Mohon tunggu...
alvina sari
alvina sari Mohon Tunggu... -

saya adalah penggalan cerita dalam kehidupan yang ingin berbagi penggalan cerita dari kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hary Tanoe Gagal Paham Dengan Investasi Politik

1 Mei 2014   19:54 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:58 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1398923569925784032

[caption id="attachment_322176" align="aligncenter" width="620" caption="tempo.co"][/caption]

Dalam fakta dunia politik, Hary Tanoe banyak dinilai gagal. Alasannya ialah Ia tidak punya track record politik yang jelas dan selalu mengedepankan kepentingan pribadinya. Hal ini tercermin dari peristiwa pengunduran dirinya dari Partai NasDem yang menurut berbagai sumber dikarenakan Surya Paloh tidak ingin memenuhi ambisi Hary Tanoe yang mau menjadi Ketua Umum Partai NasDem serta Cawapres dari partai tersebut.

Beruntung NasDem mempunyai Politisi Senior dan kawakan sekelas Surya Paloh yang langsung memotong manuver Hary Tanoe sebagai politisi "hijau" dan berorientasi kapital atau uang. Surya Paloh bergegas mengembalikan Visi Restorasi NasDem yang sempat dibengkokan Hary Tanoe dengan mempraktekan politik uang. Beberapa pelurusan yang Surya Paloh lakukan ialah dengan mengatakan, NasDem adalah Partai Politik dengan Gagasan Perubahan, NasDem tidak pernah menjanjikan akan membiayai caleg sebesar 5M-10M seperti yang dikatakan Hary Tanoe. Setelah mundurnya Hary Tanoe dari Partai NasDem, dengan lantang Surya Paloh juga mengatakan, mundurnya Hary Tanoe tidak berdampak besar, "ya kita butuh uang dan kita juga butuh media, namun dalam politik, uang dan media bukanlah segala-galanya".

Kegagalan Hary Tanoe dalam politik, juga membuka kebobrokan dirinya dalam berbisnis. Pada Orde Baru, tidak ada pengusaha yang besar kalau tidak berada dibawah ketiak Soeharto dan kroninya. Banyak pengusaha di era Orde Baru mendapatkan perlindungan dan keistimewaan dalam hal apapun untuk menjalankan bisnis yang menguntungkan, untuk itu pengusaha pada saat itu diminta memberikan upeti, pendek kata ini praktek patron klien yang tidak bisa kita naifkan. Hary Tanoe yang merupakan pengusaha atau pemegang saham dari Bhakti Investama yang didalamnya terdapat Bambang Triatmodjo (Putra Soeharto), tentunya tak bisa berbohong perihal keistimewaan yang telah didapatnya dari rezim yang memiskinkan dan mematikan banyak rakyat tersebut.

Tidak sampai disitu, pada era reformasi pun, Hary Tanoe yang paham dengan praktek patron klien ini, berusaha mendekati penguasa untuk semata-mata mengamankan kepentingan bisnisnya. Hary Tanoe pernah mendekati rezim SBY, namun tak berlangsung lama. Pernah juga mendekati Megawati dan bahkan Gusdur.

Dengan praktek bisnis seperti ini, tak ayal menyeret nama Hary Tanoe kedalam beberapa kasus dugaan korupsi, diantaranya Sisminbakum dan Asian Agri. Tak cukup sampai di Hary Tanoe, kaka Hary Tanoe pun namanya sering dibawa kedalam dugaan praktek korupsi dan kini diduga terlibat dalam proyek Alkes oleh KPK.

Dalam kontekstual Hary Tanoe yang seperti ini, sejalan dengan yang dikatakan oleh Jeffrey Winters dalam bukunya Oligarki, "bahwasannya di era demokrasi kapital, pengusaha tergoda masuk ke dalam dunia politik untuk mengamankan usahanya dan mengakumulasi kepentingan kapitalnya". Dan ini lah yang menjadi alasan ilmiah dan fakta, latar belakang Hary Tanoe masuk kedalam dunia politik. Jadi hal ini juga lah yang menegasikan retorika Hary Tanoe yang mengatakan, dirinya terjun ke dunia politik adalah untuk perubahan.

Setelah mundur dari NasDem dan kini diminta mundur dari Hanura, dapat dikatakan ilmiah dari fakta diatas benar adanya. Meskipun banyak pembelaan dan pembenaran yang ngasal bin ngawur yang dilakukan akun kacung Hary Tanoe diberbagai media, dengan mengatakan pengkritik Hary Tanoe, seperti Fuad Bawazier yang dikatakan syndrom of power, lalu Yuddi Crisnhandi yang dikatakan Caleg Gagal serta pembentukan Opini Melankolis bahwasannya Hary Tanoe adalah seorang yang hanya sekedar dimanfaatkan Hanura dengan istilah habis manis sepah dibuang, semuanya adalah luapan emosional semata. Kalau kita mau melihat secara objektif, kegagalan Hary Tanoe adalah-dikarenakan gagal membedakan antara investasi bisnis dengan investasi politik.

Hary Tanoe tidak seperti Rusdi Kirana yang juga merupakan keturunan Tionghoa, pengusaha (Dirut Lion Air) yang kini menjadi politisi atau Dewan pertimbangan PKB. Rusdi Kirana mengatakan, saya akan benar-benar terjun ke dunia politik secara total pada tahun 2019. Rusdi Kirana dapat dikatakan paham betul dengan perbedaan antara investasi politik dan investasi bisnis.

Apabila investasi bisnis dapat diukur dengan modal berapa dan menghasilkan keuntungan berapa dalam waktu cepat atau singkat, namun kebalikannya dengan investasi politik yang tidak bisa diukur melalui modal dan keuntungan. Investasi politik dilakukan tidak secepat Hary Tanoe membangun kerajaan bisnisnya yakni MNC Group dalam waktu kurang lebih 10 tahun. Lihat saja Founding Fathers, seperti Soekarno, Hattta, Syahrir dan Tan Malaka, mereka menilai politik itu adalah pengabdian, bukan industri yang berorientasi keuntungan. Investasi politik dilakukan dengan membuktikan kepada rakyat bahwa politisi tersebut mempunyai ideologi, mempunyai sikap kepemimpinan yang berpihak pada rakyat, dapat melahirkan pemimpin-pemimpin melalui partai politik yang bertujuan melakukan perubahan. Dan itu dilakukan oleh Founding Fathers dalam waktu yang relatif cukup lama.

Namun kebalikannya, Hary Tanoe gagal memahami investasi politik ini. Terbukti Hary Tanoe mengatakan, "Saya berpolitik sama dengan berbisnis", yang dalam pikiran dan fakta semua orang, Hary Tanoe hanya ingin mengambil keuntungan semata. Lihat saja beberapa ketidakprofesionalan Hary Tanoe dalam berbisnis atau tidak bisa membedakan mana bisnis dan mana politik, Hary Tanoe ketika berada di NasDem, pernah memerintahkan karyawan MNC yang mayoritas adalah Wartawan yang seharusnya menjaga indepedensi/kenetralannya, diminta untuk bergabung kedalam Partai NasDem. Di Hanura pun terjadi, pada saat kampanye terakhir di Hanura, banyak pekerja MNC yang keberatan dengan perintah untuk menghadiri kampanye tersebut dari Hary Tanoe. Hal ini sampai menjadi bahan candaan, pekerja MNC saja tidak mendukung Hary Tanoe. Ditambah lagi setelah menjadi politisi, Hary Tanoe justru mengambil tindakan yang mengecewakan rakyat banyak, seperti memaksakan pengadaan acara Miss World yang massif ditolak. Serta pembangunan Menara Kebon Sirih (Gedung MNC) yang dikomplain/dikritisi oleh masyarakat sekitar perkantoran tersebut karena dinilai mengganggu kenyamanan sekitar.

Dan gagal paham Hary Tanoe membedakan investasi politik dengan investasi bisnis ini terus berlanjut di Hanura. Tak dapat dipungkiri, berbekal uang dan media, Hary Tanoe mendapatkan karpet merah masuk ke Hanura dan diberi kursi Ketua Dewan Pertimbangan serta Ketua Bapillu dan Cawapres yang mempunyai otoritas mengatur semua strategi pemenangan Hanura pada Pileg dan Pilpres 2014. Namun kegagalan investasi politiknya terlihat kembali, Hary Tanoe dinilai berbohong oleh kader Hanura dengan mengatakan akan membantu Caleg Hanura yang berpotensial. Hary Tanoe juga dinilai menjadi penyebab kegagalan karena tidak membayar uang saksi yang mempunyai peran krusial pada hari pemilihan. Hary Tanoe juga dinilai keliru karena hanya memprioritaskan serangan udara dan membiarkan Bapillu diisi oleh orang-orang yang tidak berkompeten serta berpengalaman. Ini lah yang menjadi dasar Hary Tanoe harus mengundurkan diri dari Hanura. Mundur nya Hary Tanoe dari Hanura bukanlah akhir dari karier politiknya, tapi justru membuat Hary Tanoe dinilai sebagai "Politisi Bermoral" nantinya.

Tidak ada salahnya Hary Tanoe belajar dari Ahok yang berhasil menjadi Bupati, Anggota DPR dan Wakil Gubernur. Atau dari Rusdi Kirana yang berhasil membawa PKB sebgai partai Islam dengan perolehan suara terbanyak diantara Partai Islam lainnya. Atau juga Surya Paloh sebagai pengusaha media yang tidak kuat ketokohannya, namun dengan Gagasan Restorasi berhasil membawa NasDem sebagai partai baru dengan perolehan suara diatas Hanura yang hanya 5-6%. Karena keitganya dapat dinilai orang yang paham dengan perbedaan antara investasi politik dan investasi bisnis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun