Mohon tunggu...
Vina Fitrotun Nisa
Vina Fitrotun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - partime journalist

Senang bercerita

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Regenerasi Petani dan Wacana Ketahanan Pangan

12 Juni 2020   16:05 Diperbarui: 14 Juni 2020   13:55 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sosialisasi petani muda pun ternyata jarang digalakkan melalui program penyuluhan. Padahal penyuluhan pertanian penting dilakukan bukan hanya kepada petani tetapi kepada generasi  muda yang belum menjadi petani pula. Karena penyuluhan dapat menjadi gerbang menuju regenerasi petani. menjadi petani harus diubah mindsetnya. 

Meskipun subsisten kerap kali dipandang sebelah mata, namun kita semua dapat menjadi petani mandiri dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Karena inti dari kegiatan pertanian adalah memenuhi kebutuhan primer manusia.

Dengan mengubah mindset masyarakat melalui penyuluhan kepada pemuda, diharapkan kesadaran untuk bertani semakin meningkat. Selain itu pemerintah pun harus mempertahankan petani yang telah ada dengan pemberian insentif dan pelatihan. 

Usaha pertanian harus menguntungkan dan petani harus sejahtera. Mengingat laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang semakin pesat, maka kebutuhan makanan pun harus diperhatikan ketersediaannya melalui regenerasi petani.

Program-program yang dapat menyejahterakan kehidupan petani harus terus digalakkan pemerintah, karena kebijakan tersebut dapat menarik perhatian generasi muda untuk bertani dan menunda niatnya untuk pergi ke kota menjadi buruh di pabrik-pabrik. 

Saat ini terdapat berbagai platform jual beli online yang dapat memutus rantai distribusi. Kadangkala penyebab usaha pertanian kurang menguntungkan adalah karena besarnya resiko yang harus ditanggung setelah masa panen seperti kemungkinan hasilnya busuk karena kurangnya skill pemasaran

Menurut hasil pengamatan akademik saya, ternyata sebagian besar pemuda yang mata pencaharian keluarganya bertani menjual hasil pertaniannya langsung dan banyak pula yang menjualnya ke tengkulak. Padahal di era digital seperti ini petani dapat langsung bertemu dengan konsumen dengan bantuan anak-anaknya. 

Jika para petani mengalami kendala dengan adaptasi teknologi pemasaran yang dianggap sulit, maka peran serta anaknya dapat dilibatkan dalam pemasaran. Karena dalam berbagai literature yang telah dipelajari fenomena tengkulak pun sering menjadi permasalahan.

Tengkulak memiliki akses dan jaringan pasar dan dapat membeli dengan harga yang murah. Berbagai aplikasi penjualan sayuran dan bahan pokok seperti sayurbox dan Tanihub dapat dijadikan alternatif penjualan saat ini sehingga petani dan konsumen sama-sama mendapatkan harga yang diinginkan

Meskipun masalah regenerasi pertanian seperti benang kusut, optimisme dan harapan harus terus kita pupuk. Pemerintah dan masyarakat patut berkolaborasi mensejahterakan petani. masyarakat dapat menghindari membeli hasil pertanian impor dan pemerintah mendukung petani dalam semua aspek. 

Ekosistem pertanian jika sudah tercipta dengan baik maka akan menyelesaikan masalah-masalah klasik yang terjadi,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun