Dalam sekejap mereka lupa bahwa hari masih Ramadhan. Puasa masih menjadi kewajiban ketika itu. Esensi puasa jangan sampai hilang! Ketika sedang mempersiapkan kebutuhan mudik, saat itu biasanya adalah sepuluh hari ketiga yang merupakan hari-hari yang penuh ampunan. Tetaplah untuk berusaha agar kebutuhan religius tetap terpenuhi. Allah SWT adalah Yang Maha Segalanya. Berdzikir terus sambil menjalankan aktivitas, itu juga salah satu cara memaksimalkan doa dalam setiap waktu yang ada. Siapa tahu, masih banyak tiket tersedia, atau tabungan masih tersisa setelah mendaftar anggaran mudik. Huwallahualam.
Oleh karena itu, benar juga kalau kata “mudik” juga punya padanan makna “Suatu maksud atau niat hendaklah tentu wujud atau tujuannya.” Kita punya tujuan, contohnya bertemu dengan ayah dan ibu di kampung. Upayakan untuk bisa memenuhi tujuan itu dan fokus.
“Baju baru, Alhamdulillah… dipakai di Hari Raya. Tak punyapun tak apa-apa, masih ada baju yang lama.”
Sekiranya seperti itulah sepenggal lagu ketika saya masih kecil yang lama sudah tidak saya nyanyikan lagi. Kesibukan dalam keseharian bikin lupa masa lalu. Tetapi dari yang lalu itu membentuk kepribadian kita sekarang ini. Orang-orang yang menumbuhkembangkan kita, atau benda-benda hasil kesuksesan kita dalam perjalanan karir adalah sebagian dari masa lalu kita. Baju yang lama kalau masih bersih, diberi wewangian, dan dikenakan oleh orang yang pantas juga masih ganteng, cantik, dan menawan…
Selamat Hari Raya Idul Fitri. Mohon Maaf Lahir dan Batin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H