Batang (9/8). Di minggu ke-2 dan ke-4 kegiatan KKN, program KKN yang telah direncanakan sudah berhasil dilaksanakan. Terdapat 2 program KKN yang di usung yaitu “Tanam Bunga Cantik pengendali hama (Pemanfaatan Tanaman Refugia Sebagai Pengendali Hama Wereng) dan Barang Bekas Jadi Bermakna (Mahasiswi KKN Undip Ajak Anak-anak Sulap Botol Bekas Jadi Pot Vertikultur)”. Target peserta dalam program ini yaitu petani padi dan anak-anak di Desa Ujungnegoro. Kedua program ini direncanakan dan telah dilaksanakan dengan tujuan menghemat biaya pengeluaran petani terhadap kebutuhan untuk penanganan hama dan mengurangi jumlah limbah, serta menjaga kelestarian alam.
Karena keprihatinan terhadap petani padi yang terserang hama wereng, maka program pemanfaatan tanaman refugia sebagai pengendali hama diberikan kepada petani padi. Para petani mengaku bahwa hasil panen mengalami penurunan bahkan gagal panen akibat terserang hama wereng. Salah satu petani padi di Desa Ujungnegoro yaitu Bapak Sairi. Beliau mengaku bahwa dirinya sering gagal panen akibat hama wereng. Jika pengendalian wereng menggunakan pestisida maka beliau harus merogoh uang ratusan ribu. Selain itu, pembelian pestisida juga harus memiliki kartu tani, jika tidak memiliki kartu tani maka beliau tidak mendapatkan kebutuhan yang diinginkan.
“Akhir-akhir ini panen padi mengalami penurunan, bahkan sering gagal panen. Kalau hamanya dikendalikan dengan pestisida saya tidak mampu, karena harganya mahal. Selain itu, saya juga tidak memiliki kartu tani, sehingga saya harus pinjam ke teman saya kalau mau beli pestisida dan pupuk. Kalaupun pakai kartu tani, jumlah pembelian pun di batasi dan selama ini belum ada bantuan apapun dari pemerintah” ujarnya. Ketika ditanya tentang serangan hama wereng dan subsidi pupuk atau pestisida.
Program ini meliputi 2 tahapan yaitu penyuluhan dan pendampingan penanaman. Materi yang diberikan dalam penyuluhan yaitu tentang hama wereng, tanaman refugia dan cara penanaman. Pendampingan penanaman dilakukan ke beberapa petani, dengan menanam berbagai macam tanaman refugia disepanjang pematang sawah.
“Wah saya baru tahu, kalau tanaman kenikir, bunga kertas dan matahari dapat mengendalikan hama wereng. Selama ini, saya dan keluarga hanya menanamnya di halaman sebagai tanaman hias. Bermanfaat banget materinya mbak, besok saya beritahu petani yang lainnya deh” ujar Bapak Sairi selaku petani padi.
Keprihatinan melihat lingkungan yang tercemar oleh botol bekas, maka program pemanfaatan botol bekas sebagai pot vertikultur diberikan kepada masyarakat di Desa Ujungnegoro. Masyarakat mengaku bahwa banyak masyarakat desa yang membuang sampah sembarangan ke sungai, salah satunya botol bekas sehingga menyebabkan lingkungan menjadi tercemar. Salah satu masyarakat yang merasakan imbasnya yaitu Ibu Anis. Ibu Anis mengaku bahwa selama ini belum ada pemanfaatan dan pengelolaan botol bekas di Desa Ujungnegoro. Bahkan beliau sering melihat anak-anak dan pemuda yang membuang sampah sembarangan ke sungai, sehingga sungai menjadi kumuh dan mengeluarkan bau tidak sedap.
“Setahu saya di Desa ini belum ada pemanfaatan dan pengelolaan botol bekas kak. Saya biasanya mengumpulkan dan menjualnya ke tukang rongsok. Namun, saya sering melihat anak-anak dan remaja sekarang membuang sampah sembarangan, main lempar saja tanpa malu. Sekarang saya dan masyarakat lain merasakan dampaknya, sungainya menjadi kumuh, baunya tidak sedap dan tidak enak di pandang” ujarnya. Ketika beliau di tanya tentang pemanfaatan dan pengelolaan limbah.
Program pemanfaatan botol bekas menjadi pot vertikultur terdiri dari 2 tahapan yaitu penyuluhan dan pelatihan budidaya tanaman vertikultur. Penyuluhan dilakukan dengan penyampaian singkat tentang limbah botol plastik dan budidaya vertikultur. Pelatihan budidaya vertikultur dilakukan dengan cara mengajari anak-anak cara pembuatan pot dari botol bekas dan dilanjut dengan penanaman. “Kak, ternyata botol dimanfaatkan sebagai pot gini bagus ya, aku mau coba di rumah ntar. Terima kasih kak, sudah mengajari kami buat pot dari botol bekas. Besok-besok botolnya mau ku kumpulin” ujar Tiwi, salah satu anak yang ikut kegiatan ini. Diharapkan kedua program tersebut dapat berjalan berkelanjutan dan masyarakat merasakan dampaknya.
Penyusun : Vina Rofikoh-FPP-Agroekoteknologi.
Editor : Ragil Saputra, S.Si., M.Cs.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H