Lentikan bulu di balik lensa sangat terasa bergerak ke atas, berlawanan  arah dengan bagian bawah kelopak di mana sumber penglihatan saya berada. Saat lensa kamera telepon pintar sedang mengabadikan tarian Icipili Mitirimin di trotoar depan Benteng Vredeburg Malioboro, ternyata ada jari jemari berwarna exsotik mengulurkan sesuatu berbahan janur.
Alhasil Keris Janur (baru saya ketahui setelah konfirmasi) menemani Terompet berbahan sama di tangan, menjadi kejutan kali kedua walau bukan pribadi yang sama menyambangi saya. Gadis tersebut bagian dari sanggar Omah Cangkem yang menjadi penutup parade bocah dolanan dengan Icipili Mitirimin.
Mereka duduk mengitari dengan untaian janur sudah berkutat di tangan masing-masing, beberapa yang sudah  selesai dirangkai diletakan di atas tikar. Icipili Mitirimin dimulai saat terdengar ajakan diteriakan seorang gadis yang berdiri di tengah  tikar. Mulailah acapella yang jenaka, mendayu dan semangat melalui dari bibir mereka.
Dari brosur yang disebarkan oleh pengurus sanggar Omah Cangkem, diketahui bahwa Icipili Mitirimin sendiri merupakan pengembangan dari permainan bersama di tengah rembulan yang bersinar. Â Jika dahulu menggunakan tembang Jawa maka untuk pengenalan awal menggunakan bahasa Indonesia .
Sesi acara Icipili Mitirimin kemudian diahkiri dengan penggunaan telepon pintar dari para pengunjung untuk mengabadikan momen. Setelah tikar digulung, para peserta Icipili Mitirimin bergabung dengan para peserta dan panitia lain di Museum Serangan Umum 1 Maret. Puncak acara Mataram Culture Festival 2 dimulai pukul 18.00-20.30 WIB dengan suguhan Mataram Art Performance dari para seniman tari dan teater kolosal.Â
Panitia memberikan informasi bahwa parade bocah dolanan akan berlokasi di tujuh spot sepanjang pedestrian Malioboro. Aktivitas pemainan bocah tradisional sendiri sudah lama tak terlihat kecuali di layar kaca menayangkan acara budaya. Sebenarnya kedua gadis yang menyerahkan janur kuning tersebut sudah saya amati sejak di Kantor Dinas Pariwisata Yogyakarta. Dengan langkah ringan bersama teman-temannya, dia berderap menuju titik nol, sayangnya saya tidak sempat melihat apakah ada kasut menempel.