Mohon tunggu...
Vincent Aditya
Vincent Aditya Mohon Tunggu... Desainer - Creative Manager and Graphic Designer | M.M. in Marketing Management

Creative Manager and Graphic Designer | M.M. in Marketing Management | Writes about creative art and design, marketing and branding.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Mengenal Design Thinking, Metode Pemecahan Masalah dalam Desain

5 Juli 2021   11:48 Diperbarui: 5 Juli 2021   13:55 3064
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Design Thinking adalah kerangka kerja atau metode pemecahan masalah. Konsep ini telah ada selama beberapa dekade, tetapi dalam lima hingga sepuluh tahun terakhir, IDEO, sebuah konsultan desain, telah memperjuangkan metode ini sebagai alternatif dari pendekatan analitis murni untuk pemecahan masalah. Tim Brown, presiden dan CEO IDEO, mendefinisikan Design Thinking seperti ini: 

“Design Thinking adalah pendekatan yang berpusat pada manusia terhadap inovasi yang diambil dari perangkat perancang untuk mengintegrasikan kebutuhan manusia, kemungkinan teknologi, dan persyaratan untuk kesuksesan bisnis. Misi dari design thinking adalah menerjemahkan observasi menjadi wawasan dan wawasan menjadi produk dan layanan yang akan meningkatkan kehidupan.”

Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan utama dari metode design thinking adalah meningkatkan kehidupan. Faktanya, itulah yang dimaksud dengan design thinking: menemukan solusi baru dan kreatif untuk pemecahan sebuah masalah, tetapi dengan cara yang mengutamakan manusia dan kebutuhan mereka.  

Perbedaan Metode Pemecahan Masalah Tradisional vs Design Thinking

Photo by Leon on Unsplash
Photo by Leon on Unsplash
Pemecahan masalah tradisional sering kali mengambil bentuk metodis, hampir ilmiah. Penentuan masalah, penentuan langkah yang harus diambil dan alat yang digunakan untuk mencapai solusi masalah, kemudian tetap berpegang pada rencana awal dan berharap hasil yang diinginkan. Hal ini mudah, tetapi tidak selalu fleksibel, inovatif atau efektif. 

Bagaimana jika masalah yang diidentifikasi bukanlah sumber masalah yang sebenarnya? Bagaimana jika langkah-langkah tersebut tidak mengarah pada solusi yang tepat? Alih-alih memulai dengan masalah, design thinking dimulai dengan observasi. Ini ditemukan melalui pemahaman tentang budaya dan konteks masalah (apa yang dibutuhkan orang), daripada masalah itu sendiri.

Proses & Tahapan Design Thinking  

David Kelley, yang mendirikan IDEO dan Institut Desain Universitas Stanford (alias “d.school”), telah membagi proses design thinking ke dalam elemen-elemen berikut:

Sumber: https://learningsolutionsmag.com/articles/a-designer-addresses-criticism-of-design-thinking
Sumber: https://learningsolutionsmag.com/articles/a-designer-addresses-criticism-of-design-thinking
1. Empati: Pahami Audiens Anda

Photo by Amy Hirschi on Unsplash
Photo by Amy Hirschi on Unsplash
Setiap masalah memiliki konteks yang unik, yang ditentukan oleh orang-orang. Dalam design thinking, empati melibatkan pemahaman tentang keyakinan, nilai, dan kebutuhan yang membuat audiens Anda tertarik. Ini melibatkan observasi, mendengarkan dan memahami audiens Anda dan berinteraksi dengan audiens atau pelanggan Anda.

2. Definisikan: Tetapkan Sudut Pandang  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun