Mohon tunggu...
VIKTORINUS REMA GARE
VIKTORINUS REMA GARE Mohon Tunggu... Guru - Apa adanya,jujur,bertanggung jawab dan pekerja keras
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pejuang Kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Menepis Badai (Cerita Bersambung)

27 Februari 2021   01:23 Diperbarui: 27 Februari 2021   01:41 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terminal Kota yang berada di tengah Kota Bajawa adalah tempat mangkalku menjajakan kue porerore. Seperti biasa, sesampai di terminal, aku harus melapor kepada petugas terminal, sekaligus mengambil peralatan kebersihan seperti sapu, tempat sampah.

Aku menyapu terminal, dan membersihkan tempat duduk. Itu kulakukan sebagai upeti atau biaya sewa terminal agar aku dapat menjajakan kue di sana. Setelah itu aku baru diperbolehkan menjajakan kue di terminal. Aku bisa pulang ke rumah bosku setelah semua kue yang aku bawa terjual, karena setiap satu keranjang kue yang terjual aku mendapat upah Rp250 / keranjang.

Begitulah aktivitasku di Bajawa. Siang menjual kue, malam hari membantu majikan (bos) membakar sate kambing yang kebetulan majikan saya juga memiliki rumah makan.

Aku bekerja pada baba Lorenz sebagai penjual kue selama satu bulan. Karena orang tuaku melalui pamanku om Ambros menjemputku di terminal kota selagi aku menjajakan kue. Keesokan harinya, aku pamit kepada majikan baba Lorenz dan pulang kampung.

Dengan upahku selama sebulan yang aku tabung di celengan setiap mendapat persen harian yang totalnya Rp2.750 aku pulang kembali ke kampung. Dengan modal itu, aku beli senter baterai seharga Rp. 125, sebagai kenang-kenangan dari kota.

Sesampai di kampung, aku disambut ibuku dengan rasa haru. Ibarat anak yang hilang diketemukan kembali.

Aku terpaksa tidak sekolah selama setahun karena kesalahanku sendiri dan selama setahun itu aku membantu orang tuaku bekerja di sawah. Usiaku saat itu 14 tahun.

Bersambung ..........

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun