Mohon tunggu...
Vika Kurniawati
Vika Kurniawati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelancer

| Content Writer

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tips Sukses Bisnis dengan Semangkok Nagoya Ramen

17 Agustus 2017   09:46 Diperbarui: 17 Agustus 2017   21:26 1340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Katsu Cary Udon. Doc:Pribadi

Jari jemari saya sontak berwarna serupa isi plastik bening yang masih setengah isi. Di hadapan saya sudah tersaji dua lembaran adonan yang sudah tergilas, namun entah kenapa belum kunjung tipis. Tepung, dan peluh saya sudah tak terhitung minta diseka dari kening. Saya menyukai mie goreng, namun  saat membuat bahan baku mie,  ternyata tak semudah menikmatinya.

Saya bisa membayangkan berapa juta detik yang dihabiskan koki untuk membuat adonan mie yang tepat. Tentu pembuatan mie yang tradisional, seperti yang sudah saya coba buat walaupun ahkirnya menjadi adonan Bakwan Goreng. Saya memang harus membeli Mie Ramen yang sudah siap dilahap ternyata.

Seperti seorang samurai yang harus belajar memakai pedang kayu pada tahun pertamanya, demikian juga saat belajar menjadi koki kuliner khas Jepang. Saya pernah melihat drama Jepang tentang perjuangan koki Sushi yang terkenal pada ahkirnya. Pelajaran pertamanya hanyalah mengolah beras menjadi nasi yang terenak sampai ahkir tahun. Saya melihat banyak nilai filosofi yang harus dipahami terlebih dahulu sebelum berhak menyandang status koki.

KJog dengan Owner(sebelah kanan) Doc:Riana
KJog dengan Owner(sebelah kanan) Doc:Riana
Mie Ramen terutama yang asli buatan tangan juga memerlukan waktu, dan campuran khusus untuk bisa mencapai cita rasa yang sempurna. Mungkin itu juga yang menjadi pertimbangan David Cahyanto  setelah selesai menjalani program pertukaran pelajar di Jepang. Dan Nagoya Fusion Restourant yang berdiri sejak 8 Mei 2010, menjadi salah satu bukti kecintaan serta kejelian akan bisnis ramen.

Gakusei Ryori atau masakan pelajar adalah nama lain dari Ramen, karena memang harganya terjangkau namun mengenyangkan. Demikian juga menu lain yang saya dapati di meja berderet pada tanggal 12 Agustus 2017. Kisaran harga pada angka 17-22 ribu menjadikan Nagoya Fusion Restourant di Jl. Prof Dr. Sarjito No.11 Yogyakarta cepat dipenuhi pengunjung.

Yasai Ramen menjadi pilihan saya pertama, saat Naruto versi Nagoya Fusion Restourant menanyakan menu makan sore. Disajikan dalam bentuk goreng, dan karena akan dilimpahi  bakso, dan aneka sayuran di atasnya menjadi pertimbangan. Hanya saja berharap kalau level 1 kepedasan Yasai Ramen tidak akan membuat Es Ocha yang saya teguk harus ditambah lagi.

Menu dan Ocha. Doc:Pribadi
Menu dan Ocha. Doc:Pribadi
Berbekal sumpit hitam di tangan, maka suapan pertama langsung menghadirkan sejemput mie kuning kecoklatan ke permukaan indera pencicip saya. Saya serta merta  melambaikan tangan untuk memesan segelas Es Teh manis. Hidung saya berpeluh, dan anda pasti tahu apa artinya. Berhubung cocok dengan citarasa yang tertinggal, maka Yasai Ramen tetap saya santap lengkap dengan toppingnya.

Sebelumnya saya memang sudah bersin beberapa kali sejak mulai duduk. Dijamin anda juga bisa langsung bersin karena aroma cabe rawit bubuk yang diolah sendiri di dapur Nagoya Fusion Restourant. Ada 10 level yang tersedia, dengan perhitungan satu level sama dengan 1 sendok teh cabe giling. Silahkan dipilih  sesuai kebutuhan anda.

Sebagai tambahan informasi, Nagoya Fusion Restourant sudah ada sembilan cabang yang tersebar di Indonesia, dan terus membuka kesempatan untuk mitra baru. Oleh karena bolehlah saya menyebut bisnis dengan modal kecintaan semangkuk ramen ini sebagai kisah sukses.

Kasen Ramen dan Curry Ramen. Doc:Pribadi
Kasen Ramen dan Curry Ramen. Doc:Pribadi
Sebenarnya bagaimana langkah jitu yang dilakukan lulusan program pertukaran pelajar ini agar sukses? Beberapa tips saya dapatkan saat wawancara singkat sebelum sajian khas Nagoya Fusion Restourant di sajikan:

* Rasa cinta

Cinta bukan dalam arti sempit antara dua manusia ya, namun lebih kepada bidang yang ditekuni. Bukankah rasa cinta akan menambah semangat dalam beraktivitas. Seperti saat kita menyukai guru matematika, maka kita akan berusaha memperoleh nilai terbaik pada pelajaran matematika.

* Melihat selera pasar.

Kuliner fusion sempat mengalami booming di Indonesia dan masih berlangsung sampai sekarang, maka mungkin anda bisa mulai serius meliriknya.

Hot Tuna Sushi. Doc:Pribadi
Hot Tuna Sushi. Doc:Pribadi
 * Memberdayakan produk lokal

Di samping tetap menggunakan bahan baku import demi menjaga cita rasa dan keistimewaan produk, maka penggunaan produk lokal bisa digunakan untuk penyeimbang. Tentu bukan untuk bahan utama, misalnya untuk minuman ataupun garnish.

* Segmentasi yang tepat

Pemilihan segmen konsumen, lokasi, dan pemilihan menu andalan menjadi factor penentu suksesnya suatu bisnis.

* Sumber daya manusia

Pelayanan dari mulai input, proses dan output sebuah produk terutama dalam bidang kuliner sangat bergantung pada sumber daya manusia yang mengelolanya.

* Inovasi

Produk gawai mengalami perubahan inovasi yang sangat cepat, demikian juga produk kuliner. Menu yang berpijak pada ide atau inovasi akan menjadikan daya tarik tersendiri bagi para pelanggan.

Katsu Cary Udon. Doc:Pribadi
Katsu Cary Udon. Doc:Pribadi
Enam poin di atas saya dapati di Nagoya Fusion Restourant,  terutama saat mengamati aktifitas dan menu yang tersaji. Tiap cabang menyajikan menu yang berbeda walaupun tetap berkisar antara Ramen, Udon, Sushi dan Ocha sebagai signature menu.

Jadi saat menikmati hidangan, sebenarnya kita bisa menyerap banyak hal bukan hanya melalui indera perasa. Semua tergantung bagaimana sudut pandang kita diarahkan. Jadi kapan kita menikmati gurihnya kaldu menu ramen di Nagoya Fusion Restourant lagi?

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun