3. Manajemen Karyawan.
Karena memiliki lingkup kerja bisnis yang lebih kecil dibandingkan bisnis besar, usaha UKM biasanya memiliki kelemahan dalam manajemen karyawan dimana pemilik akan kesulitan dalam pembagian kerja yang proposional pada karyawan. Hal ini terjadi karena biasanya bisnis usaha ini memiliki karyawan yang terbatas sehingga mereka terkadang harus melakukan dua atau lebih pekerjaan sekaligus hingga terkadang bekerja melewati batasan jam kerja.
Selain itu, terbatasnya pekerja juga bisa menimbulkan masalah, salah satunya adalah ketika pekerja mengundurkan diri atau berhenti secara tidak langsung akan membuat pemiliki kesulitan dalam mencari pengganti pekerja. Tidak hanya itu, hal ini juga akan memakan waktu yang mana bisa menyebabkan jalannya produksi bisa terhambat.
4. Tekanan Dari Luar.
Tidak hanya tekanan dari dalam perusahaannya sendiri, tetapi tekanan yang dialami oleh usaha kecil menengah dari luar juga banyak menghadang. Biasanya tekanan ini berasal dari kompetitor - kompetitor bisnis usaha serupa yang dijalankan. Contohnya seperti apabila bisnisnya menerima order dalam jumlah yang besar tanpa adanya daya produksi yang mengimbangi atau adanya kemungkinan dari perusahaan lebih besar yang melancarkan serangan yang tidak fair demi menyingkirkan pesaing potensialnya.
5. Kurangnya Tenaga Ahli.
Usaha kecil menengah kebanyakan tidak mampu untuk membayar jasa tenaga ahli untuk mengerjakan pekerjaan tertentu yang disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki. Hal ini merupakan kelemahan terbesar bagi para usaha kecil menengah apabila dibandingkan dengan lembaga bisnis besar yang mampu mempekerjakan orang yang sudah ahli dalam bidangnya. Akibatnya, kemampuan bersaing bisnis skala kecil di pasar yang luas menjadi sangat kecil.
Demikianlah kekurangan dan kelebihan dalam menjalankan usaha kecil menengah di Indonesia, yang mana bisa menjadi pertimbangan ketika Anda ingin membuat bisnis UKM. Â
Dalam hal pertimbangan dalam menjalankan bisnis dan memilih jalur bisnis, tentunya yang pelaku harus memiliki dasar yang kuat . hanya saja , memiliki bisnis kecil level UKM tidak menjaminkan yang bersangkutan lepas dari potensi kerugian. menariknya lambatnya keuntungan usaha kerap di sebabkan oleh hal-hal sepele. Berikut adalah kesalahan pelaku UMKM yang dapat merugikan bisnis :
• Teledor akan permodalan
Dalam persoalan permodalan bisa menjadikan jebakan yang merugikan bagi pembisnis . meski binis yang di jalankan cuma sekedar UKM, seharusnya anda bisa memahami permodalan agar bisinis yang di jalankan lancar . jika tidak anda akan gagal mengerti kapan seharusnya membuka diri terhadap suntikan modal baru . Entah karena ego ataupun apapun itu yang bersifat non teknis . Anda tidak akan sadar bahwa kondisi dana yang tak memadai bisa jadi merupakan sinyal untuk mulai menemukan investor baru. Apalagi saat bank menolak pemberian kredit, kemungkinan ada baiknya anda berselancar di internet untuk menemukan permodalan daring. Akan tetapi, hal ini sebaliknya juga bisa terjadi , dimana anda meminjamkan terlalu banyak uang. Risikonya itu tidak hanya terletak pada kesulitan melunasi pinjaman, melainkan merusak kredibilitas karena kredit rating yang anjlok. Dan yang terakhir sulit diperbaiki karena menyangkut trust.
• Kurang memahami tahapan bisnis
Pembisnis harus memahami tahapan bisnis tersebut, agar bisnis tersebut berjalan mulus. Bisnis itu layaknya makhluk yang memiliki tahapan yang dimulai dari pertumbuhan , yang di tandai oleh itensitas tinggi dalam penentun strategi perusahaan yang di ikuti oleh tahapan penghantar produk dan jasa. Posisi ini terkait erat dengan hasil penentuan strategi perusahaan. Yang terakhir adalah tahap operasi. Tahap ini menentukan siapa yang paling bertanggung jawab atas pekerjaan atau aktifitas tertentu.
• Kurang menguasai persoalan keuangan
Nah di masalah ini perseolan keuangan itu sangat bagi pembisnis , oleh karena itu jangan meremehkan arus keuangan , karena setiap bisnis yang ingin mendapat keuntungan nyata dan bekerja secara sistematis haruslah mencatat berbagai aktifitas finansial mula dari yang paling kecil maupun yang paling besar. Parahnya , banyak pengusaha yang tidak mau belajar dan memahami bagaimana cara membaca cash flow dan hanya pokus soal produk atau pemasaran saja. Namun, dari semua kesalahan terkait keuangan , kebiasaan yang mencampur aduk rekening usaha dan rekening pribadi merupakan yang paling fatal.
• Tidak memahami teknis periklanan
Dalam hal permasalahan periklanan , ada saja yang terjebak dalam tehnis periklanan . Tidak sedikit iklan usaha yang salah sasaran . kebanyakan pengusaha menggunakan pola pikir pribadi dalam menilai iklan yang efektif . padahal, kebanyakan orang atau calon konsumen tidak menyimak iklan . banyak pengusaha sekarang ini yang menganggap akun medsos mereka bisa di pakai layaknya papan iklan raksasa di jalanan. Kalau ingin produk atau jasa laku anda harus berinteraksi antar sesama dan mulailah berhenti hidup di dunia maya.
• Salah memperhitungkan ongkos produksi
Dalam hal ini banyak pengusaha memandang pasar sebagai tantangan yang harus ditaklukan. Oleh karena itu mau tak mau, guna memikat konsumen dan memenangkan persaingan, mereka menempatkan harga yang terlampau murah untuk produk barang atau jasa yang di berikan. Hal ini bisa jadi bumerang mengingat ini berarti pengusaha tidak menghargai upaya pribadi maupun karyawan.
Caranya, ketahuilah dimana kompetitor anda menghabiskan ongkos produksi dan jangan pernah menjadikan ' yang paling murah di pasar ' guna dapat memenangkan persaingan. Yang pasti , jangan pernah ragu dan segan untuk menagih begitu produksi barang atau jasa , anda telah diberikan karena hal itu menyangkut citra anda dimata konsumen dan juga nama perusahaan.
• Merekrut orang yang salah
Terkait dengan persoalan ini , pengusaha harus bisa memastikan orang yang telah di rekrut untuk posisi yang di sediakan. Oleh karena itu jangan sampai merekrut orang yang tidak sesuai posisi tersebut . dan pastikan pula telah memiliki tenaga pelayanan pelanggan yang handal karena costamer servise merupakan benteng pertahanan anda pasca penghantaran produk atau jasa pada klien.