Addie MS selaku founder of Twillite Orchestra, pianist, songwriter, composer, arranger, and music producer secara langsung di panggung memaparkan; "How music can be brought to strategic position as a unifying language and the analogy of difference as assets to form harmony".Â
Out of topic, saya mendapat laporan dari teman-teman yang hadir langsung di Balkondes Karangrejo, bahwa tokoh yang paling sering diminta swafoto bersama adalah Pak Sandiaga Uno dan Addie MS. Tentu setelah konferensi selesai oleh peserta konferensi wanita termasuk teman-teman saya. Untung semua tetap menjalankan prokes termasuk menggunakan masker.
Tantowi Yahya selaku Dubes RI untuk Selandia Baru, Samosa, Tonga, Cook Island, Niue dan negara sekeliling Pasifik, juga menjadi nara sumber dalam sesi pertama Konferensi Internasional Sound of Borobudur. Adapun materi yang dikemukakan dengan judul; "The Presentation from the aspect of how international relation mapping out Music over Nations as a means of cultural diplomacy and communication between nations".
Implementing Borobudur as a Legacy to Accomplish
"Sound of Borobudur as an alternative new destination in the world of tourism trough the perspective of tourism studies" dari Prof. DR. M. Baiquni dipaparkan selanjutnya. Presentasi yang dilanjutkan dengan acara tanya jawab dengan peserta daring juga berlangsung lancar dengan Development geographer, founder of the Sustainable Tourism Action Research Society, and former Head of the Master Program in Tourism Studies at Gajah Mada University (UGM)) tersebut.
Kemudian rangkaian presentasi ditutup dengan pemaparan yang berjudul "Projection of Sound of Borobudur as a Storynomic approach with "Music over Nations movement" in the future to develop quality tourism through music". Pemaparan tersebut diampu oleh Dr. Muhammad Amin, S.Sn., M. Sn, M selaku Director of the Music Industry, Perform Arts, and Publishing of Ministry of Tourism and Creative Industry of Indonesia selama 30 menit.
Kesimpulan
Sebagaimana presentasi yang dipaparkan oleh Tantowi Yahya maka musik terbukti menjadi sarana diplomasi yang lincah dan bisa menembus semua lini bangsa. Sebagaimana alat-alat musik yang terukir dalam relief candi Borobudur yang secara fisik pada zamannya menyebar ke seluruh dunia. Pada saat ini diketahui 40 negara manca yang alat musiknya terinsiparasi bahkan sama bentuknya dengan alat musik yang tertoreh dalam relief candi Borobudur.