Mempertimbangkan bagaimana konteks yang beragama ini seperti bank, gereja, ruang kelas, ruang sidang, pernikahan, atau sebuah acara olahraga menentukan aturan komunikasi mana yang akan kita ikuti.
Juga seperti dalam sebuah wawancara kerja, tentunya kita pasti menggunakan kata-kata formal atau hormat, seperti “Pak” atau “Bu”, saat kita menanggapi pewawancara ketika wawancara kerja
3. Aturan Komunikasi Bervariasi Antarbudaya
Asumsi terakhir ini menyatakan bahwa aturan komunikasi itu sebagian besarnya ditentukan oleh budaya. Sementara konteks sosial yang sama di seluruh budaya (contohnya, negosiasi, ruang kelas, rumah sakit), aturan yang mengatur komunikasi dalam konteks ini seringkali berbeda.
Akibat perbedaan konteks ini, konsep pakaian, waktu, sopan santun, bahasa dan perilaku non-verbal menjadi berbeda secara signifikan antar budaya.
***
Nah dari ketiga asumsi ini, dapat kita ketahui bagaimana orang itu harus bersikap dalam melakukan suatu komunikasi. Dari judul yang saya ambil yaitu “Punya Tetangga Baru? Artinya Kita Belajar Komunikasi Antarbudaya”.
Tentunya kita dalam bersosialisasi di dunia ini kita pasti memerlukan aturan-aturan dalam menjalankan kehidupan kita supaya lebih tertata.
Dalam kita bersosialisasi termasuk dengan tetangga baru baik kita sebagai pendatang atau tetangga tersebut yang sebagai tamu, itu akan menimbulkan tiga asumsi diatas tadi.
Asumsi yang pertama mengatakan bahwa komunikasi adalah aturan yang diatur, dimana jika kita memiliki tetangga baru tentunya kita memiliki tata krama dan aturan saat berkomunikasi dengan orang yang baru.