Sebulan berlalu, kabar yang ditunggu-tunggu pun tiba. Di papan imformasi yang sama, terpampang informasi perihal SK Dikti tentang penerima beasiswa TID, BSM, maupun PPA. Dari semua nama-nama mahasiswa yang ada, tertera namaku sebagai salah satu penerima beasiswa.
Beragam perasaan terlukis di raut wajah kawan-kawan yang mengikuti seleksi beasiswa .
Tersungging senyum membekas jelas di wajah karena memerima beasiswa dan juga cemberut tersembunyi kesedihan karena gagal.
Aku tak sanggup menahan haru.Â
 Di lubuk hati aku berbisik,
"Terima kasih Tuhan, Kasih-Mu tak bertepi."
Bergegas aku menyelusuri lorong perumahan Manuruki. Setibanya di kost, kurebahkan tubuhku di atas papan. Sambil memandang atap, tak sadar  air mata indah menggenangi papan dimana aku rebah. Seindah  khayalku yang bukan lagi semu namun nyata.  Ya, air mata adalah caraku menumpahkan semua  rasa ketika aku tak mampu berkata-kata.
Terkadang ,air mata dibutuhkan saat hati tak mampu menahan perih dan juga kebahagian  yang datang seperti yang saat ini dirasa.
Tuhan Maha Cinta. Tuhan Maha Sayang. Itulah yang teralami.
Tak sadar aku terlelap. Tersadar adzan asar, aku sudah hampir  telat dari jam yang seharusnya  masuk kerja.
Dengan sepeda ontel hadiah undian ulang tahun perusahaan,ku kayuh secepat dari biasanya bak pembalap Lance E Amstrong.