Dosen : Dr. Ir. Vina Serevina
Biologi A 2023 untuk Fisika Dasar
Ananda Nurul Amelia ( 1308623034 )
Salma Jannatun Nisa ( 1308623062 )
Denyut jantung merupakan salah satu tanda vital yang menunjukkan status kesehatan seseorang. Detak jantung Anda mungkin meningkat dalam situasi tertentu, seperti saat melakukan aktivitas berat seperti olahraga. Saat tubuh Anda melakukan aktivitas  berat, detak jantung Anda akan meningkat, membuatnya terasa lebih keras dan cepat, selanjutnya pernapasan menjadi semakin sulit dan terakhir suhu tubuh pun akan meningkat.
Kasus yang disebutkan di atas membawa kita ke dalam pertanyaan baru, yaitu mengapa aktivitas tubuh dapat menyebabkan peningkatan suhu tubuh dan bagaimana hubungan kedua hal tersebut sehingga dapat saling berkaitan? Artikel ini akan menjawab pertanyaan tersebut dan akan menguraikan hubungan antara suhu badan dan aktivitas tubuh, menyelidiki aspek fisika dalam teori biologi, meninjau implikasi termodinamika pada sistem biologis, dan memberikan pemahaman yang lebih mendalam untuk riset dan aplikasi kesehatan. Manfaat dari artikel ini akan menambah wawasan pembaca terkait topik yang dibahas.
Dalam fisika, suhu adalah besaran yang menunjukkan panas atau dinginnya suatu benda. Kalor adalah energi panas yang mengalir dari suatu benda ke benda lain karena adanya perbedaan suhu, dan secara alami selalu mengalir dari benda yang bersuhu lebih tinggi ke benda yang bersuhu lebih rendah. Dalam biologi, panas juga berlaku untuk suhu tubuh manusia. Di dalam tubuh, energi panas dihasilkan oleh jaringan aktif terutama  otot, kelenjar keringat, lemak, tulang, jaringan ikat, dan saraf.
Proses pertukaran panas di dalam tubuh mengikuti hukum fisika. Dalam hal ini tubuh manusia merupakan black body, namun permukaan tubuhnya merupakan penyerap panas radiasi yang baik dan juga merupakan pemancar panas yang baik. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peningkatan suhu tubuh pada manusia. Selain karena kondisi medis tertentu, peningkatan suhu tubuh juga bisa disebabkan oleh respons tubuh terhadap lingkungan, seperti aktivitas fisik atau pengaruh lingkungan (Kukus, Y., S,. et al,. 2009).
Aktivitas fisik mengacu pada latihan aerobik dan anaerobik. Pada dasarnya, perbedaan utama antara kedua aktivitas ini adalah keterlibatan oksigen dalam produksi energi. Aerobik artinya proses produksi energi memerlukan adanya oksigen, sedangkan produksi energi anaerob terjadi tanpa oksigen. Sesuai dengan definisi yang dikemukakan, latihan aerobik adalah jenis latihan yang menstimulasi dan secara cepat meningkatkan sistem kardiovaskuler dan pernapasan selama latihan yang disebut latihan aerobik. Proses ini membutuhkan penyediaan oksigen yang cukup untuk otot-otot yang bekerja. Latihan aerobik, seperti lari jarak jauh dan marathon, meningkatkan konsumsi oksigen  sekaligus meningkatkan metabolisme tubuh. Sebaliknya, latihan anaerobik hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu singkat karena kebutuhan energi tubuh melebihi kebutuhan energi yang dihasilkan oleh pernapasan, sehingga memaksa tubuh  bekerja tanpa oksigen.
Jenis aktivitas fisik mempengaruhi perubahan anatomi dan fisiologis tubuh. Selama beraktivitas fisik, baik aerobik atau anaerobik, kebutuhan oksigen meningkat untuk memenuhi kebutuhan energi kerja otot. Respons yang umumnya dapat diamati secara langsung meliputi suhu tubuh, denyut nadi, dan laju pernapasan, yang cenderung meningkat seiring dengan aktivitas fisik dan olahraga. Secara tradisional, aktivitas fisik dan olahraga didasarkan pada respons tubuh seperti detak jantung, produksi keringat, dan tanda-tanda kelelahan lainnya.