Bagian Kesebelas
Doa Yang Terwujud
Sebulan setelah Yudisium, tepatnya kamis hari keduapuluh bulan Februari tahun dua ribu tiga, auditorium Amanagappa kampus Universitas Negeri Makassar Gunung Sari sebagai saksi aku bersama ratusan wisudawan dan wisudawati mengikuti rangkaian seremonial  wisuda.
Goresan bahagia terpahat indah di wajah para orang tua dan keluarga wisudawan wisudawati yang menunggu dengan sukacita di luar auditorium. Sebagai orang tua,  kebahagiaan yang dirasakan adalah  nilai  perjuangan dan pengorbanan mereka yang  tertebus.
Aku?
Dua sahabatku, Daniel Tena dan Imanuel Maripi menunggu di luar auditorium. Daniel, sesama perantau dari Flores  mengadu nasib di kota Daeng  telah kuanggap saudara yang dua tahun terakhir sama - sama berbagi suka dan duka di kost yang sama. Emanuel,kawan seangkatan fakultas MIPA dari Kolaka,Sulawesi Tenggara yang belum  berkesempatan mengikuti wisuda karena tertunda mata kuliah.
Terharu, disambut kedua sahabat kala aku keluar auditorium setelah seremonial wisuda usai. Mengambil gambar bersama, menggunakan jasa fotografer yang memang momen seperti ini ada banyak fotografer  yang siap menawarkan jasanya.
Aku terenyuh melihat para wisudawan lainnya berfoto ria  didampingi ibu dan bapaknya.
Alasan ke toilet, kutumpahkan kesedihan di sana. Mengingat ibu nun jauh di sana.Â
"Apakah khabar yang kukirim via surat pos tentang hari bahagia ini sudah ibu terima?"
Dua minggu setelah wisuda, aku resign dari PT. Brantas Abipraya (Persero) sebagai penjaga malam.