Mohon tunggu...
Opa Jappy Official
Opa Jappy Official Mohon Tunggu... Administrasi - Administrator
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Bebas Menyuarakan Kebebasan Owner dan Pengelola Jappy Network http://jappy.8m.net Tidak Menerima dan Membaca Pesan Melalui Fitur Pesan di Kompasiana Hubungi E-mail, opa.jappy@gmail.com Telp/WA +62 81 81 26 858

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Opa Jappy, "Upaya Dini agar Anak Tidak Menjadi Korban Kejahatan"

18 Januari 2023   10:58 Diperbarui: 21 Januari 2023   09:29 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Makassar, Sulawesi Selatan | AR (17) dan AF (14), dua remaja pengangguran, ingin membuktikan ke orang tua mereka bahwa mampu mendapat uang. Mereka pun menelusuri Medsos untuk mendapakan 'Jalan cepat mendapatkan uang. 

Mereka menemukan 'cara' di Platform Vidio; dan terobsesi dengan transaksi jual beli organ tubuh yang dilihat di internet serta tergiur untuk mendapatkan sejumlah uang.

Selanjutnya, AR dan AF menjembut ABG bernama Fadli. Korban dibunuh, dan rencananya, organ dijual organ tubuhnya. Yah, namanya juga 'penjahat pemula dengan nol pengalaman, mungkin mereka berpikir, sangat mudah menjual organ tubuh.'

Jejak digital menunjukan bahwa, kasus mengambil organ utuh untuk dijual, dilakukan pada saat korban masih segar, hidup, sehat; terjadi pada ruangan khusus. Organ yang diambil, langsung  atau dalam tempo singkat harus ditranspltasi ke penerima organ. 

Tak butuh lama, aparat Polisi Sulawesi Selatan menangkap AR dan AF.

---

Sisi lain dari kasus di atas adalah, "Begitu mudahnya korban mengikuti ajakan AR dan AF." Apakah mereka sudah berteman, saling mengenal, atau korban begitu polos serta lugu, sehingga nurut ketika diajak? Di sini, jelas ada semacam 'ketidakberdayaan' menolak ajakan; atau, memang korban tak memiliki kemampuan pertahanan diri yang memadai? Itu perlu ditelaah lebih lanjut oleh ahlinya.

Bisa jadi, kebanyakan anak-anak yang menjadi korban penculikan adalah mereka yang secara karakter kurang mampu membawakan dirinya di lingkungan, tidak bisa bilang tidak atau minimal dia lari menyelamatkan diri. Dan juga tak berdaya memecahkan masalah sehingga tidak bisa membantu diri sendiri.

Lalu, apa yang bisa, kita, khususnya orang dewasa atau orang tua, lakukan agar agar anak (anak-anak) terhindar dari pemkasaan ikut, penculikan, atau pun ntindak kejahatan lainnya? Sejumlah pakar Psikologi Anak, pada intinya menyampaikan bahwa

1. Sedini mungkin memberikan atau melakukan pembiasaan mekanisme pertahanan diri. Dalam artian, belajar mempertahankan diri mereka terutama pada saat (mau) diculik, terjadi atau mendapat kekerasan dari teman ataupun dari orang dewasa di sekitarnya

2. Melatih mekanisme pertahanan diri anak melalui kualitas pengasuhan yang positif

3. Memberi anak kesempatan atau 'membuak ruang' agar membentuk kemandirian

4. Pembiasaan agar berkembangnya kemampuan untuk mengeksplorasi kemandirian fisik, emosi, sosial, serta percaya diri untuk meredam ketidakberdayaan, sekaligus percaya diri menghadapi lingkungan


Selain hal-hal di atas, terutama di Perkotaan, yang tinggkat individulistik/s tinggi, sebisa mungkin orang tua berkoordinasi dan saling mengenal dengan misalny apara guru si anak (sekolah), sopir (dan keluarganya) antar jemput, petugas keamanan lingkungan, teman-teman anak (dan orang tuanya), bahkan orang-orang sekitar lingkungan sekolah (misalnya tukang parkir, pedagang kecil, dan lain-lain). Umumnya, meereka adalah orang-orang kelihatanya 'cuek,' namun sebenarnya para pemerhati serta informan yang sangat baik dalam banyak hal.

Di samping semuamya itu, untuk melengkapi anak (anak-anak) dalam rangka pertahanan diri serta sebisa mungkin lolos dari tindak kejahatan, maka perhatikan tip berikut

1. Sedini mungkin anak mengetahui nama dan alamat sendiri (dengan lengkap) nama lengkap orang tua (papa mama) dan adik-kakak (jika ada)

2.Memperkanalkan area lingkungan rumah (misalnyta nama jalan, gedung, jalur/rute kendaraan umum, RT/RW, dan lain-lain

3. Pembiasaan dan memperkenalkan tempat atau area publik (yang ramai) sebagai tempat pertama untuk melarikan diri seandainya telah menjadi korban. Misalnya, Terminal Bus, Kantor Polisi, Pos Security Perkantoran, Sekolah, Kampus, dan lain-lain

4. Melatih anak bepergian sendiri, sambil diawasi dari jauh

5. Tenang, tidak panik hadapi hal-hal menakutkan serta mencurigkan

6. Lengkapi dan hidupkan Layanan Lokasi pada HP atau pun perlengkapan sekolah (dalam tas)

7. Pada HP anak, lengkapi dengan nomor-nomor telpon penting; seting agar hanya dengan tekan 1 (satu) angka, sudah terhubung dengan nomor-nomor tersebut

8. Ada Lagi? Monggo tulis di Kolom Komnentar

Opa Jappy |Mantam Guru SD

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun