Mohon tunggu...
Vincent Fabian Thomas
Vincent Fabian Thomas Mohon Tunggu... Mahasiswa, Pers Mahasiswa -

Sarjana Teknik Industri Universitas Parahyangan Bandung - Jurnalis mahasiswa @ Media Parahyangan - Kunjungi : mediaparahyangan.com - Email : vincentfabianthomasdharma@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Sumpah Pemuda Tionghoa

28 Oktober 2015   15:51 Diperbarui: 28 Oktober 2015   16:04 1604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, hal itu juga bukan satu-satunya masalah yang di hadapi pemuda Tionghoa. Realitas di luar juga tengah berbicara agar mengurungkan saja niat-niat yang berkaitan dengan partisipasi skala yang lebih besar. Hal itu semakin terlihat ketika tren terbaru menghadirkan slogan-slogan kebencian terhadap keturunan Tionghoa terutama yang sekarang beredar di media sosial. Menurut saya, fenomena rasial itu tidak lepas dari bibit-bibit Orde Baru yang berusaha menyudutkan keturunan Tionghoa. Tidak ketinggalan kalau perlu mimpi akan muncul seorang presiden beretnis Tionghoa juga harus ikut pupus lantaran siap-siap ditentang habis-habisan oleh organisasi massa (ormas) tertentu.

Akan tetapi, saya hanya berniat melawan lupa sejarah serta jejak yang lama telah ditutup-tutupi dan hilang itu. Ingatan sejarah tentang peran pemuda Tionghoa dalam urusan kenegaraan, sejarah perjuangan, pergerakkan, hingga Sumpah Pemuda perlu dihidupkan kembali. Menurut saya, pemuda Tionghoa harus menolak menjadi bebek apalagi “dibebekkan” baik oleh sesama kalangan Tionghoa maupun oleh mereka yang mengatasnamakan mayoritas. Berkaitan dengan maksud bebek, Anda tahu peternak bebek? Ketika ratusan bebek hanya mengikuti ayunan tongkat ke kiri dan ke kanan menjaga barisan bebek-bebek untuk tetap sesuai arah yang diinginkan sang “peternak”.

Selain itu, saya teringat bahwa negara kita menganut azas Ius Soli. Azas itu turut menegaskan bahwa setiap orang yang lahir di Indonesia adalah warga negara Indonesia. Maka meskipun seorang pemuda lahir sebagai etnis Tionghoa, ia pun juga adalah pemuda Indonesia. Tidak kurang tidak lebih dalam hak terutama kewajiban. Selama ia tidak memutuskan pindah kewarganegaraan maka masalah negara Indonesia juga adalah masalahnya sebagai warga negaranya. Lagi, suara-suara lantang menuntut keadilan, kemakmuran, dan kebenaran bukanlah hanya milik mereka yang dikatakan orang asli juga bukan yang sekali-sekali boleh dijijikkan oleh pemuda Tionghoa. Dengan azas itu juga kalau dulu pernah ada Sumpah Pemuda maka sumpah itu juga adalah sumpah para pemuda Tionghoa yang lahir di Indonesia. Bila menyadari betul hal ini, maka pola-pola kebudayaan terkait karena saya orang Tionghoa maka saya hanya boleh atau bisa ini dan itu juga turut tidak berlaku lagi.

Akhirnya, menjadi pemuda Tionghoa yang lahir di Indonesia tidaklah berbeda apalagi terpisah dengan menjadi pemuda Indonesia. Siapapun berhak mengambil andil dalam merealisasikan solusi terkait masalah yang tengah dialami negara kita. Meskipun sesungguhnya realisasi itu kerap membentur masalah rasisme ataupun bentuk pola pikir apapun yang diwariskan keluarga, lingkungan, hingga diri sendiri. Untuk saat ini tidak perlu muluk-muluk menuntut kesadaran para pemuda Tionghoa, biarlah mereka yang mau dan berani melangkah menjadi pengecualian! Paling tidak sembari bermimpi menyulut sumbu bom nuklir yang akan menyadarkan peran itu, saat ini kita tengah menyalakan lilin. Memang, apinya tidak seberapa dibanding bom nuklir, tetapi sebuah api mungil lebih baik dari pada kegelapan total. Jadi, jika dulu orang-orang berkumpul menyatakan sumpahnya untuk bertumpah darah, berbangsa, dan menjunjung bahasa persatuan, maka sumpah itu juga adalah Sumpah Pemuda-Tionghoa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun