Mohon tunggu...
Vina Fitrotun Nisa
Vina Fitrotun Nisa Mohon Tunggu... Penulis - partime journalist

Senang bercerita

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Covid-19 Membuat Bumi Tersenyum Kembali

29 April 2020   05:39 Diperbarui: 29 April 2020   05:52 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kita harus bersyukur, Covid-19 hadir ditengah kemajuan teknologi informasi. Meskipun Beberapa kebijakan berdampak terhadap pelambatan ekonomi, namun aktivitas bisnis masih dapat dilakukan dari rumah. 

Bayangkan jika Covid-19 muncul di awal abad ke-19, mungkin separuh dari penduduk dunia sudah sirna. Kecanggihan teknologi informasi harus diakui telah memberikan kontribusi besar dalam memutus rantai penyebaran virus ini. 

Bagaimana tidak, Pemerintah dapat dengan mudah dan sistematis mengedukasi masyarakat dan  memberi himbauan terkait hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilaksanakan selama pandemic ini

Teknologi informasi saat ini  tidak hanya dimanfaatkan oleh pemerintah dan perusahaan besar saja. Faktanya masyarakat dan UMKM pun  menggunakannya untuk menambah penghasilan. 

Hal tersebut dapat disebabkan oleh tingginya minat masyarakat dalam berbelanja online, seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Think with google (2015) mengungkapkan bahwa sebanyak 7,4 juta masyarakat Indonesia berbelanja online. 

Selain itu besaran transaksi online di Indonesia mencapai 3,6 miliar US$. Data tersebut setidaknya dapat dijadikan dua indicator. Pertama pertumbuhan ekonomi kedua melek teknologi

 Sebagai negara berpenduduk tertinggi ke-4 di dunia dan dengan keadaan ekonomi yang sedang tumbuh pesat, mungkin dapat kita bayangkan bagaimana pencemaran udara yang dihasilkan dari  aktivtas industri di berbagai sektor, untuk memenuhi kebutuhan hidup ratusan juta penduduk di Indonesia. 

Jakarta sebagai pusat aktivitas bisnis dan Ibukota, Tak heran jika  menempati peringkat ke-10 sebagai the most polluted capital city setelah Beijing dan Abu Dhabi  menurut IQAirvisual pada tahun 2018.

Kemajuan ekonomi yang berdampak terhadap kesejahteraan nampaknya menyebabkan masalah lingkungan yang memprihatinkan. Keadaan tersebut sebenarnya sudah terjadi dalam jangka panjang dan masif di seluruh dunia, keadaan itu pula yang menyebabkan digagsnya konsep global warming. 

Pemanasan global sebenarnya adalah akumulasi dari pencemaran-pencemaran yang dilakukan oleh manusia, baik berupa air, tanah dan udara. 

Hal tersebut jika terus terjadi sampai ribuan tahun barangkali dapat menjadi ancaman bagi eksistensi manusia,  Karena akan berimplikasi terhadap kontinyuitas kehidupan di muka bumi

Dimensi lain yang mendukung manusia bertahan dimuka bumi adalah tersedianya energi dalam jumlah yang besar. Manusia dapat mencapai kemajuan peradaban dengan dukungan energi. 

Namun sayang, karena ekskploitasi tanpa batas. saat ini energi fosil diprediksi akan habis dalam 50 tahun kedepan (Britishpolluters, 2015) pertanyaannya bersumber dari energi apa generasi yang akan datang bertahan hidup, padahal penduduk di dunia terus bertambah. Penduduk Indonesia pun diprediksi akan terus bertambah hingga mencapai angja 305 juta jiwa pada tahun 2030.

Covid-19 penyerang manusia penyelamat bumi

Covid-19 hingga saat ini telah menginveksi lebih dari 1 juta orang diseluruh dunia, di Indonesia terdapat 3.512  orang yang dilaporkan positif terkena virus corona (covid19.go.id). 

Jumlah tersebut mungkin akan terus bertambah jika seluruh elemen masyarakat tidak disiplin menjalankan karantina pribadi dan mengabaikan instruksi-instruksi yang disarankan oleh dokter dan pemerintah. Namun dibalik segala musibah, semangat dan optimisme harus terus dikobarkan

"semua kan ada hikmahnya" begitulah sepenggal lagu relijius pada tahun 90 an yang mengajarkan kita sisi positif dari segala kejadian. Covid-19 memang membahayakan bagi manusia, bahkan dapat menyebabkan kematian bagi sebagian orang. 

Penularannya pun sangat cepat sekali. Namun yang harus kita ingat adalah kita tidak sendirian, masih banyak negara lain yang mengalami hal serupa. Mungkin kita tidak mengetahui kapan keadaan ini akan berakhir tapi terdapat berbagai pelajaran positif yang harus kita petik dari covid-19 ini

Berbagai ilmuwan baru-baru ini mengemukakan fakta bahwa covid-19 telah berhasil membuat perbaikan terhadap kualitas udara yang ada di seluruh dunia. Hal ini dikarenakan hampir seluruh negara bersama-sama melakukan kebijakan karantina wilayah dan social distancing. 

Untuk memperbaiki kualitas udara, sejak dulu organisasi dunia bahkan aktivis lingkungan tak dapat secara langsung menerapkan aksi masal untuk menghentikan atau mengurangi aktivitas berpolusi, namun dengan adanya wabah ini aksi masal pengurangan emisi dapat dilakukan denga sukarela

Kepedulian masyarakat terhadap lingkungan sebenarnya sudah cukup tinggi. Terbukti dari aksi-aksi lingkungan yang sering dilaksanakan bersama seperti menanam pohon, bersama-sama mengurangi penggunaan kendaraan dengan berjalan ke car free day. Namun ternyata langkah-langkah tersebut tetap kurang efektif dalam mengurangi emisi. 

Kita tidak mengetahui mahluk yang berukuran 500 micro lah ternyata yang mampu mengggerakkan manusia secara masal untuk melakukan aksi diam di rumah

Dampak positif yang dapat kita petik dari mewabahnya virus corona adalah udara yang bersih. Beberapa negara yang dilaporkan mengalami penurunan tingkat polusi adalah newyork yang mengalami penurunan polusi sebanyak 5-10%, senada dengan New York, Cina pun mengalami penurunan emisi sebanyak 30%.

Berita ini mungkin saja kabar baik untuk kita semua. Namun harus diingat juga, untuk menurunkan level emisi mungkin saja diperlukan yang tidak sebentar. Oleh karenanya harus dijadikan pelajaran untuk kita semua, setelah karantina ini selesai komitmen menjaga lingkungan harus terus ditingkatkan juga semangat unjuk menjaga kebersihan harus tetap untuk dipertahankan,

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun