Mohon tunggu...
VINA FARAH AMALIA
VINA FARAH AMALIA Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

bismillah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Penanggulangan Permasalahan Kemiskinan Ekonomi di Ambulu Melalui Program Helper Sheep

27 Juni 2024   17:15 Diperbarui: 27 Juni 2024   17:19 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Upaya Penanggulangan Permasalahan Kemiskinan Ekonomi Di Ambulu Melalui Program Helper Sheep

Efforts to Overcome the Problem of Economic Poverty in Ambulu Through the Helper Sheep Program

Vina Farah Amalia1

Prodi tadris biologi fakultas tarbiyah dan ilmu keguruan universitas islam kiai ahmad siddiq jember

Jl. Mataram no.1 karang miuwo, mangli, kaliwates, jember, jawa timur 68136

Email: vinafa199@gmail.com

ABSTRAK

Kemiskinan sudah tidak asing pada kalangan negara indonesia yang basicnya negara berkembang ini khususnya pada kawasan pedesaan yang mungkin penghasilan mereka hanya dari lubuk sawah dan kebun. Kurangnya lapangan pekerjaan pada pedesaan dan minimnya pendidikan menjadi salah satu faktor tertinggalnya tingkat perekonomian yang ada di pedesaaan oleh karna itu untuk mengatasi kemiskinan komuitas tunas yaitu komunitas desa sabrang yang didirikan oleh para pemuda yang ingin memajukan bangsa dan wilayah mengadakan aksi helper sheep untuk membantu meningkatkan perekonomian warga ambulu jember. Ditinjau dari namanya helper yang artinya penolong dan sheep yang artinya kudaKegiatan helper sheep ini merupakan program tunas dengan teknis meminjamkan domba atau kambing dengan jenis kelamin betina kepada para target yang sekranya kurang memadai dalam poerekonomian, domba tersebut akan dirawat oleh peminjam sampai menghasilkan peranakan dan selanjutnya domba betina akan dikembalikan dan digilir kepada target yang lain, untuk anak domba tersebut akan diberikan kepada peminjam sebagai rasa terima kasih telah merawat domba tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian wawancara dan observasi . tujuan dari penelitian ini untuk melakukan penelitian mengenai situasi kemiskinan di ambulu dan upaya yang dapat dilakukan melalui membuat program helper sheep. 

Kata kunci: helper sheep,komunitas,kemiskinan.

PENDAHULUAN 

  Kemiskinan merupakan masalah yang sulit diselesaikan di negara-negara berkembang, khususnya Indonesia. Hari (2017) menunjukkan bahwa kemiskinan menyebabkan kurangnya jaringan dan struktur sosial yang secara sosio-psikologis meningkatkan produktivitas. Dimensi Kemiskinan merupakan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang ada dalam masyarakat sehingga menghambat peluang. Dalam hal ini terdapat jenis faktor penghambat baik internal maupun eksternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri seseorang, seperti :. rendahnya tingkat pendidikan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Kedua faktor ini mempengaruhi akses masyarakat yang termasuk kategori miskin dalam memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraannya. 

Sharp dalam Kuncoro (2004) menyatakan bahwa terdapat beberapa penyebab dari timbulnya masalah kemiskinan, yakni (1) Terdapatnya perbedaan pola kepemilikan sumber daya sehingga menyebabkan tidak meratanya distribusi pendapatan, (2) Terdapat perbedaan pada kualitas sumberdaya manusia, dan (3) Terdapatnya teori lingkaran setan kemiskinan (Vicious Circle of Poverty). Upaya untuk memberantas kemiskinan ini sudah lama dijalankan oleh pemerintah dengan beberapa program yang ada tetapi untuk masyarakat pedesaan khususnya jember ini masih banyak warga yang terdaftar dalam keluarga miskin. Ditinjau dari data BPS (badan pusat statistik) kabupaten jember banyak masyarakat yang masih terdaftar dalam keluarga miskin / kurang mampu yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Sumber: jemberkab.bps.go.id

Dari data yang sudah dipaparkan diatas dapat kita lihat daftar pembagian raskin ( beras miskin) dari setiap desa yang ada dijember. Nyatanya daerah Ambulu jember merupakan desa diurutan 2 terbanyak pembagian beras raskin ditinjau dari hal itu berarti masih banyak sekali masyarakat ambulu yang kurang berkecukupan oleh karna itu peneliti mengambil daerah ambulu sebagai target penelitiannya. 

METODE 

Metode penelitian kepustakaan atau tinjauan pustaka digunakan dalam penelitian penulisan artikel ini. Menurut Achmadi (2005), tidak perlu melakukan tinjauan literatur untuk datang langsung ke lokasi dan bertemu dengan responden. Pendekatan penelitian kepustakaan adalah teknik pengumpulan data untuk memenuhi kebutuhan penelitian yang bersumber dari literatur, laporan, sumber kepustakaan atau dokumen. Makalah ini disusun dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber, membandingkan informasi, dan mendapatkan hasil data yang berkaitan dengan topik pembahasan. Kumpulan informasi atau data terkait topik pembahasan artikel ini disediakan oleh Google Platform. Data yang sebelumnya dijadikan sumber referensi penulisan artikel adalah dari jurnal on Community Empowerment, sebuah inisiatif penanggulangan masalah kemiskinan di Indonesia dengan menggunakan perspektif pekerja sosial.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kasus Kemiskinan Di Indonesia 

Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang belum terselesaikan di negara berkembang khususnya di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2021 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai hingga 26,50 juta penduduk atau sebesar 9,71 persen. Dilansir dari laman web Kompas.com, Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) memberi prediksi bahwa pada tahun 2022 Indonesia mengalami kenaikan dalam angka kemiskinan menjadi 29,3 juta penduduk atau sebesar 10,81 persen. Menurut Friedman dalam Suharto (2014:134) Kemiskinan merupakan kondisi yang muncul diakibatkan oleh adanya kesempatan yang tidak merata dalam mengakumulasi dasar kekuatan sosial seperti: Modal produktif Aset (tanah, perumahan, peralatan dan kesehatan) Sumber-sumber keuangan (pendapatan serta kredit yang memadai) Organisasi sosial dan politik (partai politik, koperasi, kelompok usaha, dan kelompok simpan pinjam).

Terdapat 14 Kriteria Miskin menurut Standar Badan Pusat Statistik, diantaranya: 1. Luas lantai bangunan pada tempat tinggal berukuran kurang dari 8m2 per orang 2. Jenis lantai pada tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu dengan biaya atau harga yang murah 3. Jenis dinding pada tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu dengan kualitas rendah/tembok tanpa diplester. 4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar atau dilakukan secara bersama-sama dengan rumah tangga lain. 5. Sumber penerangan rumah tangga masih tidak menggunakan listrik. 6. Sumber air minum berasal dari sumur/ mata air tidak terlindung/sungai/air hujan. 7. Bahan bakar yang digunakan untuk memasak makanan sehari-hari yakni menggunakan kayu bakar/ arang/ minyak tanah 8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam dalam satu kali seminggu. 9. Hanya mampu membeli satu stel pakaian baru dalam setahun 10. Hanya mampu makan sebanyak satu/ dua kali dalam sehari 11. Tidak mampu membayar biaya pengobatan di puskesmas/ poliklinik 12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan 13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga yakni tidak sekolah/ tidak tamat SD/ tamat SD. 14. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit/ non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Kemiskinan Kultural 

Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang diakibatkan oleh terdapatnya kultur, budaya atau kebiasaan yang dianut oleh suatu masyarakat berupa kebiasaan masyarakat dalam cara berpikir masyarakat yang kurang rasional serta merasa cepat puas dengan sesuatu yang telah dicapai sehingga menyebabkan timbulnya sifat malas. Kemiskinan kultural merupakan kondisi kelompok masyarakat dimana menurut kelompok masyarakat lainnya sudah termasuk kedalam kategori miskin atau sangat miskin namun kelompok masyarakat ini tidak merasa memiliki masalah dengan keadaan yang mereka hadapi sehingga menyebabkan sulitnya menanggulangi permasalahan kemiskinan pada kelompok yang masuk ke dalam kemiskinan kultural ini.

Kemiskinan Struktural 

Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang diakibatkan oleh terdapatnya kebijakan pembangunan yang belum merata bagi seluruh masyarakat sehingga munculnya permasalahan ketimpangan pendapatan pada suatu kelompok masyarakat. Kelompok kemiskinan ini diakibatkan oleh sistem dan struktur sosial yang tidak menyediakan kesempatan atau lapangan pekerjaan yang memungkinkan masyarakat dalam kategori miskin untuk dapat bekerja. Penduduk yang termasuk kedalam kelompok ini umumnya yakni bekerja sebagai buruh tani, pemulung, penggali pasir serta orang-orang yang tidak terpelajar atau terlatih. Pemerintah memiliki peranan besar dalam mengentaskan permasalahan kemiskinan dalam kelompok kemiskinan struktural dikarenakan dalam menyelesaikan permasalahan kemiskinan pada kelompok ini butuh adanya seseorang yang memiliki kekuasan dan mampu untuk menciptakan kebijakan yang pro terhadap masyarakat miskin. Hal ini berkaitan juga dengan salah satu penyebab permasalahan kemiskinan di Indonesia, yakni terdapatnya kebijakan ekonomi dan politik yang tidak memberikan keuntungan pada masyarakat yang tergolong kedalam penduduk miskin sehingga menyebabkan mereka tidak mendapatkan akses sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan layak.

Upaya Pekerja Sosial Dalam Menanggulangi Kemiskinan Melalui Pemberdayaan 

Peran pekerjaan sosial dalam upaya mengatasi kemiskinan dilakukan dengan mengubah perspektif atau cara pandang terhadap orang miskin bahwa mereka memiliki potensi yang dapat digunakan untuk terbebas dari kemiskinan, kemudian juga pekerja sosial dapat terlibat langsung menjadi pendamping di suatu program-program penanggulangan kemiskinan yang dibentuk oleh pemerintah, salah satunya seperti PKH (Program Keluarga Harapan) (Poluakan dkk, 2019). Menurut Sitepu (2017) pekerjaan sosial dalam mengatasi masalah kemiskinan tidak hanya berfokus pada kondisi individunya saja melainkan juga berusaha mengintervensi kondisi lingkungannya, karena lingkungan tidak dapat terlepas dari masyarakat miskin. Menurutnya juga intervensi pada lingkungan juga sebagai bentuk untuk memperbaiki keberfungsian pada individu nantinya. Upaya yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial dalam membantu mengatasi masalah kemiskinan masyarakat yaitu dengan berusaha meningkatkan keberfungsian sosial masyarakatnya (Haris, 2018). Keberfungsian sosial merupakan kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar pada diri dan keluarganya serta kemampuan untuk terlibat secara positif dilingkungan masyarakat (Sitepu, 2017). Adapun penanganan kemiskinan oleh pekerja sosial diarahkan untuk mewujudkan perubahan yang berfokus pada tiga hal, yaitu : 1). Individu dengan lingkungan sosial, 2). Lingkungan dan pengaruhnya pada individu, 3). Interaksi individu dengan lingkungan sosialnya. Upaya penanggulangan kemiskinan yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial yaitu menciptakan pemberdayaan masyarakat dan melakukan pendampingan terhadap pemberdayaan tersebut. Pemberdayaan masyarakat dapat menjadi sebuah jalan kekuatan bagi masyarakat yang tidak berdaya atau miskin memiliki kemampuan untuk bangkit (Poluakan, 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Perwiranegara (2021) dalam artikel yang berjudul “PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK MENANGGULANGI KEMISKINAN BANGSA INDONESIA DALAM PENDEKATAN PEKERJA SOSIAL”, dijelaskan bahwa terdapat strategi dasar dalam melakukan pemberdayaan dan pendekatan pemberdayaan, diantaranya yakni: a. Pengembangan masyarakat lokal Pengembangan masyarakat lokal dapat dilakukan dengan membahas strategi transformasi bersama-sama dengan adanya partisipasi warga sebanyak mungkin agar dapat menentukan masalah yang sedang mereka hadapi serta solusi yang tepat untuk menghadapi masalah tersebut. b. Rencana Sosial Perencanaan yang disiapkan dilandasi oleh tujuan yang ingin dicapai dengan mengumpulkan berbagai fakta serta melakukan aktivitas yang telah tersusun secara sistematis. c. Aksi Sosial Menyadarkan masyarakat terkait permasalahan yang sedang dihadapi dan melakukan tindakan untuk menanggulangi permasalahan yang sedang dihadapi tersebut secara mandiri. Dalam melakukan upaya pemberdayaan terhadap masyarakat tentunya membutuhkan rencana komprehensif, rencana komprehensif memiliki beberapa elemen seperti berkaitan dengan masa depan, melakukan rangkaian kegiatan secara sistematis dan memiliki tujuan untuk mewujudkan harapan dengan melihat kondisi masa lalu , masa kini dan masa yang akan datang (Perwiranegara, 2021). Adapun pendekatan yang dapat dilakukan dalam proses pemberdayaan menurut Perwiranegara (2021) yaitu : 1. Pemberdayaan Merupakan upaya memaksimalkan atau mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh masyarakat dengan tujuan untuk membantu membebaskan masyaratakat dari hambatan budaya struktural 2. Memperkuat Memperkuat pengetahuan serta potensi masyarakat dengan mengembangkan kemampuan serta meningkatkan kepercayaan diri masyarakat dalam mencari upaya pemecahan masalah serta melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk mengatasi permasalahannya. 3. Perlindungan Memberi perlindungan bagi masyarakat khususnya kelompok rentan terhadap penindasan yang dilakukan oleh kelompok kuat. dan menghindari terjadinya persaingan yang tidak seimbang. Hal ini dapat dilakukan dengan menghilangkan tindakan diskriminasi di lingkungan masyarakat. 4. Dukungan Memberikan dukungan bagi masyarakat yang menjalankan peran agar mereka tidak terjerumus dalam keadaan yang rentan. 5. Pemeliharaan Menjaga kondisi keseimbangan distribusi kekuasaan di antara semua kelas masyarakat. Debois dan Miley (1992:211) menyampaikan beberapa metode atau teknik yang dapat dilakukan oleh profesi pekerjaan sosial dalam melakukan pemberdayaan masyarakat, yakni: 1). Membangun hubungan saling bantu membantu dengan masyarakat, 2). Menjalin komunikasi yang baik dengan menghormati martabat klien serta fokus dan menjaga kerahasiaan klien, 3). Memiliki komitmen untuk memecahkan masalah, 4). Tetap berpegang teguh serta merefleksikan sikap dan nilai dari profesi pekerjaan sosial dengan memperhatikan kode etik, berpartisipasi dalam pengembangan profesi, dan menghapus berbagai bentuk diskriminasi dan ketidaksertaraan.

DAFTAR PUSTAKA 

Abdiansyah, T. (2021). PEMBANGUNAN KESEJAHTERAAN SOSIAL: PEMBERDAYAAN MASYARAKAT UNTUK MENANGGULANGI KEMISKINAN BANGSA INDONESIA DALAM PENDEKATAN PEKERJA SOSIAL. Jurnal Sosial Politik Integratif, 1(1), 50-60. 

Anggraini, Deri Firma., Saefulrahman., Sagita, Novie Indrawati.(2021).Implementasi Fungsi Pemerintahan Dalam Penanganan Masalah Penyandang Disabilitas di Kota Padang Panjang.Jurnal Administrasi Pemerintahan (Janitra).Vol 1 (2) : 184 – 194 

Baharuddin, B. (2020). MEMBUMIKAN PEKERJAAN SOSIAL DALAM PROGRAM KELUARGA HARAPAN (SEBUAH REFLEKSI). Quantum: Jurnal Ilmiah Kesejahteraan Sosial, 16(1), 49-55.

 Graha, A. N. (2009). Pengembangan masyarakat pembangunan melalui pendampingan sosial dalam konsep pemberdayaan di bidang ekonomi. Jurnal Ekonomi Modernisasi, 5(2), 117-126. 

Haris, A. M. A. (2018). Masalah Kemiskinan Suatu Tantangan Bagi Profesi Pekerja Sosial. Jurnal Mimbar Kesejahteraan Sosial, 1(1).

Hatu, Rauf A.(2010).Pemberdayaan dan Pendampingan Sosial Dalam Masyarakat (Suatu Kajian Teoritis).Jurnal Inovasi. 7(4) : 240 – 254 

Huraerah, A. (2013). Strategi Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan di Indonesia. Jurnal Ilmu Kesejahteraan Sosial, 12(1), 3-13. 

Indika, M., & Marliza, Y. (2019). Upaya Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Dalam Mengatasi Kemiskinan di Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas. MBIA, 18(3), 49-66. 

Ishatono, I., & Raharjo, S. T. (2016). Sustainable development goals (SDGs) dan pengentasan kemiskinan. Share: Social Work Journal, 6(2), 159. 

Manopo, Tesalonika., Singkoh, Frans., Kasenda, Ventje.(2021).Pemberdayaan Kelompok Penyandang Disabilitas Oleh Dinas Sosial Kabupaten Minahasa (Studi Kasus di Kecamatan Langowan Timur).Jurnal Governance.Vol 1 (2) : 1 - 9 

Mujiyadi, B. (2012). PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN PINGGIRAN KOTA Studi Pekerjaan Sosial tentang Petani Penggarap di Lahan Sementara. Sosio Konsepsia: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, 17(2), 192-204.

Poluakan, M. V., Nurwati, Nunung.(2019).Peran Pekerja Sosial Dalam Mengatasi Kemiskinan Kultural di Indonesia.Jurnal Sosio Informa. 5 (03): 177-188 

Poluakan, M. V., Raharjo, Santoso T., Nurwati, Nunung.(2020).Strengths-Perpective Sebagai Penguat Dalam Pengembangan Kebijakan Sosial Pengentasan Kemiskinan di Indonesia.Jurnal Sosio Informa. 6 (01) : 63-75 

Ras, A. A. (2013). Pemberdayaan masyarakat Sebagai Upaya pengentasan kemiskinan. PERENNIAL, 56-63. 

Setiawan, H. H. (2017). Penanggulangan Kemiskinan Melalui Pusat Kesejahteraan Sosial. Sosio Informa, 3(3). 

Sitepu, Anwar.(2017).Penanganan Fakir Miskin Ditinjau Dari Konsep-Konsep Pekerjaan Sosial.Jurnal Sosio Informa. 3 (1) : 70-87 

Susantyo. B., Nainggolan, T.(2018).Integrasi Penanggulangan Kemiskinan Melalui Program Keluarga Harapan.Jurnal Ilmiah Kesejahteraan Sosial. 14 (26) : 73-84 

Susanto, Djoko., Yanuarita, Heylen Amildha.(2021).Pemberdayaan Penyandang Disabilitas Oleh Dinas Sosial Kota Kediri.Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan.Vol 5 (4) : 1300 – 1310

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun