Kala itu, hujan cukup membuat jalanan di daerah kota basah. Seorang Perempuan terduduk menduduk disebuah halte bis di sore hari. Entah sudah berapa bis yang ia lewatkan. Sambil melihat sepatunya yang sudah cukup lusuh dan juga kotor karena menerjang hujan sepulang sekolah.
Nala, gadis dengan seragam SMA yang selama ini dia impikan, masih terduduk lesu dan seperti memikirkan sesuatu. Ia bahkan tidak menjawab telepon yang dari berdering.
Tap..tap..tap
Nala menengok ke arah kanannya dan melihat gadis yang mungkin juga seusianya dengan membawa kotak plastik yang berisi makanan. Bajunya juga sama basahnya. Gadis itu tersenyum ke arah Nala dan berkata, "Kak, barang kali mau donatnya? Ini ada banyak rasanya loh. Ada coklat, keju sama kacang" ucapnya.
Nala sejenak terdiam. Ia tidak menjawab tapi langsung menghampiri gadis tersebut dan melihat dagangannya. Ia melihat dagangan gadis itu masih cukup banyak.
"Aku mau rasa coklat 2 sama keju nya 2 deh," ucap Nala dan pesanannya pun langsung disiapkan oleh gadis tersebut.
"Alhamdulillah, makasih banyak ya kak. Ini akhirnya ada yang beli"
Nala Kembali terdiam mendengar ucapan gadis itu.
"Soalnya saya dari pagi jualan belum ada yang beli. Udah keliling sampai sore"
Diandra. Gadis yang sedari tadi bercerita tanpa ragu kepada Nala. Ia putus sekolah semenjak SMP karena masalah finansial. Tak ada yang bisa membantunya dan ia terpaksa untuk berjualan donat keliling. Mendengar cita-citanya yang ingin menjadi guru membuat Nala sadar, bahwa masih banyak sekali anak-anak yang tak bisa merasakan bangku sekolah bahkan mungkin untuk memikirkan makan saja susah. Hati Nala tersentuh ketika ia mendengar hal itu.
Semua orang memiliki masalahnya masing-masing. Nala sedikit merasa bersalah karena permasalahan yang ia hadapi disekolah tak seberapa dengan yang Diandra alami. Walau kita tak dapat membandingkan hal tersebut, tapi yang patut digaris bawahi adalah tidak menyerah untuk hal apapun. Diandra dengan segala masalah dan kekurangannya masih memiliki cita-cita yang mulia untuk bisa membantu anak-anak dilingkungan rumahnya bisa belajar.
"Gimana kalau aku ikut bantu?" tanya Nala kepada Diandra dan langsung disambut antusias olehnya
"Boleh! Boleh banget!"
Keesokan harinya
Nala dan Diandra membuat janji pertemuan mereka di tempat pertama bertemu. Kali ini sedikit berbeda. Nala membawa banyak properti untuk bahan mengajar anak-anak disana. Kini Nala menunggu di halte yang sama namun dengan suasana hati yang berbeda. Kemarin Nala berdiam disini tanpa tujuan yang jelas. Merenungkan permintaan ibunya untuk melanjutkan sekolah keluar negeri padahal ia ingin menetap disini agar bisa tetap bermain dengan teman-temannya. Namun, ia kini memiliki alasan yang lebih kuat untuk menetap.
"Hai, Nala!" sapa Diandra yang menghampirinya. Masih sama dengan bawaan kotak putih berisi donat.
"Gimana jualannya?" tanya Nala
"Alhamdulillah, udah habis. Tadi ada acara lomba disatu sekolah SMP gitu. Jadi, banyak yang beli" jawab Nala.
"Ayo, kita bikin lomba juga. Aku bawa alat dan bahannya"
Mereka berjalan sambil bercerita sampai tidak sadar sudah sampai ditujuan. Beberapa anak-anak disana antusias ketika Nala dan Diandra sampai.
Nala pun ikut antusias menyambut anak-anak yang banyak bertanya kepada dia.
"Nah, sekarang kita siap-siap untuk belajar ya!" ucap Dian yang disambut ceria oleh anak-anak
Siang itu, tidak terasa oleh kedua gadis yang baru saja dipertemukan oleh Tuhan untuk berkenalan. Tapi, bukan hanya sekedar sapa biasa. Mungkin bisa merubah takdir mereka berdua. Latar belakang yang berbeda, kehidupan yang berbeda, tidak membuat keduanya untuk tak saling berteman. Nala memiliki teman baru yang membuat dia sadar bahwa tidak selamanya bertemu dengan teman itu hanya menghabiskan waktu bermain. Ya, Nala kadang dimarahi Ibunya karena sering sekali bermain keluar, menghabiskan waktu. Namun, kadang disana ada percakapan tentang rencana mereka dimasa depan. Dan Nala akan membuktikannya sejak hari ini.
Nala, memang belum memiliki rencana kuliah dimana dan selalu menjawab ingin Bersama teman-temannya. Tapi, ia menghapus pikiran itu semenjak bertemu Diandra. Ia ingin belajar lebih giat lagi untuk bisa mengajarkan banyak hal kepada anak-anak disini yang sesuai dengan usianya.
Sore pun tiba, tak terasa anak-anak juga perlu untuk istirahat. Nala sedang membereskan alat-alat yang tadi ia gunakan untuk mengajar. Dian menghampirinya
"Makasih Nala, anak-anak disini seneng banget. Apalagi pakai ada acara bagi hadiah gitu."
Nala tersenyum dan berkata, "sama-sama" ucapnya sambil memberikan sebuah totebag berisi banyak sekali alat dan buku Pelajaran
"Apa ini?" tanya Dian sambil melihat isi dari totebag tersebut.
"Buat kamu belajar" jawab Nala
"Makasih ya, Nala. Habis ini aku bisa ajarin ke anak-anak yang lain" ucapnya.
"Iya, kamu gak usah khawatir. Aku bakalan bantu kamu disini untuk ajarin anak-anak. Nanti aku ajak temen-temenku juga" tambah Nala
"Kalau aku ikut belajar sama teman-teman kamu juga bisa?" tanya Diandra, "aku gak ada teman seusia ku disini untuk belajar bareng" tambahnya.
"Boleh dong. Nanti, kitab isa belajar sama-sama ditaman kota" jawab Nala.
Sore itu, mereka menatap langit Bersama sambil membayangkan masa depan masing-masing. Tuhan mengirimkan orang-orang dikehidupan kita untuk bisa saling belajar satu sama lain tentang arti kehidupan. Ada yang memang dipertemukan untuk belajar dari rasa sakit ataupun Bahagia. Ketika kita memiliki satu tujuan yang baik, maka Tuhan akan mempertemukan kita dengan orang yang memiliki tujuan sama.
Seperti Diandra dan Nala. Mungkin saat itu Nala belum memiliki tujuan yang jelas selain ingin Bersama temannya. Tapi, kini ia memiliki tujuan. Yaitu, bisa membantu Diandra untuk mengajarkan banyak hal kepada anak-anak jalanan disini. Dan juga belajar arti sebuah kehidupan dari Diandra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H