Atau pernahkah kau perhatikan saat saat gulungan awan indah terhampar di langit luas,
cantik bukan?
hiasan indah saat kau mengadahkan kepalamu ke langit
seringkali pula mereka membentuk apa yang pikiranmu inginkan
kemudian bergulung seakan tak peduli angin membawanya kemana
angin yang tak sopan itu membawanya melewati hamparan gurun yang luas
menari nari di sana dengan sangat menenangkan
namun jangan terlewat, angin juga membawanya melewati celah antara bukit yang sempit
memisah-misahkan mereka dengan seenaknya
sementang hukum alam telah mengatur keberadaannya
ia perlakukan sang awan dengan sangat tidak bijaksana
sementang awan yang terlalu rela
ia yang tak berperasaan
ia yang..
ah, itu bukan puisi cinta!
dan kau terlalu bepihak, tidak adil bagi angin
tidak adil bagaimana jelas anginlah sang tersangka, patut disalahkan
hah? kau tak sadar bagaimana segulungan awan jika mereka terus bersama
terikat kuat, mereka akan membuat gulungan hitam pekat
dengan cahaya sana sini
belum lagi suara yang mereka ciptakan
sontak semua pemilik mata pun tak berani memandang,
bersembunyi dan mengabaikan
jika bukan karena angin yang memisahkan mereka,
hal itu akan terus terjadi, menakutkan!
Kau harus kritis kawan!
siapa membuat mereka bersama terikat kuat?
siapa yang membawa mereka bergerak kalau bukan angin
bukankah lebih baik angin biarkan awan dengan ikhlasnya pergi kemana ia mau
tak perlu dia atur kemana arah yang ia tuju
biarkan awan dengan otoritasnya mengatur dengan saksama
betul tidak?
Kau kepahitan dengan angin!
Cari topik lain!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H