Mohon tunggu...
Viktor Rega
Viktor Rega Mohon Tunggu... Guru - Apa adanya, berjuang untuk menjadi berarti bagi orang lain.

Saya lahir di sebuah dusun kecil . Berjuang menggapai mimpi dengan cara yang berbeda dan luar biasa, menepis segala keraguan bahwa hidup harus diperjuangkan. Menjadi penjual kue keliling kampung ketika duduk dibangku SMP, bekerja sawah membanting tulang untuk membiayai hidup keluarga dan sekolah ketika SMA, karena ayah tercinta sakit-sakit. Menjadi kuli bangunan, tukang sapu jalan, dan Satpam ketika kuliah. Dan sampai detik ini, masih terus berjuang untuk kehidupan baru bagi isteri dan kedua anak-anakku. Entah sampai kapan, manusia tak ada yang tahu. Satu yang pasti, bahwa hidup terus berjalan sampai kita sudah tak mampu lagi berjalan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Langkah Bersama di Jalan Takdir

19 September 2024   22:07 Diperbarui: 19 September 2024   22:13 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ini dia, Bu," kata sopir taksi, membangunkannya dari lamunannya. Raisa membayar tarif perjalanan dan melangkah keluar dari taksi menuju apartemennya yang terletak di sebuah kompleks mewah di pusat kota.

Di dalam apartemen yang bergaya modern itu, Raisa duduk di sofa, menatap layar televisi yang menayangkan berita malam. Berita politik, ekonomi, dan gosip selebriti tampaknya tidak menghiburnya. Dia menggulung makalah yang ada di meja dan melemparkannya ke dalam tempat sampah. Dia merasa seperti hampa.

Malam itu, Raisa tidak bisa tidur. Pikirannya terus berputar tentang hidupnya yang terasa hampa dan tidak memuaskan. Ia merasa terjebak dalam rutinitas yang tidak memberikan kebahagiaan sejati. Dalam keputusasaannya, Raisa mulai mencari cara untuk mengubah hidupnya.

Ketika dia membuka laptopnya untuk mencari tempat liburan atau aktivitas yang bisa membantunya menemukan kembali semangat hidupnya, sebuah email masuk ke kotaknya. Subjek email itu mencuri perhatiannya: "Undangan Spesial: Program Residen di Desa Pinggiran". Raisa membuka email tersebut dan menemukan informasi tentang program residen seni di sebuah desa kecil yang terletak di luar Jakarta. Program ini menawarkan kesempatan untuk tinggal di desa selama beberapa minggu sambil terlibat dalam proyek-proyek seni dan komunitas.

Di sisi lain kota, di sebuah apartemen yang lebih sederhana, Ardi, seorang penulis yang dikenal karena bukunya yang kontroversial, juga merasa tertekan. Setelah meluncurkan buku terakhirnya yang mendapat kritik tajam, Ardi merasa kehilangan arah. Writer's block semakin menghantuinya, dan dia merasa terasing dari dunia sekitar.

Ardi membuka surat kabar pagi itu dan melihat iklan yang sama dengan yang diterima Raisa. Tanpa pikir panjang, ia merasa bahwa tinggal di desa mungkin bisa membantunya menemukan inspirasi yang hilang. Dia segera memutuskan untuk melamar ke program tersebut, berharap bahwa perubahan suasana akan memberikan dorongan yang dia butuhkan untuk menyelesaikan karyanya.

Kedua karakter utama ini, Raisa dan Ardi, tidak saling mengenal, tetapi keputusan mereka untuk mengikuti program yang sama akan mengubah hidup mereka selamanya.

Namun, ada ancaman yang mengintai dari bayangan. Rina, seorang mantan rekan kerja Raisa yang merasa iri dengan kesuksesan dan kebahagiaan Raisa, mengetahui rencana Raisa untuk mengikuti program di desa. Rina, yang merasa terancam oleh keputusan Raisa, mulai menyusun rencana untuk menghalangi langkah Raisa dengan cara apapun yang diperlukan.

Sementara itu, Ardi juga menghadapi ancaman dari saingan profesionalnya, Eko, yang merasa bahwa kehadiran Ardi di desa dapat mengancam reputasi dan peluangnya. Eko bertekad untuk memastikan bahwa Ardi tidak menemukan kembali inspirasi atau kesuksesan yang dapat mengancam posisinya.

Ketika Raisa dan Ardi memulai perjalanan mereka menuju desa, mereka tidak menyadari bahwa mereka akan menghadapi lebih dari sekadar tantangan pribadi. Mereka akan menghadapi konflik dan intrik yang akan menguji kekuatan tekad dan hubungan mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun