Mohon tunggu...
Vico Adli Narindra
Vico Adli Narindra Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMAN 28 Jakarta

XI MIPA 4

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tentang Kita, Kemarin, dan Esok.

22 November 2020   13:27 Diperbarui: 22 November 2020   14:01 821
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waktu sudah memperlihatkan pukul satu pagi. Ryota-sensei memilih untuk mengakhiri sesi pembicaraan mereka. Lapisan yang menempel di sisi ruangan juga perlahan menghilang. Dia juga meminta murid-muridnya untuk beristirahat.

“Beristirahatlah Amacchi-san. Semoga kamu bisa lekas sehat dan bisa pulang lebih cepat ke Tokyo. Kamu tidak ingin melewatkan hari pertama ujian, bukan?”

Ryuo mengangguk iya. Ujian pertama di tahun kedua ini memang tinggal sebentar lagi. Maka dari itu, untuk menghilangkan rasa stres dan memberikan semangat kepada murid-muridnya, komite sekolah mengadakan studi tur ke luar kota selama tiga hari. Destinasi yang menjadi tempat studi tur murid-murid tahun kedua ini adalah kota Kyoto.

“Oh ya, bagaimana Anda bisa pergi keluar sampai selarut ini? Bukankah diri Anda seharusnya mendampingi kelas 2-C?”

“Aku sudah mendapatkan izin untuk menjengukmu. Aku juga berubah pikiran setelah Akihira Sakura-san menceritakan apa yang terjadi. Aku akan menemani kalian di sini hingga kamu sembuh.”

“Kalian?”

“Ya. Keempat sahabatmu itu sangatlah setia padamu. Mereka bilang mereka tidak akan pulang ke penginapan dan melanjutkan studi tur ini jika tidak ada kamu. Aku cukup iri melihat eratnya persahabatan kalian pada masa muda ini.”

Ryuo terhening sejenak. Ada benarnya apa yang dikatakan oleh Ryota-sensei. Kehidupan yang dia jalani sekarang benar-benar berbeda. Dia sekarang mulai paham apa arti kebersamaan dan pertemanan. Pada tahun lalu, dengan waktu yang sama, hidup yang dia jalani terasa tiada arti. Ryuo bergabung dengan Hakumigaoka Academy ini tanpa membawa teman. Walau begitu, siapa yang tidak mengetahui siswa kelas 2-A, Amacchi Ryuo. Murid SMA yang popularitasnya sangat tinggi di sekolah itu dikenal karena kepintaran, ketampanannya, dan prestasinya yang tak berseri. Baginya, semua hal itu tidaklah selalu menyenangkan. 

Ilustrasi
Ilustrasi

Ryuo memang hidup seorang diri di kota ini. Orangtuanya sudah lama tidak ada. Dia dibesarkan oleh keluarga besar ibunya, hingga pada suatu saat, dia memutuskan untuk tinggal sendiri di kota ini. Takdir atau bukan, tetapi orang yang melengkapi dirinya mulai muncul satu per satu, mengisi kekosongan hidupnya. Hari-hari membosankan itu perlahan sirna seiring berjalannya waktu.

Ilustrasi
Ilustrasi

“Bagaimana dengan kelas 2-C, Ryota-sensei?”

“Tenang saja, sudah ada yang menggantikan diriku. Aku telah menyampaikan hal ini kepada kepada komite sekolah, dengan mengatakan bahwa pada studi tur ini kalian sedang melakukan penelitian sejarah berdasarkan permintaanku. Ini bisa membuat sekolah beranggapan bahwa aku harus bertanggung jawab atas kejadianmu kemarin.”

***

Pada hari terakhir studi tur itu, Erina, Sakura, Mai dan juga Ren memilih untuk menemani Ryuo. Hasil pemeriksaan Ryuo siang ini juga memperlihatkan kabar baik. Kondisi kesehatan Ryuo dinyatakan sudah membaik dan dalam dua hari Ryuo sudah bisa meninggalkan rumah sakit.

Dua hari tersebut dihabiskan mereka untuk saling berbincang dan bercanda. Mereka sesekali membicarakan tentang apa yang Ryota-sensei ceritakan, namun selalu berakhir dengan imajinasi mereka yang di luar logika dan penuh tawa. Ryota-sensei yang terus menunggu perkembangan akhir Ryuo dari dokter juga sering kali menyempatkan diri ikut dalam obrolan mereka.

Ryuo akhirnya diperbolehkan pulang tepat dengan waktu yang sudah diperkirakan oleh dokter. Ryuo serta keempat temannya pulang ke Tokyo menggunakan kereta Shinkansen didampingi oleh Ryota-sensei. Kepulangan mereka ini berjarak dua hari dari jadwal yang seharusnya. Kabar mengenai telat pulangnya Ryuo ke rumah juga sudah diberikan kepada Rikka.

***

Ujian pertama sudah semakin dekat. Karena itu, murid-murid Hakumigaoka Academy tengah berada dalam keseriusan yang tinggi guna mendapatkan hasil yang terbaik. Tidak terkecuali, Mai.

“Aku tidak melihat diri kamu belajar untuk ujian, Ryuo-kun.”

Ilustrasi
Ilustrasi

“Aku sudah hafal semua isi dari buku-buku itu. Aku juga telah mengetahui kemungkinan tipe-tipe soal yang akan keluar nanti.”

Ilustrasi
Ilustrasi

Memahami pelajaran tentulah tidak menjadi suatu hal yang sulit baginya. Namun sejak kembali ke Tokyo, Ryuo lebih menyibukkan diri dengan membaca buku kehidupan milik dia, tidak seperti murid lainnya.

Masa ujian pun akhirnya tiba. Ryuo beserta murid-murid kelas 2-A melaksanakan ujian tertulis selama sepekan ke depan. Hari demi hari pun dilewati mereka dengan beragam perasaan. Ada yang diselimuti rasa percaya diri yang tinggi, kegelisahan, atau juga ketakutan. Hasil dari kerja keras mereka pun dipajang pada papan pengumuman di sekolah.

Ilustrasi
Ilustrasi

Ryuo, Erina, dan Ren adalah top 3 murid terbaik di sekolah ini tahun lalu. Tak hanya sebagai murid terbaik, tetapi mereka juga masuk dalam The Famous Six di sekolah ini. Dan untuk hasil, seperti biasa, Ryuo dan Erina menempati urutan pertama dan kedua dari seluruh murid tahun kedua. Mai memberikan kejutan untuk semua. Dia berhasil ada di urutan ketiga, menggusur Ren ke urutan keempat. Sakura pun berada di urutan kelima.

“Selamat, Ryuo-san, Hazuno-san! Seperti biasa, eh?”

Ren memberi selamat seperti biasa kepada kedua temannya.

“Terima kasih, Ren-san! Tapi aku masih belum menyerah dari Ryuo-kun. Aku akan terus coba untuk dapat mengalahkannya!”

Erina memang juga mendapatkan peringkat kedua di kelas 1, selalu tepat dibawah Ryuo. Mereka berdua adalah teman sekelas pada tahun sebelumnya. Rival abadi adalah julukan yang tepat terhadap mereka.

“Aku sangat menantikannya.”

“Manis sekali saat mendengar kata-kata itu keluar darimu. Aku semakin mencintaimu.”

Ryuo spontan melihat ke arah Mai dan Sakura yang berada di sekitar mereka.

Ilustrasi
Ilustrasi

“Oi! Jangan berkata yang tidak benar! Orang lain akan berpikir yang tidak-tidak, tau!”

Erina memasang wajah melas untuk beberapa waktu. Sakura dan Mai tertawa kecil melihat tingkah Ryuo dan Erina.

“Bercanda, kok. Tapi jika aku benar-benar suka kepada kamu bagaimana?”

“...”

(◍•ᴗ•◍)❤
(◍•ᴗ•◍)❤

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun