Berulang kali saya harus menggunakan ujung syal untuk menutupi bibir, dan hidung. Begitulah cara saya untuk menahan emosi yang akan menguar bila tidak dibendung. Saya memang selalu terharu saat mendengarkan lagu yang beraroma nasionalisme. Saya sedang menonton film Wage, sebuah biopik dari tokoh Wage Rudolf Supartman.
Sejak di bangku Sekolah Dasar saya selalu menyanyikan lagu ciptaan beliau di setiap upacara bendera, atau saat pelajaran musik hingga Sekolah Menengah Umum. Saya juga berusaha keras menghapalkan tiga stanza  Indonesia Raya untuk ujian praktek pramuka. Begitulah pandangan anak kecil dengan lirik lagu kebangsaan, dan saat  beranjak dewasa saya paham akan makna sesungguhnya. Apa mungkin pandangan saya ini juga dialami anak bangsa yang seangkatan saya? Entah.
Dulu saya mengenal Wage R Supratman hanya sebatas teks sejarah beserta maha karyanya. Saya pikir semua anak sekolah, dan masyarakat umum berpengetahuan yang sama, terkecuali pemerhati sejarah dan musisi. Untuk itu beruntunglah saya mendapat kesempatan untuk  menonton film biopik nya di Jogja. Prita Nasution juga menjadi salah satu aktris yang beradu acting. Saya seperti mendapat durian runtuh.
Biopik atau film biografi sendiri adalah sebuah film yang mendramatisasikan kehidupan tokoh yang melegenda dalam kehidupan nyata. Penonton seperti menonton curriculum vitae ditambah narasi tokoh tersebut secara lebih detail, bahkan terkadang peristiwa-peristiwa yang tidak kita ketahui sebelumnya, menjadi tersingkap dalam film biopik. Sejauh pengetahuan saya tentang industri film, pembuatan film biopik memerlukan keberanian besar dalam berinvestasi. Boleh saya menyebutkan bahwa modal dasar dari pembuatan film biopik adalah idealisme?
Seperti jamaknya manusia dengan talenta yang lebih, maka kesunyian menjadi pasangan dalam hidup. Kita diajak melihat  bagaimana pergumulan dari seorang anak tentara KNIL Belanda dengan Siti Senen.Â
Terdapat juga pergulatan batin antara seorang bumiputera, demikian juga kebingungan indentitas dari seorang anak indo blasteran. Seperti yang kita ketahui seorang anak dengan dua darah masih disangsikan nasionalisme, dan tentu berpengaruh dalam pergaulan Wage.
Salah satu  kalimat yang saya sukai saat menonton film Wage ini adalah, "Negeri ini butuh lebih banyak orang gila untuk merdeka." Tentu dalam bahasa sekarang akan diterjemahkan sebagai pandangan yang keluar dari kotak atau zona nyaman.  Sayangnya Wage Rudolf Supartman tidak bisa mengenyam kemerdekaan Indonesia, walau tanggal kelahiranya kemudian resmi menjadi Hari Musik Nasional.
Oya, apa kalian tahu bahwa Wage lahir di Purworejo?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H