Bertemunya orangtua dan pihak sekolah yang bersinergi ini diharapkan juga mampu untuk mendeteksi berbagai potensi yang dapat saling dikabarkan. Karena memang tidak ada yang lebih sempurna daripada berinteraksi secara langsung, sebagaimana diharapkan ketika mengantarkan anak ke sekolah, sehingga kebaikan dan nilai-nilai positif dapat diprioritaskan sejak awal. Dukungan dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan ini juga diharapkan mampu menghadirkan negara dalam kelancaran proses pendidikan, dan bermasyarakat.
Aku, yang Mulai Sekolah hingga Naik Kelas
Bersiaplah menciptakan tonggak bersejarah (milestone) dalam hidup. Hal ini juga terjadi ketika anak mulai masuk sekolah. Masuk sekolah bukanlah hal yang sepele. Di sekolah, anak telah memasuki dunia yang lebih besar, apalagi dengan tubuh mungilnya itu. Dia benar-benar seorang yang tangguh bila dia berani untuk masuk sekolah. Khususnya bagi mereka yang baru masuk sekolah yang baru. Pada tahap ini anak sedang menuju ke sebuah dunia pengalaman  yang baru, berhadapan dengan register (mengambil dari istilah bidang humaniora) yang baru pula, dimana terdapat suatu seting yang terbentuk dari seperangkat partisipan, aktifitas, ritual belajar-mengajar, tujuan, dan berbagai aspek pembentuk konteks sosio-kultural tertentu. Tidak hanya itu, anak telah menapaki jenjang yang lebih tinggi lagi.
Di sekolah, bersosialisasi tidak hanya untuk bermain-main semata, seperti halnya anak-anak yang berlarian di kampung, tetapi juga permulaan menjalani hidup sosial yang sebenarnya: belajar untuk hidup. Ada tujuan dan cita-cita yang akan diraih.
"Di  sana ada bapak dan ibu guru yang akan membimbingmu belajar agar pintar membaca, menulis, dan berhitung. Mereka lah ayah dan ibumu di sekolah yang akan menyayangimu. Di sekolah, kamu juga akan bertemu dengan teman-teman baru. Mereka juga berjuang bersamamu agar pintar", saat itu ibu berkata kepadaku.
Waktu itu adalah hari pertama sekolah. Tentu, perasaan takut itu ada. Ya, itu alami seperti kita yang akan menghadapi hal yang baru. Hari pertama ibu mengantarku berjalan bersama menuju ke sekolah. Banyak hal yang kami bicarakan dalam perjalanan menuju ke sekolah. Ibu menunjukkan hal yang perlu diketahui dalam rute menuju ke sekolah, seperti petunjuk unik dari setiap kelokan jalan agar aku selalu mengingatnya. Inilah yang kemudian akhirnya membuatku berani untuk berangkat ke sekolah sendiri.
Selain itu, mengantar anak di hari pertama sekolah berusaha untuk menciptakan bahwa sekolah adalah tempat yang menyenangkan. Semua orang menunggu-nunggu untuk masuk sekolah, bertemu teman-teman, menyalami bapak ibu guru, dan rasa ingin tahu yang besar pelajaran apakah yang akan dipelajari berikutnya.
Gerakan ini adalah langkah yang baik bagi orangtua maupun sekolah untuk saling menunjukkan kemitraan keduanya sekaligus memastikan bahwa anak-anak mendapatkan pendidikan sebaik-baiknya dari keluarga maupun sekolah. Hal ini diharapkan kepentingan siswa menjalani pendidikan formal dapat terus terjaga (baca KOMPAS, 11/7/16, hlm 10 & 12/7/16, hlm 12)
Hari pertama sekolah ada setelah melalui proses yang panjang. Kesiapan menjalani hari itu adalah kemantapan dari setiap insan yang telah mendedikasikan dirinya untuk semangat hidup, bahwa dengan pendidikan, semua menjadi cerah dan hidup menjadi benar-benar bermakna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H