Mohon tunggu...
Liong Vincent Christian
Liong Vincent Christian Mohon Tunggu... Wiraswasta - https://www.facebook.com/Bulirberas-by-Liong-Vincent-Christian-304840243568837

Lahir 20 Mei 1985 Suka menulis tulisan bertema sosial politik dan psikologi. Juga membuat kalimat Bergambar yang diberi label Bulirberas

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Merdeka dari Dosa

14 Agustus 2022   19:48 Diperbarui: 14 Agustus 2022   20:51 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Merdeka dari Dosa
oleh: Liong Vincent Christian

Senang karena menerima, bahagia karena memberi, kamu sudah menerima upah mu (bahagia atau senang).

Senang itu singkat terasanya, dan selalu menuntut yg lebih menyenangkan. Itu jebakan dosa. Selalu ada pihak yg dirugikan dalam suatu kesenangan yg pendek durasinya. Terlalu senang sampai satu titik bisa berbalik klimaks muak atau bosan.

Bahagia itu perasaannya panjang tidak ada habisnya. Jika memberi lalu menerima bahagia maka kamu sudah terima upah mu. Tuhan tidak perlu memberi upah atas kebaikan demi memperoleh rasa bahagia.

Bahagia kelebihan juga bisa menjadi adiksi yang ingin selalu dikejar. Ketika bahagia diperlakukan salah, seperti kita memperlakukan rasa senang.

Tindakan yang menyebabkan munculnya upah: rasa senang dan rasa bahagia, masih memiliki pamrih yaitu upah dari tindakan baik (senang atau bahagia).

Ada satu lagi perbuatan sebagai bentuk ungkapan rasa Terimakasih. Tidak mengakibatkan memeroleh rasa senang, juga tidak menerima rasa bahagia. Hanya ungkapan Terimakasih kepada Tuhan. Kondisi ini tidak memiliki suatu syarat karena upah yaitu keselamatan dari Tuhan Yesus yang sudah lebih dulu mati di kayu salib, dan kecukupan hidup di dunia sudah diperoleh lebih dulu, sebelum seseorang berinisiatif berbuat baik.

Jika menjadi budak rasa senang lalu coba menahan diri menjauhkan diri dari kesenangan akan jatuh juga malah bisa berkali kali lipat ketika kebutuhan akan kesenangan itu meledak.

Jika seseorang mengaku mampu berpuasa karena sedang tidak ada makanan yang tersedia, itu namanya terpaksa kelaparan bukan berpuasa. Berpuasa itu ada makanan tetapi memilih tidak makan.

Seseorang yang kelaparan ketika tiba tiba disodori makanan, maka akan berusaha menghabiskan semuanya sekaligus lalu bisa mati kekenyangan.

Dipenuhinya kesenangan secara ekstrim bisa menghasilkan kemuakan, tetapi konsekwensi dosa yaitu maut harus ditanggung dalam proses nya.

Bagi si bebal, perjalanan menuju pertobatan cenderung mengalami dulu dosa dan konsekwensi yang adalah maut.

Bukan dengan menahan diri berpuasa dari suatu tindakan senang-senang, ketika berencana untuk melakukan suatu kesenangan yang berdosa, di ingatan teringat konsekwensi setelah kesenangan yg pendek itu diperoleh apa pantas dan setimpal bayarannya. Apa nga kemahalan.

Kesenangan itu pendek, dan tuntutan untuk memperoleh yang lebih menyenangkan membawa derita karena tidak pernah tercukupi dan akibatnya yaitu pergolakan jiwa yang tidak stabil naik turun.

Baik senang maupun bahagia adalah gejolak jiwa. Mengikuti suatu pola aksi reaksi jiwa akan membuat kita masuk ke siklus ketidakseimbangan akibat mengikuti dorongan jiwa. Senang sedih, nyaman sakit, dlsb.

Yang agak tetap adalah di kondisi perasaan kecukupan akibat sudah terpenuhi (telah menerima keselamatan akhirat dari kematian Tuhan Yesus dan kecukupan hidup masih terpelihara) . Mungkin bisa kita katakan itu mirip sifat Roh yang tetap, tidak berubah.

"Tuhan Yesus tidak berubah, tidak berubah selama lama nya."

Setelah kita menyadari dari mengalami langsung bukan teori pelajaran agama bahwa "Lebih menguntungkan untuk tidak berdosa, maka buat apa mengalami dosa/kesenangan yang bayarannya terlalu mahal."

Contoh: "Kemerdekaan secara Finansial"
Arti1: Memiliki uang yang cukup untuk membeli apapun yg diinginkan.
Arti2: Tidak menginginkan apa apa, sehingga semua sudah terpenuhi.

Catatan:

Kadang terlihat rela menderita tetapi tujuan sebenarnya masih mencari kebahagiaan. Pada kasus orang masokis memang memilih jalan yang ada penderitaannya, sehingga ingin merasa mendapatkan suatu nilai khusus bagi diri sendiri dari penderitaan dan kesulitan yang dilalui.

Pada tokoh misal:
*Tuhan Yesus (di kalimat "Eli, Eli, Lama Sabachthani" artinya "Allahku, ya Allahku, mengapa Kau tinggalkan Aku? " Ini memilih untuk menjalani, meski sebenarnya dalam hati mungkin masih ada perlawanan dan kekecewaan, berharap harap tengah proses ya ditolong. Coba tonton "The Last Temptation of Christ (1988)" film ini dilarang tayang di banyak negara misalnya: Turki, Singapura, Argentina, Chlie, dan di negara bagian Queensland.)
*Rasul Paulus (dorongan nya membenci pengikut Yesus meski oleh Roh Kudus dibuat tindakan nya lain)
*Mother Teresa (ada di artikel yang menunjukkan kekecewaan dalam iman nya. Artinya memang watak ingin menolong orang lain ada sebagai bawaan lahir, tetapi masih konteks mengharapkan kebahagiaan cari "Lettrs reveal Mother Theresia's doubt about faith")

Ada 3 jalan tanda orang mungkin ikut Yesus:
1. Menerima bahwa semua ajaran Yesus tanpa dipilih adalah kebenaran.
2. Seperti org yg disalib bersama Yesus. Tidak berdaya, berserah, mengakui kesalahan, dan mempercayakan diri pada kuasa Yesus.
3. Dengan terang-terangan berani menyatakan tidak ingin dan tidak mau ikut Yesus. Vincent tidak ingin ikut Yesus tetapi sudah terjadi tanpa keinginan Vincent. Sampai sekarang bahkan ketika sedang berdoa atau di gereja sekalipun pikiran membenci dan menolak Yesus masih kadang muncul dan bertentangan di saat yang sama. Tentu keputusan akhir tindakan nya mau seperti apa  pada akhirnya harus dipilih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun