Mohon tunggu...
Viki Nurul Ikhsan
Viki Nurul Ikhsan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Muhamadiyah Malang

saya menyukai bisnis penggiat bisnis dan memiliki jiwa sosial yang tinggi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Stratifikasi Sosial di Era Modern

24 Desember 2024   11:47 Diperbarui: 24 Desember 2024   13:26 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Stratifikasi sosial adalah konsep yang esensial dalam memahami dinamika interaksi manusia dalam masyarakat. Dalam konteks modern, stratifikasi sosial tidak hanya mencakup pengelompokan berdasarkan kekayaan, pendidikan, dan kekuasaan, tetapi juga melibatkan dimensi-dimensi lain seperti etnisitas, gender, dan akses terhadap teknologi. Fenomena ini semakin kompleks seiring dengan perkembangan globalisasi, teknologi informasi, dan perubahan sosial yang cepat. Dalam masyarakat yang stratifikatif, individu atau kelompok tidak hanya terpisah oleh kekayaan, tetapi juga oleh berbagai faktor yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka. Oleh karena itu, penting untuk memahami stratifikasi sosial sebagai suatu sistem yang dinamis dan multifaset.

 

Konsep Stratifikasi Sosial

Pengertian dan Teori Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial dapat dipahami sebagai sistem pengelompokan yang menghasilkan hierarki dalam masyarakat. Karl Marx, seorang tokoh penting dalam kajian sosial, berpendapat bahwa stratifikasi sosial ditentukan oleh hubungan individu dengan alat produksi. Dalam pandangannya, masyarakat dibagi menjadi dua kelas utama: borjuasi, yang merupakan pemilik modal, dan proletariat, yang merupakan pekerja. Namun, pandangan Marx tidak sepenuhnya mencakup kompleksitas stratifikasi sosial yang ada. Max Weber, seorang sosiolog lain, menambahkan dimensi lain dalam stratifikasi sosial, yaitu status sosial dan kekuasaan. Menurut Weber, stratifikasi tidak hanya ditentukan oleh faktor ekonomi, tetapi juga oleh faktor sosial dan politik yang memengaruhi posisi individu dalam masyarakat. Dengan demikian, stratifikasi sosial adalah hasil interaksi kompleks antara berbagai faktor yang saling memengaruhi.

Jenis-jenis Stratifikasi Sosial

Stratifikasi sosial dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria, antara lain:

Stratifikasi berdasarkan ekonomi

Stratifikasi ini mencakup perbedaan dalam pendapatan dan kekayaan, yang sering kali menjadi indikator utama dalam membedakan kelas sosial. Di Indonesia, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kesenjangan pendapatan meningkat, dengan rasio Gini mencapai 0,39 pada tahun 2021. Ini menunjukkan bahwa distribusi kekayaan tidak merata, di mana segelintir orang menguasai sebagian besar sumber daya, sementara banyak orang lainnya hidup dalam kemiskinan. Misalnya, di kota-kota besar seperti Jakarta, kita dapat melihat perbedaan mencolok antara kawasan elit yang dipenuhi gedung pencakar langit dan daerah kumuh yang dihuni oleh masyarakat berpenghasilan rendah. Fenomena ini mencerminkan bagaimana stratifikasi ekonomi dapat menciptakan ketidakadilan yang mendalam dalam akses terhadap sumber daya dan kesempatan.

Stratifikasi berdasarkan pendidikan

Pendidikan berperan penting dalam menentukan posisi sosial seseorang. Individu dengan pendidikan tinggi cenderung memiliki akses yang lebih baik terhadap pekerjaan yang lebih baik dan gaji yang lebih tinggi. Namun, akses terhadap pendidikan berkualitas masih menjadi tantangan, terutama di daerah terpencil. Dalam konteks ini, pendidikan bukan hanya sekadar alat untuk memperoleh pengetahuan, tetapi juga merupakan kunci untuk mobilitas sosial. Contoh nyata dapat dilihat dari anak-anak yang berasal dari keluarga berpenghasilan rendah yang sering kali terpaksa berhenti sekolah karena keterbatasan finansial, sementara anak-anak dari keluarga kaya dapat melanjutkan pendidikan mereka hingga ke perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya mempengaruhi individu, tetapi juga menjadi indikator ketidaksetaraan yang lebih luas dalam masyarakat.

Stratifikasi berdasarkan kekuasaan

Kekuasaan politik dan sosial juga memainkan peran penting dalam stratifikasi. Mereka yang memiliki kekuasaan sering kali dapat mempengaruhi kebijakan dan keputusan yang berdampak pada kehidupan banyak orang. Misalnya, dalam konteks politik, individu atau kelompok yang memiliki akses ke kekuasaan dapat mempengaruhi pembuatan undang-undang yang menguntungkan mereka, sementara kelompok yang kurang beruntung sering kali terpinggirkan. Hal ini menciptakan ketidaksetaraan yang lebih dalam dan memperkuat stratifikasi sosial yang sudah ada. Dalam banyak kasus, mereka yang berada di puncak hierarki kekuasaan dapat mengatur sistem sedemikian rupa untuk mempertahankan posisi mereka, menciptakan siklus ketidakadilan yang sulit untuk dipecahkan.

Stratifikasi Sosial di Era Modern

Perubahan dalam Struktur Sosial

Globalisasi dan dampaknya

Globalisasi telah membawa perubahan signifikan dalam struktur sosial di seluruh dunia. Pergerakan barang, jasa, dan informasi yang cepat menciptakan peluang ekonomi baru, tetapi juga memperlebar jurang antara yang kaya dan yang miskin. Menurut laporan Bank Dunia, sekitar 9,2% penduduk dunia hidup dalam kemiskinan ekstrem pada tahun 2020. Dalam banyak kasus, globalisasi sering kali dianggap sebagai faktor yang memperburuk kondisi ini di negara berkembang, di mana individu dan kelompok yang sudah berada di posisi yang tidak menguntungkan semakin terpinggirkan. Misalnya, industri yang berpindah ke negara dengan biaya tenaga kerja yang lebih rendah sering kali mengakibatkan hilangnya pekerjaan di negara asal, sehingga memperburuk ketidaksetaraan ekonomi. Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun globalisasi dapat membawa manfaat, dampak negatifnya terhadap stratifikasi sosial harus menjadi perhatian serius bagi para pembuat kebijakan.

Urbanisasi dan mobilitas sosial

Urbanisasi yang pesat juga berkontribusi pada perubahan stratifikasi sosial. Perpindahan besar-besaran penduduk dari desa ke kota menciptakan dinamika baru dalam interaksi sosial. Di kota-kota besar, individu dari berbagai latar belakang sosial berinteraksi, tetapi sering kali terjadi segregasi berdasarkan ekonomi. Misalnya, di Jakarta, terdapat pemisahan yang jelas antara kawasan elit dan daerah kumuh, yang mencerminkan ketidaksetaraan yang mendalam. Di satu sisi, kawasan elit dipenuhi dengan fasilitas modern, sementara di sisi lain, banyak individu yang tinggal di pemukiman kumuh tanpa akses yang memadai terhadap infrastruktur dasar seperti air bersih dan sanitasi. Ketidakadilan ini menciptakan tantangan besar bagi pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan berkelanjutan.

Stratifikasi Sosial di Era Digital

Akses terhadap teknologi

Di era digital, akses terhadap teknologi informasi menjadi salah satu faktor penentu stratifikasi sosial. Mereka yang memiliki akses ke internet dan perangkat digital cenderung memiliki keunggulan dalam pendidikan dan pekerjaan. Menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pada tahun 2021, hanya 76,6% penduduk Indonesia yang memiliki akses internet, menunjukkan adanya kesenjangan digital yang signifikan. Hal ini menciptakan ketidaksetaraan dalam akses informasi dan peluang, di mana individu yang tidak memiliki akses terhadap teknologi cenderung terpinggirkan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks ini, akses terhadap teknologi tidak hanya menjadi alat untuk berkomunikasi, tetapi juga merupakan sarana untuk mendapatkan pendidikan dan peluang kerja yang lebih baik.

Digital divide dan ketimpangan informasi

Kesenjangan dalam akses teknologi menciptakan apa yang dikenal sebagai "digital divide," yang memisahkan mereka yang memiliki akses informasi dari mereka yang tidak. Hal ini berpotensi memperburuk ketidaksetaraan sosial, karena akses informasi yang terbatas dapat menghambat peluang pendidikan dan pekerjaan bagi kelompok yang kurang beruntung. Misalnya, selama pandemi COVID-19, banyak siswa yang tidak memiliki akses internet terpaksa terputus dari pendidikan formal, sementara siswa yang memiliki akses dapat terus belajar secara daring. Ini menunjukkan betapa pentingnya akses teknologi dalam menentukan masa depan individu. Oleh karena itu, upaya untuk mengurangi kesenjangan digital harus menjadi prioritas dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stratifikasi Sosial

Ekonomi

Kesenjangan pendapatan

Kesenjangan pendapatan yang meningkat menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi stratifikasi sosial. Menurut laporan Oxfam, 1% orang terkaya di dunia menguasai lebih dari 40% kekayaan global, sementara 50% populasi terendah hanya memiliki kurang dari 1% kekayaan. Fenomena ini menciptakan ketidakadilan yang mendalam dalam distribusi sumber daya. Ketidaksetaraan ini tidak hanya berdampak pada akses terhadap barang dan jasa, tetapi juga mempengaruhi kualitas hidup individu, termasuk kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja. Dalam konteks ini, kesenjangan pendapatan bukan hanya masalah ekonomi, tetapi juga merupakan isu sosial yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak.

Pengangguran dan ketidakpastian ekonomi

Tingkat pengangguran yang tinggi dan ketidakpastian ekonomi juga berkontribusi pada stratifikasi sosial. Banyak individu terjebak dalam siklus kemiskinan karena kurangnya kesempatan kerja yang layak, terutama di tengah krisis ekonomi global. Misalnya, selama pandemi COVID-19, banyak perusahaan yang terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), yang mengakibatkan lonjakan angka pengangguran. Hal ini menciptakan ketidakpastian yang lebih besar bagi individu yang sudah berada dalam posisi rentan, memperburuk stratifikasi sosial yang ada. Dalam situasi seperti ini, penting bagi pemerintah untuk menciptakan kebijakan yang mendukung penciptaan lapangan kerja dan perlindungan bagi pekerja.

Pendidikan

Akses terhadap pendidikan berkualitas

Pendidikan merupakan kunci untuk mobilitas sosial. Namun, akses yang tidak merata terhadap pendidikan berkualitas menciptakan kesenjangan. Data menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menyelesaikan pendidikan tinggi dibandingkan dengan anak-anak dari keluarga kaya. Ketidakadilan ini menciptakan siklus di mana generasi berikutnya terus terjebak dalam kemiskinan, karena mereka tidak memiliki akses yang sama terhadap pendidikan yang dapat meningkatkan peluang mereka di masa depan. Oleh karena itu, reformasi dalam sistem pendidikan sangat diperlukan untuk memastikan bahwa semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berkembang.

Peran pendidikan dalam mobilitas sosial

Pendidikan yang baik dapat membuka peluang bagi individu untuk meningkatkan status sosial mereka. Namun, tanpa dukungan yang memadai, seperti beasiswa atau program pelatihan, banyak individu terpaksa menghadapi batasan dalam mencapai potensi mereka. Misalnya, banyak siswa berbakat dari keluarga kurang mampu yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi karena keterbatasan finansial. Dalam hal ini, pendidikan tidak hanya menjadi alat untuk memperoleh pengetahuan, tetapi juga menjadi sarana untuk memperjuangkan keadilan sosial. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan program-program yang mendukung akses pendidikan bagi semua lapisan masyarakat.

Budaya dan Identitas

Diskriminasi dan stereotip

Diskriminasi berdasarkan ras, etnis, dan gender sering kali memperkuat stratifikasi sosial. Di Indonesia, kelompok minoritas sering kali menghadapi tantangan dalam mendapatkan akses yang sama terhadap pendidikan dan pekerjaan. Misalnya, banyak individu dari suku minoritas yang terpinggirkan dan tidak memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Diskriminasi ini menciptakan hambatan yang signifikan bagi mereka yang berusaha untuk meningkatkan status sosial mereka. Dalam konteks ini, penting untuk menciptakan kesadaran akan isu-isu diskriminasi dan mendorong tindakan untuk mengatasi ketidakadilan yang ada.

Peran gender dalam stratifikasi sosial

Ketidaksetaraan gender juga menjadi faktor penting dalam stratifikasi sosial. Wanita sering kali menghadapi hambatan dalam karier dan pendidikan, yang membatasi peluang mereka untuk meningkatkan status sosial. Menurut data dari World Economic Forum, Indonesia berada di peringkat 102 dari 156 negara dalam Indeks Kesetaraan Gender. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada kemajuan dalam beberapa aspek, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mencapai kesetaraan gender yang sejati. Ketidaksetaraan ini tidak hanya merugikan wanita, tetapi juga berdampak pada masyarakat secara keseluruhan, karena potensi mereka tidak dapat dimanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, upaya untuk mencapai kesetaraan gender harus menjadi prioritas dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil.

Dampak Stratifikasi Sosial

Dampak Positif

Pendorong inovasi dan perkembangan

Meskipun stratifikasi sosial sering kali dianggap negatif, ada argumen bahwa perbedaan kelas dapat mendorong inovasi dan perkembangan. Persaingan antara individu dan kelompok dari berbagai latar belakang sosial dapat menciptakan lingkungan yang subur untuk ide-ide baru dan kemajuan teknologi. Misalnya, banyak inovasi teknologi yang muncul dari kebutuhan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Dalam hal ini, stratifikasi sosial dapat berfungsi sebagai pendorong untuk perubahan positif dalam masyarakat. Namun, penting untuk memastikan bahwa inovasi tersebut dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, bukan hanya oleh kelompok yang sudah berada dalam posisi yang menguntungkan.

Diversitas dalam masyarakat

Stratifikasi sosial juga dapat menciptakan diversitas yang kaya dalam masyarakat. Berbagai perspektif dan pengalaman dari individu yang berbeda dapat memperkaya budaya dan meningkatkan kreativitas dalam berbagai bidang. Misalnya, dalam dunia seni dan budaya, keberagaman latar belakang sosial dapat menghasilkan karya-karya yang unik dan menarik. Keberagaman ini juga dapat menciptakan ruang untuk dialog dan pemahaman antar kelompok, yang pada gilirannya dapat memperkuat kohesi sosial. Oleh karena itu, penting untuk merayakan dan menghargai keberagaman sebagai aset berharga dalam masyarakat.

Dampak Negatif

Ketidakadilan sosial

Ketidaksetaraan yang dihasilkan dari stratifikasi sosial dapat menyebabkan ketidakadilan yang mendalam. Banyak individu dari kelas bawah atau kelompok minoritas berjuang untuk mendapatkan akses yang sama terhadap sumber daya dan kesempatan. Ketidakadilan ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga dapat menciptakan ketegangan dalam masyarakat. Ketidakpuasan terhadap kondisi sosial yang tidak adil dapat memicu protes dan gerakan sosial yang menuntut perubahan. Dalam konteks ini, penting untuk menciptakan sistem yang lebih adil dan inklusif agar semua individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.

Ketegangan sosial dan konflik

Ketidaksetaraan yang mencolok sering kali memicu ketegangan sosial dan konflik. Ketidakpuasan terhadap kondisi sosial yang tidak adil dapat menyebabkan protes dan gerakan sosial, yang mencerminkan perlunya perubahan dalam struktur sosial. Misalnya, gerakan sosial yang menuntut keadilan sosial dan kesetaraan sering kali muncul sebagai respons terhadap ketidakpuasan yang dirasakan oleh kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Dalam banyak kasus, konflik ini dapat berujung pada kekerasan dan ketidakstabilan sosial, yang semakin memperburuk kondisi masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk menciptakan ruang dialog yang konstruktif untuk mengatasi ketegangan sosial yang ada.

Upaya Mengatasi Stratifikasi Sosial

Kebijakan Pemerintah

Program pengentasan kemiskinan

Pemerintah perlu mengimplementasikan program-program yang efektif untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program bantuan sosial, pelatihan keterampilan, dan akses pendidikan yang lebih baik dapat membantu mengurangi kesenjangan. Misalnya, program-program yang memberikan bantuan langsung kepada keluarga kurang mampu dapat membantu mereka memenuhi kebutuhan dasar dan meningkatkan kualitas hidup. Selain itu, pelatihan keterampilan dapat memberikan individu kemampuan yang diperlukan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Dalam konteks ini, peran pemerintah sangat penting dalam menciptakan kebijakan yang mendukung kesejahteraan masyarakat.

Reformasi pendidikan

Reformasi dalam sistem pendidikan juga diperlukan untuk memastikan bahwa semua individu memiliki akses yang sama terhadap pendidikan berkualitas. Investasi dalam pendidikan di daerah terpencil dan program beasiswa dapat membantu meningkatkan mobilitas sosial. Misalnya, pemerintah dapat memberikan insentif kepada sekolah-sekolah di daerah terpencil untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang mereka tawarkan. Dengan demikian, anak-anak dari keluarga kurang mampu dapat memiliki kesempatan yang lebih baik untuk mencapai pendidikan tinggi. Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas hidup individu, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat secara keseluruhan.

Peran Masyarakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat

Kesadaran sosial

Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan isu-isu stratifikasi sosial dan dampaknya. Pendidikan dan kampanye sosial dapat membantu menciptakan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya kesetaraan dan keadilan sosial. Misalnya, kampanye yang menyoroti isu-isu ketidaksetaraan dapat mendorong masyarakat untuk lebih peduli dan terlibat dalam upaya mengatasi masalah sosial. Dengan meningkatkan kesadaran, diharapkan masyarakat dapat berkontribusi dalam menciptakan perubahan positif. Selain itu, penting bagi masyarakat untuk terlibat dalam dialog yang konstruktif untuk mencari solusi bersama.

Inisiatif komunitas

Lembaga swadaya masyarakat dapat berperan penting dalam mengatasi stratifikasi sosial dengan melaksanakan program-program yang mendukung kelompok yang kurang beruntung. Inisiatif komunitas dapat menciptakan jaringan dukungan yang membantu individu untuk meningkatkan status sosial mereka. Misalnya, program-program yang memberikan pelatihan keterampilan dan akses ke sumber daya dapat membantu individu dari kelompok terpinggirkan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Selain itu, inisiatif komunitas juga dapat menciptakan ruang untuk dialog dan kolaborasi antara berbagai kelompok dalam masyarakat. Dalam konteks ini, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat sangat penting untuk menciptakan dampak yang lebih besar.

Kesimpulan

Ringkasan Temuan

Stratifikasi sosial di era modern merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk ekonomi, pendidikan, dan teknologi. Kesenjangan yang ada dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan individu dan masyarakat secara keseluruhan. Dalam banyak kasus, stratifikasi sosial menciptakan ketidakadilan yang mendalam dan memperburuk kondisi sosial bagi kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Namun, ada juga potensi positif dari stratifikasi sosial, seperti pendorong inovasi dan diversitas dalam masyarakat. Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahwa meskipun stratifikasi sosial membawa tantangan, ada juga peluang untuk menciptakan perubahan positif.

Harapan untuk Masa Depan

Penting untuk menciptakan kesadaran akan stratifikasi sosial agar masyarakat dapat bergerak menuju sistem yang lebih adil dan inklusif. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat, diharapkan akan ada perubahan positif dalam mengatasi ketimpangan yang ada. Dalam menghadapi tantangan di era modern, penting bagi kita untuk terus berupaya menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara, di mana setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi mereka. Melalui upaya bersama, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua anggota masyarakat.

Daftar Pustaka

1. Badan Pusat Statistik. (2021). Kesenjangan Pendapatan di Indonesia. Jakarta: BPS..

2. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). (2021). Survei Pengguna Internet 2021. Jakarta: APJII.

3. Suharto, A., & Pramono, S. (2022). Dinamika Stratifikasi Sosial di Era Globalisasi. Jurnal Sosiologi, 12(1), 45-67.

4. Lestari, A. (2023). Pendidikan dan Mobilitas Sosial di Indonesia: Tantangan dan Peluang. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 9(2), 123-139.

5. Rahman, F. (2023). Gender dan Stratifikasi Sosial: Tantangan dan Solusi. Jurnal Kajian Gender, 5(1), 67-85.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun