aneh.Â
Buatlah masyarakat kita pandai dan mengerti mengenai kesehatannya sendiri! Daripada mengatur ribuan bahkan jutaan orang bebal, lebih baik negara mengedukasi orang-orang bebal ini supaya jauh lebih mudah untuk diatur. Jangan lupa juga untuk menindak pemuka-pemuka agama dan public figure yang melakukan misinformasi, dari kalangan manapun. Serta teruslah promosikan kesehatan masyarakat lewat Satgas Covid-19 yang memang bekerja sedemikian rupa.Â
Setidaknya itulah dua buah refleksi besar kita terhadap fenomena pandemi yang telah berjalan setahun ini. Jangan kendor untuk menjaga diri anda sendiri. Jikalau tidak berkepentingan, janganlah berkumpul dan menggunakan alasan protokol kesehatan.Â
Nyawamu hanya ada satu dan kamu hanya hidup sekali, hargailah nyawamu
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI