Misteri Hutan Mageia
Bab 1
Hujan terdengar ribut di luar, namun kalah dengan berisiknya di kelas. Istirahat, seperti biasa. Meresahkan. Aku memutuskan untuk mengobrol dengan temanku, Hannah. Dia murid baru tahun ini, yang pindah dari sebuah kota besar. Dia cukup pendiam, namun dia menyenangkan. Aku pernah ke rumahnya, buku novelnya berjajar rapi di  beberapa rak buku. Â
Namaku Evelyn, aku salah satu murid lama di sekolah ini. Aku tinggal di rumah pinggir hutan, dan aku cukup sering berkeliling hutan untuk menjelajah. Aku sudah berada di kota ini sejak kelas 1 SD dan sekarang aku kelas 1 SMP. Sebenarnya kota ini cukup tertutup, bisa ditemui saat kita menjelajah menggunakan mobil atau pesawat kecil.
Aku mengobrol dengannya seraya sebuah pengumuman berbunyi lewat megafon sekolah, tentang murid-murid yang dipilih untuk bertanding basket setelah ujian tengah semester. Dua nama yang familiar di kelasku, Marcel dan Christian muncul di antara nama-nama yang disebutkan. Karena yang disebutkan hanya sedikit, tentu itu membuat kelas kita bangga dan keadaan semakin berisik. Aku menoleh ke Hannah, "Mau pergi ke perpustakaan?" "Tentu" katanya.
Kami hendak pergi dan bel segera berbunyi, "Hah?" kataku bingung. Biasanya istirahat cukup lama, 30 menit. Aku baru ingat kalau pengumuman berkata kalau sekolah selesai lebih cepat karena akan ada libur 4 minggu sebelum ujian tengah semester.
Guru biologi segera masuk, dan kelas mendadak sunyi. Biologi adalah pelajaran favoritku setelah olahraga dan bahasa. "Karena libur sebelum ujian cukup lama, saya akan memberikan sebuah tantangan untuk kalian. Boleh berkelompok." Katanya tenang. Aku menoleh kepada Hannah yang bersemangat, begitupun aku.
"Carilah hewan mistis di hutan dan identifikasikanlah. Kalau berhasil, nilai ujian tengah semester dan akhir semester biologi akan otomatis 100!" Kataku mengulang permintaan yang dikatakan guru biologi sepulang sekolah. "Maksudku aku tertantang, toh bukan karena nilaiku buruk. Aku hanya tertarik." "Lagipula kita sudah mencoba bukan? Mencari mahluk mistis di hutan Mageia." Hannah berkata mantap.
Mageia dalam bahasa Yunani berarti sakti. Konon, ada banyak hewan-hewan ajaib di sana. Kita berada di kota kecil yang dikelilingi hutan, kita juga dekat dengan danau. Aku dan Hannah memang sering melakukan pencarian, Hannah sering ke rumahku yang terletak di pinggir hutan. Kami memasang kamera dan memeriksanya keesokan hari, kami pernah menemukan sosok sebuah burung berapi yang dikenal sebagai phoenix lewat kamera. Phoenix tersebut menghancurkan kamera yang sengaja kita tinggalkan di hutan namun untungnya memorinya masih utuh.Â
Namun yang paling menarik adalah seekor kucing yang tertangkap berubah wujud menjadi seorang manusia, kami berusaha mencari rupa manusia tersebut. Namun sayangnya karena suasana saat tertangkap kamera berkabut. Jadi tidak diketahui
"Bagaimana kalau kita 1 kelompok dan kita langsung turun tangan pergi ke hutan?" saranku percaya diri. "Bagaimana belajar kita?" "kita tidak mungkin berada di hutan satu malam saja, kita pasti melakukan camping." kata Hannah melanjutkan. "Belajar saat kita beristirahat sebentar mungkin?" Kataku menyarankan "Sebenarnya aku juga sudah belajar sebelum pemberitahuan." lanjutku, "Lagipula, mungkin hanya membutuhkan satu minggu sampai dua minggu untuk perjalanan ini. Dia menyetujui usulku dan kami berencana untuk berangkat nanti sore.