Merokok adalah kegiatan menghisap tembakau yang dibakar. Asap tersebut berasal dari tembakau yang digulung pada kertas kemudian pada ujungnya dibakar. Saat ini merokok bukan hanya dilakukan oleh laki-laki bahkan perempuan juga banyak kita temukan.
Hal ini sudah tidak lazim lagi di Indonesia. Belum lagi sisa dari puntung rokok, banyak yang membuangnya sembarangan. Hal itu sangat berbahaya karena puntung rokok berisi filter plastik, filter ini berwarna putih yang terlihat seperti kapas yang disebut selulosa asetat.Â
Tanpa campur tangan manusia, selulosa asetat ini merupakan bahan yang sulit terdegradasi di alam, sehingga tergantung dimana puntung rokok dibuang, dibutuhkan waktu sekitar 18 bulan hingga 10 tahun agar puntung rokok terurai.
Jangankan yang merokok, orang yang menghirup asapnya saja bisa mengalami efek buruknya, disebut dengan perokok pasif. Hal ini sungguh merugikan banyak orang yang tidak merokok. Lantas mengapa masih saja orang-orang tetap memilih menghisap tembakau yang dibakar tersebut. Selain membahayakan diri sendiri juga membahayakan orang lain.
Hal tersebut tidak jauh dari kata kecanduan, ini merupakan kondisi dimana seseorang mengalami ketergantungan dengan zat nikotin yang ada didalam rokok. Pastinya perokok aktif akan susah sekali lepas dari rasa candu tersebut meski mereka tau yang mereka lakukan menimbulkan efek yang sangat berbahaya bagi kesehatan. Alasan orang merokok karena ketagihan terhadap nikotin, tanpa nikotin hidup terasa hampa, agar merasa santai, dan takut disebut cemen.
Menurut WHO pada Mei 2019, kandungan kimia rokok dan asapnya lebih dari 4.000. Dari ribuan senyawa, sekitar 250 termasuk dalam kategori berbahaya, dan lebih dari 50 zat dapat menyebabkan kanker. Banyak orang yang merokok tidak mementingkan kesehatannya padahal banyak dampak yang akan terjadi. Lalu mengapa hal tersebut masih lumrah dilakukan.
Zat- zat yang terkandung dalam rokok itu seperti
- Nikotin, zat stimulan yang dapat meningkatkan mood dan meningkatkan daya ingat dan konsentrasi. Namun, zat tersebut dapat menyebabkan kecanduan atau efek adiktif, sehingga sulit bagi perokok untuk berhenti.
- Aseton adalah bahan kimia dalam penghapus cat kuku. Bahan yang mudah terbakar ini juga digunakan sebagai komponen lem super. Aseton sebenarnya diproduksi di dalam tubuh saat memecah lemak, dan bisa dikeluarkan melalui urine atau  napas. Namun jika kadar aseton dalam tubuh terlalu tinggi, akan berdampak negatif.
- Tar, dalam merokok, kandungan tar rokok juga terserap. Zat ini dapat mempersempit saluran udara kecil di paru-paru atau bronkus, yang bertanggung jawab untuk asupan oksigen. Selain itu, tar juga dapat merusak rambut/silia yang menipis atau pewarna yang menghilangkan virus, bakteri, debu, dan kotoran dari saluran pernapasan. Tar dalam asap rokok mengandung berbagai bahan kimia penyebab kanker yang dapat memicu berkembangnya sel kanker di dalam tubuh. Zat ini juga bisa menyebabkan gigi dan jari menjadi kuning.
- Karbon monoksida, zat ini sering ditemukan pada asap kendaraan. Karbon monoksida dapat menghalangi aliran oksigen ke seluruh bagian tubuh, memaksa jantung bekerja lebih keras dan merusak fungsi paru-paru.
- Benzena, senyawa ini merupakan produk sampingan dari pembakaran. Dengan kata lain, senyawa ini ada dalam asap tembakau yang dapat dihirup siapa saja. Paparan benzena dalam jangka panjang dapat merusak sumsum tulang dan menyebabkan kelainan darah.
Kandungan zat-zat kimia diatas pasti sangat berbahaya bagi kesehatan, yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti kanker darah, penyakit jantung, stroke, kerusakan otak, kanker lidah, kanker tenggorokan, Penyakit Paru Obstruktif Kronis(PPOK), emfisema, asam lambung, osteoporosis, penuaan dini, gangguan psikologis seperti gangguan kecemasan dan susah tidur.
Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menyebutkan bahwa kebiasaan merokok yang dilakukan sebagian besar masyarakat Indonesia menyebabkan penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) yang kini mencapai 9,2 juta jiwa, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013. Tetapi tetap saja sebagian orang tetap tak peduli dengan bahaya rokok yang mengintai kesehatan mereka
Bahkan di tengah krisisnya ekonomi, seseorang tetap membeli rokok, walaupun keuangannya tidak memadai untuk membeli rokok, ia akan terus mencari cara agar dapat menghisap tembakau yang dibakar tersebut.