Para atasan juga harus memiliki kesadaran tentang pemberdayaan tenaga kerja. masalahnya, seluruh staf tidak bisa dipekerjakan semaunya tanpa memperhatikan hak dan kebutuhan staf seperti kebutuhan untuk istirahat dan metahuman hobi. Karena kesehatan para staf juga nantinya akan berpengaruh terhadap kinerja yang akan dilakukan.
Sebaliknya, jika para staf sudah terlihat mulai melenceng dari perjanjian awal, seorang atasan dapat melakukan rapat evaluasi atau menegur staf tersebut secara langsung. Untuk menyimpulkan apakah sikap quiet quitting merupakan ide yang bagus atau tidak pasti akan dikembalikan lagi kepada masing-masing individu.
Karena setiap orang memiliki target dan tujuan yang berbeda. Disamping itu, tidak semua perusahaan juga memiliki fokus dan bidang yang sama. ada bidang-bidang lain yang menuntuk perusahaan tersebut harus berbeda dari perusahaan lainnya. inti dari relasi dan interaksi yang sehat antara staf dan atasan adalah adanya komunikasi dan komitmen yang sama-sama dijalankan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H