Siapa di sini yang masih sering termakan oleh motivasi dari para motivator bahwa kita harus ngelakuin passion kita ?Â
Gak usah dijawab. Saya yakin pasti banyak banget. Mulai dari anak SMA yang emang masih labil mau menentukan arah hidupnya, Mahasiswa yang ketika udah dijalanin eh ternyata rasanya salah jurusan, sampai bapak-bapak atau ibu-ibu beranak dua kadang masih aja kemakan soal passion-passionan.Â
Lantas kita bertanya, apa sih passion itu sebenarnya? Apa benar passion itu bisa menentukan hidup kita dan pekerjaan kita? Apa benar sebenarnya passion itu sama dengan bakat dan passion itu spesifik untuk setiap orang? Yuk kita kupas aja deh daripada pusing-pusing.
Apa sih passion itu?
Dalam beberapa buku soal pengembangan diri yang saya pernah baca, passion itu kurang lebih adalah sesuatu yang kalau kita kerjakan membawa kenyamanan pada kita.Â
Bingung? Yaudah sini saya kasih contoh. Anggap para kompasianer menulis di kompasiana, tentunya menghabiskan waktu dong? Menghabiskan tenaga juga karena harus sering baca buku, sering nulis pula. Tetapi kenapa kompasianer masih suka ngelakuin? Karena enggak ada beban? Nah, kalau karena gak ada beban untuk nulis di sini, berarti kompasianer mungkin memiliki passion menulis.Â
Jadi sebenarnya, passion ini bisa diartikan dalam bahasa Indonesia seperti hasrat yang mendalam untuk melakukan sesuatu. Dengan kata lain, evolusi daripada hobi. Jikalau hobi hanya dilakukan ketika waktu luang, passion ini biasanya kita kerjakan dengan meluangkan waktu kita bahkan menyita waktu utama kita sendiri.Â
Nah, jadi udah jelas ya passion itu simpelnya apa.Â
Oke, lanjut aja ke pertanyaan kedua. Apa benar passion itu nentuin hidup dan pekerjaan kita?Â
Jawabannya enggak juga. Passion selayaknya hal-hal lain yang kita jalani, kadang bisa berubah-ubah. Sebagai contoh, ada orang yang gak bisa masak, tetapi pengen banget bisa masak karena melihat masak itu keren. Dia pun mencoba untuk belajar memasak, dan dia ketagihan memasak.Â
Awalnya hanya hobi saja, tapi lama-lama digeluti enak juga, sampai akhirnya dia buka restoran. Tetapi di sisi lain, dia masih bekerja sebagai freelancer karena duitnya jauh lebih banyak daripada restoran yang dia jalani. Jadi, kalau begini kasusnya, passion dia sebenarnya apa? Sebagai seorang freelancer atau sebagai seorang yang suka masak?
Nah jawabannya bisa jadi, passionnya adalah memasak. Ketika memasak hatinya riang gembira, dia meluangkan waktu, bahkan membiarkan waktunya tersita untuk memasak tanpa merasa terbebani. Tetapi, di sisi lain, dia lebih memilih pekerjaan di luar passionnya karena duitnya jauh lebih mencukupi hidupnya.
Ah, kamu ini masih mahasiswa sok-sokan nasehatin yang sudah jauh lebih sepuh.Â
Bukan begitu. Tulisan ini saya lihat dari pengamatan beberapa orang di lingkungan saya. Saya kenal betul ada yang passionnya adalah untuk menjadi seorang programmer tetapi kerjaannya adalah menjadi seorang pedagang alat-alat elektronik. Ada pula yang passionnya memasak, tetapi malah bekerja sebagai seorang staff di perusahaan.Â
Nah, tetapi ini juga tidak menutup kemungkinan bahwa saya salah jikalau kita membahas pertanyaan yang terakhir soal passion. Apakah passion itu spesifik dan juga sama seperti bakat?Â
Jawabannya adalah tidak. Passion seseorang tidaklah terlalu spesifik. Sama seperti konsep kecerdasan majemuk, passion pun sifatnya majemuk. Ada orang yang passionnya memasak dan mengajar, menari dan bertukang, dan masih banyak lagi.Â
Passion bukanlah suatu hal yang memonopoli diri seseorang, bahkan tidak menutup kemungkinan kalau passion seseorang akan berubah seiring berjalannya waktu. Sehingga, passion pun bukan bakat. Semua hal yang berkaitan dengan passion bisa kita latih dan kita bentuk.Â
Banyak orang yang tadinya tidak bisa bertukang, lalu belajar bertukang, dan ketika ia melihat bahwa bertukang memberinya kepenuhan hidup, itupun berubah menjadi passion-nya. Sehingga, bisa saja dalam satu diri seseorang passion itu campur-campur. Karena banyaknya keahlian dan kegiatan yang ia lakukan yang ternyata bisa memberi kepenuhan hidup baginya.
So, gak usah pusing-pusing lagi kalau bingung soal passion. Temukan saja hal di sekitarmu yang memberimu kepenuhan hidup, bisa jadi itu adalah salah satunya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H