Mohon tunggu...
Viktorinus Rema Gare
Viktorinus Rema Gare Mohon Tunggu... Guru - Pengawas Sekolah

Apa adanya dan melihat orang lain bahagia dari setitik kontribusi yang bisa ku beri adalah kepuasan batin tak terukur. Mempelajari sesuatu yang baru adalah tantangan tersendiri seabagai wujud niat hati untuk terus berevolusi bahwa hidup ini tidak statis namun dinamis.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Melodi Kasih di Setiap Langkah (3)

30 November 2023   01:16 Diperbarui: 30 November 2023   01:24 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ditengah kesibukkanku, Cinta pertamaku, hadir dalam mimpi. Hatiku berdebar-debar ketika melihat Maria Yosephine hadir dengan seragam sekolahnya di depan pintu kosku.

Sorot matanya penuh kerinduan, dan senyum malu-malu yang memancar dari bibirnya membuat hatiku terasa hangat.

"Dek, kamu tidak sekolah?" tanyaku dengan heran, namun senyumku tak terbendung ketika mendengar jawabannya, "Kangen, kak."

Dia berdiri di ambang pintu dengan raut wajah yang mencerminkan kerinduan dan kebahagiaan melihatku. Aku merasa bahagia dan terharu sekaligus, "Aku juga merindukanmu, Dek. Bagaimana kabarmu?"

Dia tersenyum malu-malu, "Baik, Kak. Tapi rasanya seperti ada yang kurang tanpa kak Rian."

Hatiku bergetar mendengar kata-katanya, dan tanpa sadar, aku mendekat, rasa hati ingin memeluknya. "Aku juga merasa seperti itu, Dek".

Aku terjaga. Ternyata, semua semua peristiwa barusan,hanyalah mimpi.

***

Dalam kehangatan pagi yang cerah , hatiku penuh dengan rasa cinta dan kerinduan. Aku merasa begitu terinspirasi oleh mimpi indah semalam sehingga, aku tidak bisa menunggu untuk menyampaikan perasaanku. Dengan hati yang berdebar, aku duduk di meja dan menuliskan surat untuknya yang jauh di sana.

Adiku, Maria Yosephine, 

 Selamat pagi dari Makassar, tempat di mana aku merasakan hadirmu begitu nyata, bahkan dalam mimpi. Hari ini, tulisan ini hadir untuk menyampaikan segala rasa yang tak terungkapkan. 

Melihatmu datang dengan seragam sekolahmu dalam mimpiku, membuat hatiku terasa begitu hangat. Senyum malu-malu dan kata-katamu yang penuh kerinduan masih terus terngiang diseluruh ruang kepalaku. Mungkin ini adalah cara hatiku memberitahumu, bahwa betapa besar kerinduanku padamu. 

Terlepas dari jarak yang memisahkan kita, aku ingin kamu tahu bahwa kamu selalu ada di dalam pikiranku. Kesibukanku di sini tak pernah mengurangi rasa cintaku padamu. Bagaimana pun juga, aku tak bisa menahan kerinduanku untuk bertemu denganmu lagi, dan itu memberiku semangat di setiap langkahku.

Ketika matahari bersinar terang, aku kirimkan surat ini melalui Pos, membawa setitik cinta dari hatiku untukmu. Semoga setiap kata di dalamnya bisa menyentuh hatimu seperti apa yang aku lakukan pada hatimu setiap hari. 

 Dengan penuh cinta, Victorian Rega

Waktu terus berjalan, membawa ku melalui serangkaian hari yang penuh perjuangan dan harapan. Setiap matahari terbenam adalah saksi bisu atas langkah-langkahku. Hari-hari yang awalnya terasa panjang mulai menyusut ketika rutinitas dan impian menjadi teman sehari-hari.

Namun, dalam sunyi itu, datanglah sosok yang tak asing lagi, menghiasi hariku yang biasa dengan warna yang berbeda. Sosok yang mengenakan seragam orange, seorang kurir Pos, menghampiri kosku dengan langkah tegapnya. Ia membawa paket surat untuku, membawa haru dan kebahagiaan yang terpaket rapi di dalam amplop.

Amplop itu ternyata dari Maria Yosephine, cinta pertamaku dari pulau  bunga (Flores)-Bajawa. Dengan hati berdebar, aku membuka amplop itu, membaca kata demi kata yang tertulis dengan tinta yang dipenuhi kerinduan.

Setiap kata di setiap barisnya seperti  pelukan lembut dari kejauhan, meski jarak memisahkan, cinta dan kenangan tetap hidup di setiap huruf yang terpampang.

 

Kang Rian yang baik, 

 Apa kabar di Makassar? Semoga suratku ini bisa menemukanmu dalam keadaan baik dan bahagia. Aku senang sekali menerima surat darimu, dan hatiku langsung berbunga-bunga.

Terima kasih atas suratmu yang begitu indah. Setiap kata yang kau tulis membuat hatiku berbunga. Aku senang bahwa aku bisa menjadi bagian dari hari-harimu di sana, walau hanya lewat surat.

 Aku masih duduk di bangku SMP kelas 2, seperti yang kau tahu. Jadi, mungkin aku belum bisa berbagi banyak cerita tentang kisah  atau kehidupan seperti yang kak Rian alami di Makassar. Tapi aku senang bisa mendengar ceritamu. 

Aku harap Kak Rian tidak keberatan dengan balasan ini. Aku merasa senang bisa berkomunikasi denganmu, meskipun kita berada di tempat yang berjauhan. Semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu lagi, dan aku benar-benar bisa mengenalmu lebih dalam. 

 Salam sayang dari sini, 

Maria Yosephine.

Dengan senyuman dan mata yang berbinar, aku menutup surat itu sambil berpikir bahwa meski berada di kota yang asing, rasa-rasanya kampung halaman dan cinta pertama tetap ada dalam genggamanku.

***

Bersambung

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun