Setiap orang pasti ingin berbuat baik. Perbuatan baik memang banyak manfaatnya. Kita bisa mendapat nikmat dan berkah dari Tuhan dengan berbuat baikkepada sesama. Ketika melakukan kebaikan, terkadang kita ingin berbagi kebaikan itu agar bisa dicontoh orang lain, sehingga dunia ini menjadi tempat yang begitu indah dan nyaman dengan orang-orang baik di sekeliling kita. Tetapi, pernahkah kita berpikir bahwa masih ada di antara kita yang "tidak mampu" melakukannya? Padahal ada keinginan kuat untuk berkontribusi memberi nikmat Tuhan yang telah dimiliki kepada sesama. Apakah dia salah?
Diri Sendiri atau Orang Lain
Selama ini kita masih melihat pada diri sendiri, dan tidak peka melihat sesama. Kita masih terlalu sibuk memikirkan orang-orang yang akan kita beri kebaikan, tapi tidak pernah memberikan perhatian pada mereka yang ingin bisa berbuat baik juga seperti kita.
Ada seorang tukang becak yang hidupnya masih susah. Setiap hari dia tidak bisa makan sepiring utuh. Dia rela tidak makan untuk anak-anaknya. Mau bersedekah? Bagaimana bisa?! Untuk keluarganya sendiri pun masih kekurangan. Dia selalu sedih kalau lihat banyak iklan lembaga penyalur zakat atau bantuan lainnyadi jalan ketika mengantar penumpangnya. Jadi, kapan dia bisa membantu sesama? Marahkah Tuhan kepadanya?
Memaknai Kembali
Bapak ini kemudian memutuskan untuk memberi tumpangan gratissetiap hari Jumat.Mereka yang menikmati gratis adalah yang benar-benar membutuhkan, orang miskin atau ibu hamil misalnya. Dia sadar bahwa dia masih membutuhkan penghasilan untuk hidup. Kalau gratis pada semuaorang, jikadia sakit atau anak-anaknya harus bayar SPP untuk sekolah, uang dari mana? Perbuatan baik itu diniatkan dalam hati tanpa harus di- woro-woro (diumumkan).
Hal yang saya apresiasi dari bapak ini adalah bahwa dia sadar, setiap langkah untuk kebaikan akan menjadi pahala. Jadi, dia tidak khawatir kekurangan pahala. Ketika dia mengantar orang yang membawa sumbangan ke lembaga zakat, dia berkontribusi melancarkan pemberian rezeki Tuhan untuk sesama. Saat mengantar seseorang yang berkunjung ke rumah kerabat, berarti dia juga telah membantu orang itu bersilaturahmi. Mengantar anak sekolah?Allah berfirman, bahwa Dia akan meninggikan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Begitu besar pahala bapak ini untuk mengantar anak-anak itu menuju masa depan sebagai orang-orang yang berilmu.
Cara orang berbuat baik itu beragam. Perlu untuk mendefinisikan kembali apa arti kebaikan, khususnya memberi. Tidak hanya pakai uang, dengan tenaga pun bisa. Bersikap ramah itu juga sedekah. Ada sesuatu yang bisa diberikan kepada sesama dengan ikhlas dan diniatkan untuk mendapat ridha dari-Nya. Apapun sesuatu itu, bila ada nilai kebaikan di dalamnya. Sesungguhnya, perbuatan baik dan pahala itu bukan untuk orang lain, tapi menjadi nilai kebaikanuntukkita.
Tuhan Selalu Bersamamu
Kita perlu juga memiliki social empathy. Sikap ini merujuk pada sikap untuk merasakan sesama. Bagaimana kalau kita dalam posisi pak becak itu? Contoh di atas menunjukkan bagaimana mindset perlu diperbaharui. Maksudnya, bukan diubah, tapi ditingkatkan. Sungguh beruntung jika anda sudah diberikan banyak nikmat dari Tuhan, sehingga lebih dari cukup untuk memberi. Bagi yang masih kurang, masih banyak cara untuk sesama. Tidak selalu yangumum dilakukan. Malah kita akan berharga, ketika bisa menampilkan sesuatu yang baru. Jaman sekarang ini seolah-olah kita disetir oleh keumuman. Selain berpikir "out of the box", coba untuk "making new box". Perbuatan baik manusia tetap akan dilihat Tuhan, siapapun dan bagaimanapun itu. Tuhan Maha Adil. Sekecil apapun itu tetap dihitung sebagai amal. Sejarah nabi-nabi kita dulumenunjukkan bahwa keberadaan Tuhan banyak berawal dari hal-hal yang kecil.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H