Amplop itu ternyata dari Maria Yosephine, cinta pertamaku dari pulau  bunga (Flores)-Bajawa. Dengan hati berdebar, aku membuka amplop itu, membaca kata demi kata yang tertulis dengan tinta yang dipenuhi kerinduan.
Setiap kata di setiap barisnya seperti  pelukan lembut dari kejauhan, meski jarak memisahkan, cinta dan kenangan tetap hidup di setiap huruf yang terpampang.
Â
Kang Rian yang baik,Â
 Apa kabar di Makassar? Semoga suratku ini bisa menemukanmu dalam keadaan baik dan bahagia. Aku senang sekali menerima surat darimu, dan hatiku langsung berbunga-bunga.
Terima kasih atas suratmu yang begitu indah. Setiap kata yang kau tulis membuat hatiku berbunga. Aku senang bahwa aku bisa menjadi bagian dari hari-harimu di sana, walau hanya lewat surat.
 Aku masih duduk di bangku SMP kelas 2, seperti yang kau tahu. Jadi, mungkin aku belum bisa berbagi banyak cerita tentang kisah  atau kehidupan seperti yang kak Rian alami di Makassar. Tapi aku senang bisa mendengar ceritamu.Â
Aku harap Kak Rian tidak keberatan dengan balasan ini. Aku merasa senang bisa berkomunikasi denganmu, meskipun kita berada di tempat yang berjauhan. Semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi, dan aku benar-benar bisa mengenalmu lebih dalam.Â
 Salam sayang dari sini,Â
Maria Yosephine.
Dengan senyuman dan mata yang berbinar, aku menutup surat itu sambil berpikir bahwa meski berada di kota yang asing, rasa-rasanya kampung halaman dan cinta pertama tetap ada dalam genggamanku.
***
Bersambung
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H