Srengseng Sawah, Jakarta Selatan | Waktu itu, Siang menjelang Malam, sepasang suami-isteri mudik ke Kampung Halaman. Perjalanan cukup melelahkan, menyenangkan, dan tidak bergegas seperti para pemudik lainnya yang terburu-buru pulang Kampung. Keledai Beban yang mereka tumpangi pun tidak dipaksa berjalan cepat, karena Sang Isteri sementara hamil tua, menanti waktu melahirkan.
Ketika mendekati Kota, pasangan itu, pelankan langkah mereka, dan ngobrol pelan; sungguh suatu Quality Time, mereka gunakan sebaik mungkin.
Suami, "Adi Mia (adik Mia, panggilan sayang pada Sang Isteri, dari Maria), Cape ko? Katong Istirahat ko jalan tarus?"
Isteri, "Kaka Usu (Usu panggilan sayang Sang Suami, dari Yusuf), mau berenti?"
Usu, "Sonde, su dekat nich, katong jalan tarus sa. Tapi, kalo adi Mia cape, na katong berenti di sabantar"
Mia, "Sonde usa. Beta masih kuat, jalan tarus sa. Adi Mea di dalam parut ju tenang, sonde banyak gerak. Jadi, jalan sa"
Usu, "I ya ya. Adi Mea tahu mama-papa ada jalan pulang kampung, jadi dia sonde rewel" (Usu sontoh Maria pung parut, ia rasakan gerakan kecil Adi Mea dalam  kandungan Mia).
Mia, "Kaka, Beta tunggu di sini. Kaka pi cari tanpa menginap ya."
Usu, "Na Bae. Hati-hati orang jahat ganggu."
Mia, "Sonde, Tuhanku tahu dan lihat samua, Ia pasti jaga Beta."
(Dialog Imaginer Yusuf dan Maria oleh Opa Jappy. Adaptasi ke dalam Bahasa Kupang oleh OJ)
Mereka terus berjalan, melangkah pasti dengan semangat. Menjelang Hari Baru (waktu itu, satu hari dihitung 12 Jam. Dari Matahari Terbit hingga Terbenan, Siang Hari; Matahari Terbenam hingga terbit, Malam Hari. Malam Hari dibagi lagi ke waktu jaga, tengah malam, menanti matahari, dan lainnya), Usu dan masuk kota, tempat kelahiran mereka.
Tidak Ada Tempat