Mohon tunggu...
Vilya Lakstian
Vilya Lakstian Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Penulis adalah Dosen Linguistik di Jurusan Sastra Inggris dan Pusat Pengembangan Bahasa IAIN Surakarta, Akademi Bahasa Asing Harapan Bangsa, dan International Hospitality Center. Selain mengajar mahasiswa, dia juga mengajar untuk staff hotel, pelayaran, dan pramugari. Penulis adalah lulusan Pascasarjana Prodi Linguistik Deskriptif di Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Sarjana Sastra Inggris konsentrasi Linguistik di IAIN Surakarta. Penulis aktif dalam penelitian dan kajian sosial. Penulis juga sering menulis untuk media massa, dan penelitian untuk jurnal. Dalam berbagai kajian bahasa yang telah dilakukannya, linguistik sistemik fungsional menjadi topik yang sering dibahas dan dikembangkan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Mengantarkan Anak di Hari Pertama Sekolah Menjadi Amat Penting?

12 Juli 2016   20:56 Diperbarui: 12 Juli 2016   21:06 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Di balik gerbang sekolah, ada semangat keilmuan yang besar untuk manusia Indonesia yang cerdas

Setiap insan dibimbing untuk menghadapi hal atau pengalaman yang besar dalam hidupnya. Masih ingatkah kita ketika ayah dan ibu saling berhadapan memandu kita ketika sedang belajar berjalan? Saat itu adalah waktu saat ayah menegakkan badan dan membantu buah hatinya berjalan sambil menuntun dengan menggenggam kedua tangannya. Perlahan-lahan, dia melepaskan tangannya dan kemudian si kecil ini mencoba tegak berjalan, menjaga keseimbangannya, menuju ibu yang telah menunggu di depannya dengan wajah bahagia sekaligus berharap sang anak berhasil menghadapi tantangan ini dengan selamat.

Akhirnya, tantangan berhasil dilalui! Tampak wajah bersinar dari wajah kedua orangtua kita karena yang tercinta telah siap melangkah lebih jauh lagi untuk kesuksesan hidupnya.

Hal ini juga terjadi pada dunia  pendidikan, dan akan terjadi dalam perjalanan hidup kita, khususnya saat memasuki pengalaman yang baru, meraih tingkatan yang lebih tinggi, hingga menggapai cita-cita. Selain itu, terdapat transisi dari ranah keluarga menuju ranah yang lebih luas, yaitu dimulai dari sekolah.

Semua hal itu kemudian bermula pada hal yang sangat sederhana. Apakah itu? Di hari pertama sekolah. Minggu depan, aktifitas belajar mengajar akan dimulai. Mengapa hari itu menjadi momen yang penting?

Orangtua sebagai Gate Keeper

Hari pertama sekolah memang sebuah momentum. Momen ketika anak menuju tempat belajar baru ataupun naik kelas. Oleh karena itulah, hari pertama sekolah adalah  sesuatu yang hebat. Hari itu adalah hari ketika anak berhasil mencetak lembar sejarah yang mengantarkannya setahap demi tahap untuk mencapai cita-citanya.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini mengampanyekan Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah. Sebagai ranah awal anak tumbuh, keluarga berperan penting hingga kemudian berkolaborasi bersama sekolah.

Anak adalah pribadi yang sedang belajar untuk perkembangannya kemudian hari membantu orangtua dan negaranya. Pada proses serah-terima anak dari domain (ranah) keluarga kepada pendidikan yang lebih luas ini, mengantar anak di hari pertama sekolah menghadirkan orangtua sebagai gate keeperbagi anak, yaitu berperan sebagai penghubung dari keluarga ke sekolah.  Anak, sebagai pribadi yang dibina, dihantarkan kepada para pendidik yang tulus dan ikhlas mendedikasikan dirinya untuk mencerdaskan putra-putri bangsa.

Orangtua dan guru adalah sama-sama sebagai pihak yang berperan penting dalam perkembangan pendidikan anak. Oleh karena itu, keduanya harus tulus ikhlas dan profesional. Sekolah adalah tempat dimana anak dihadapkan pada berbagai perangkat materi ketrampilan untuk hidup (skills for life). Kemudian, semangat ini dikembangkan dalam keseharian anak bersama orangtua.

Sebagai gate keeperada banyak hal yang ditemui. Di hari pertama sekolah, orangtua akan bertemu dengan para guru. Begitu juga bagi mereka yang naik kelas. Di hari pertama sekolah saya masuk kelas 2 SD, ibu mengantarkan saya kepada guru-guru kelas 1 dan kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan bapak dan ibu guru yang telah membawa saya lulus satu tingkat menuju tingkat yang lebih tinggi. "Terima Kasih Bu, sudah membuatku pintar", kataku. "Ya, sama-sama. Tetap rajin belajar di kelas dua ini ya", jawab walikelasku kelas 1 ketika hendak menuju ke ruang guru dari parkiran sekolah.

Mengantarkan anak di hari pertama sekolah tentu juga menjadi momen yang berharga bagi orangtua. Ada pesan yang disampaikan oleh orangtua kepada putra-putrinya. Seperti ketika menonton sebuah film keluarga, seorang ayah berpesan kepada yang tercinta, memberinya semangat, lalu melambaikan tangan kepadanya di saat sang anak menuju ke ruang kelasnya. Ini bukan sebuah drama. Ini semacam sebuah ritual atau kesadaran kolektif setiap orangtua bahwa dirinya hadir menuntun anak dalam menuntut ilmu.

Bertemunya orangtua dan pihak sekolah yang bersinergi ini diharapkan juga mampu untuk mendeteksi berbagai potensi yang dapat saling dikabarkan. Karena memang tidak ada yang lebih sempurna daripada berinteraksi secara langsung, sebagaimana diharapkan ketika mengantarkan anak ke sekolah, sehingga kebaikan dan nilai-nilai positif dapat diprioritaskan sejak awal. Dukungan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini juga diharapkan mampu menghadirkan negara dalam kelancaran proses pendidikan, dan bermasyarakat.

Aku, yang Mulai Sekolah hingga Naik Kelas

Bersiaplah menciptakan tonggak bersejarah (milestone) dalam hidup. Hal ini juga terjadi ketika anak mulai masuk sekolah. Masuk sekolah bukanlah hal yang sepele. Di sekolah, anak telah memasuki dunia yang lebih besar, apalagi dengan tubuh mungilnya itu. Dia benar-benar seorang yang tangguh bila dia berani untuk masuk sekolah. Khususnya bagi mereka yang baru masuk sekolah yang baru. Pada tahap ini anak sedang menuju ke sebuah dunia pengalaman  yang baru, berhadapan dengan register (mengambil dari istilah bidang humaniora) yang baru pula, dimana terdapat suatu seting yang terbentuk dari seperangkat partisipan, aktifitas, ritual belajar-mengajar, tujuan, dan berbagai aspek pembentuk konteks sosio-kultural tertentu. Tidak hanya itu, anak telah menapaki jenjang yang lebih tinggi lagi.

Di sekolah, bersosialisasi tidak hanya untuk bermain-main semata, seperti halnya anak-anak yang berlarian di kampung, tetapi juga permulaan menjalani hidup sosial yang sebenarnya: belajar untuk hidup. Ada tujuan dan cita-cita yang akan diraih.

"Di  sana ada bapak dan ibu guru yang akan membimbingmu belajar agar pintar membaca, menulis, dan berhitung. Mereka lah ayah dan ibumu di sekolah yang akan menyayangimu. Di sekolah, kamu juga akan bertemu dengan teman-teman baru. Mereka juga berjuang bersamamu agar pintar", saat itu ibu berkata kepadaku.

Waktu itu adalah hari pertama sekolah. Tentu, perasaan takut itu ada. Ya, itu alami seperti kita yang akan menghadapi hal yang baru. Hari pertama ibu mengantarku berjalan bersama menuju ke sekolah. Banyak hal yang kami bicarakan dalam perjalanan menuju ke sekolah. Ibu menunjukkan hal yang perlu diketahui dalam rute menuju ke sekolah, seperti petunjuk unik dari setiap kelokan jalan agar aku selalu mengingatnya. Inilah yang kemudian akhirnya membuatku berani untuk berangkat ke sekolah sendiri.

Selain itu, mengantar anak di hari pertama sekolah berusaha untuk menciptakan bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan. Semua orang menunggu-nunggu untuk masuk sekolah, bertemu teman-teman, menyalami bapak ibu guru, dan rasa ingin tahu yang besar pelajaran apakah yang akan dipelajari berikutnya.

Gerakan ini adalah langkah yang baik bagi orangtua maupun sekolah untuk saling menunjukkan kemitraan keduanya sekaligus memastikan bahwa anak-anak mendapatkan pendidikan sebaik-baiknya dari keluarga maupun sekolah. Hal ini diharapkan kepentingan siswa menjalani pendidikan formal dapat terus terjaga (baca KOMPAS, 11/7/16, hlm 10 & 12/7/16, hlm 12)

Hari pertama sekolah ada setelah melalui proses yang panjang. Kesiapan menjalani hari itu adalah kemantapan dari setiap insan yang telah mendedikasikan dirinya untuk semangat hidup, bahwa dengan pendidikan, semua menjadi cerah dan hidup menjadi benar-benar bermakna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun