Mohon tunggu...
Vina Tan
Vina Tan Mohon Tunggu... -

Tentang aku: Ibu dari dua orang anak yang sangat menikmati profesinya sebagai 'Home Manager'. Waktu luang diisi dengan memberikan seminar parenting di sekolah-sekolah (Jakarta dan sekitarnya). Ikut Toastmasters Club untuk 'self development' dan meningkatkan kemampuan 'public speaking'. Kegiatan lain: Parent Coaching, Relationship Coaching & les vokal. Hobby: membaca, menyanyi dan menulis. Percaya bahwa hidup adalah untuk memberi (to live is to give). Blog pribadi: http://www.sangkudaapi.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membesarkan Anak Laki-Laki

26 Februari 2010   07:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:43 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini saya ditelpon oleh seorang ibu yang tidak saya kenal sebelumnya. Namanya Liana (bukan nama sebenarnya). Liana mendapatkan nomor telepon dan materi seminar saya dari seorang teman yang pernah hadir di seminar parenting saya di salah satu sekolah di Tangerang. Setelah mendengar keluh-kesah Liana selama beberapa saat, saya pun mulai menebak-nebak kalau yang bermasalah itu adalah anak laki-lakinya. Ternyata dugaan saya benar. Saat menanyakan apa peran ayah dalam membesarkan anak tersebut dan dijawab dengan TIDAK ADA, maka dengan mudah saya dapat menjabarkan akar masalah.

Pada dasarnya, dalam sebuah keluarga, jika peran ibu begitu dominan, sedangkan ayah hampir tidak punya andil dalam pengasuhan anak-anaknya, maka bisa dipastikan bahwa dampak negatif akan sangat terasa dan terlihat nyata pada anak laki-laki saat mereka dewasa nantinya. Setelah mendengar ulasan dan kupasan dari saya, Liana langsung menghubungkannya dengan kenyataan yang ada dalam keluarga besarnya. Liana dan saudara perempuannya sangat mandiri dan dominan, sedangkan saudara laki-lakinya tidak ada yang berhasil. Hal yang sama juga terjadi dalam keluarga suaminya.

Pelajaran berharga yang selama ini saya dapatkan dari buku-buku parenting yang berhubungan dengan kasus-kasus parenting yang ‘datang’ pada saya adalah bahwa masa depan anak-anak kita sangat bergantung kepada cara kita membesarkan dan membimbing anak laki-laki agar kelak menjadi menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab dan punya sikap terhormat. Karena saya sendiri juga memiliki seorang anak laki-laki, maka ketertarikan akan hal-hal yang berhubungan dengan bagaimana sepatutnya seorang anak laki-laki dibesarkan tentu saja menarik perhatian saya juga.

Apa yang dibutuhkan anak laki-laki?

1. Pembentukan Karakter

Agar pembentukan karakter anak laki-laki berjalan mulus dan lancar, maka dibutuhkan seorang pemimpin yang bisa menunjukkan arah dan jalan yang tepat serta mengajari anak ilmu kehidupan. Karakter yang kuat akan menumbuhkan jiwa kepimpinan dalam diri seorang anak laki-laki. Dan, ini sangatlah penting karena pemimpin sebuah keluarga seharusnya adalah sang suami. Itulah sebabnya, peran seorang ayah atau laki-laki yang lebih tua lainnya menjadi penting karena untuk tumbuh menjadi laki-laki sejati, anak laki-laki sangat membutuhkan teladan dari laki-laki dewasa.

Perbedaan struktur otak perempuan dan laki-laki juga menjadi salah satu penyebab yang membuat pembentukan karakter akan lebih kuat dan efektif dalam diri anak laki-laki jika dilakukan oleh ayah atau laki-laki dewasa lainnya. Kata-kata dari salah satu buku yang masih saya ingat sampai hari ini adalah: Jika anak laki-laki anda sudah setinggi ibunya, biarkanlah pengajaran ‘ilmu kehidupan’ untuk dirinya diambil alih oleh sang ayah.

Saat ini, yang menjadi masalah utama adalah orangtua menghabiskan terlalu sedikit waktu dengan anak laki-lakinya. Akibatnya, anak laki-laki yang pada dasarnya punya sifat ingin menang, suka berkompetisi dan ingin menjadi bintang ataupun superhero akan lebih condong pada kelompok teman sebaya atau pahlawan yang ditampilkan media. Tanpa adanya teladan dari laki-laki dewasa yang lebih tua untuk membantu anak laki-laki memahami proses pembentukan jati diri yang sedang berlangsung, maka kelak akan timbul banyak masalah dalam keluarga.

Beberapa waktu yang lalu, selesai memberikan seminar di salah satu sekolah di daerah Jakarta Selatan, kepala sekolah minta waktu untuk berbicara sebentar dengan saya. Dia menyampaikan keprihatinannya bahwa seiring meningkatnya persentase orang tua tunggal di sekolah, semakin banyak pula anak didiknya yang bermasalah. Ayah dari anak-anak ini banyak yang pergi begitu saja tanpa kesan dan pesan. Hati saya ikut terenyuh. Jelaslah ini akibat dari kegagalan dalam mendidik anak laki-laki kita. Sehingga ketika dewasa, mereka tidak mampu untuk berkomitmen, mudah lari dari masalah, sampai-sampai tidak mau peduli lagi pada keluarga sendiri.

2. Hubungan yang “tepat” antara ibu dan anak laki-laki

Sepanjang tahap awal kehidupan anak laki-laki, ibu harus mendapatkan dukungan fisik, materi, sosial dan emosional dari pasangan hidupnya, sahabat dan keluarga. Dukungan ini diperlukan untuk pembentukan hubungan yang positif dengan anak laki-lakinya. Dengan dukungan itu, seorang ibu akan mampu menjalin ikatan dan kedekatan dengan anak laki-lakinya sehingga anak tumbuh dengan perasaan layak dicintai. Jika tiba waktunya anak harus berpisah dari sang ibu untuk membangun jati dirinya, maka dia sudah memiliki landasan yang kokoh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun