Persembahan dari setiap tetes keringat dan air mata ibu.Â
 Aku terharu, ketika ibu menerima, mendekap begitu erat seakan tak ingin lepas,  ijazah dan foto wisudaku  di dadanya.
Butiran air mata,  jatuh menitik dari kedua pelupuk  yang sudah menua.Â
Air mata haru.
Air mata kebahagiaan.
Dengan menitik air mata,  tatapan  ibu jauh ke  pusara bapak, seakan ingin berkata,"bapak, anak kita telah berhasil".
Saat bersamaan, teringat  kembali kata-kata bapak,Â
"Nak, kamu harus sekolah, kamu harus menjadi orang sukses, untuk menjadi orang sukses kamu harus sekolah, hidup ibu dan bapakmu sudah seperti ini, kelak kamu jangan seperti kami. Biar bapakmu ini sakit-sakit,nak"."ibu dan bapakmu  akan berjuang dan berupaya agar kamu tetap sekolah. "
Tak sadar, aku meneteskan air mata mengenang kata-kata itu. Terharu dan bangga, anak yatim dari seorang janda petani dapat mencapai pada titik ini. Walaupun ada yang menganggap sebelah mata ketika ibu memutuskan aku tetap melanjutkan kuliah, setelah kepergian bapak meninggalkan kami untuk selama-lamanya.
***
Seiring dengan perjalanan waktu, aku membaktikan ilmu yang melekat pada gelar kesarjanaanku kepada Sang Ilahi  dalam  tugas perutusan sebagai pendidik.Â