Mohon tunggu...
sastrabiru
sastrabiru Mohon Tunggu... GURU -

Pak Guru. kurang piknik, kelebihan ngopi.~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Aneksasi Ruang Tivi

3 September 2016   14:24 Diperbarui: 3 September 2016   14:40 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : http://static.rogerebert.com/

Obo', soerang perempuan tunawicara yang kemarin sempat saya singgung (di status facebook); kini sudah hampir seminggu beralamat di rumah kami, tentu karena maunya sendiri.

Karena kamar di rumah kami penuh, terpaksa ia harus tidur sendirian di ruang tivi, diatas tilam yang dilipat dua, dengan amben yang langsung menyentuh lantai.

Sayang, kehadiran Obo di rumah kami membawa perkara baru yang cukup mengundang perhatian kami sekeluarga.

*

Sebelum Obo' mulai tinggal di rumah kami, galibnya di saban malam, selepas Isya, seorang duda tua, --Om Ule kami menyapanya-- selalu giat bertandang ke rumah.

Ia selalu berpenampilan necis saat tiba di rumah. Rambut klimisnya selalu sama, tersisir rapi menyibak ke kanan. Jaket jeans kesayangannya setia membungkus badannya yang gempal. Kemejanya tak pernah dibiarkan menjulur keluar dari celana; Dan ia selalu mengenakan celana jeans dengan model cutbrai (cuprai) --celana yang jadi saksi fase-fase jayanya menaklukkan beberapa bunga desa, di masa mudanya di era 70-an.

Ia selalu tiba di waktu yang tepat dan selalu sama; 15-20 menit setelah sholat isya. Dan selamanya masuk melalui pintu dapur.

Saat tiba di rumah, barang pertama yang ia cari adalah remot tivi. Ketika remot tivi berada digenggagamannya, ia akan menekan tombol nomor 1 (satu) tanpa ragu-ragu. Seketika landskap tivi akan berganti serial tonil berjudul "Anak Jalanan". Setelah itu, jangan tanyakan dimana remot tivi berada. Antara menyelinap dibawah ketiak, atau mungkin di saku celana cutbrainya.

Darisitu pula ia jadi musuh bersama dua keponakan saya, Gafy & Alika, yang selalu terasingkan dari ruang tivi ketika ia tiba.

Setelah ritus pertama itu berhasil, kini giliran ia memangku badan di depan tivi menghabiskan tontonan "Anak Jalanan" kesukaannya, hingga kantuk membawanya di ujung malam untuk kembali ke gubuk kecilnya di bawah sebuah pohon duren, tempat ia menumpang tinggal di ladang milik tetangga.

Sudah hampir 2 (dua) tahun Om Ule menjadi penguasa di ruang tivi kami. Sejak tivi kami masih berbentuk tabung, hingga kini sudah diganti LED.

Karena di kamar saya ada tivi, maka saya tak terlalu ambil pusing dengan keberadaan Om Ule di ruang tivi yang kian hegemonik itu, duhhh...

*

Anomali; sebuah peristiwa tak lazim terjadi di ruang tivi pada suatu malam selepas isya, beberapa hari yang lalu.

Waktu itu Obo' sedang duduk masyuk menoton serial Turki kesukaannya, Utaran. Om Ule tiba dari pintu bagian dapur, tanpa salam, seperti biasa. Sesampai di ruang tivi, tak acuh dengan keberadaan Obo yang sedang serius memelototi adegan teatrikal Utaran, Om Ule memungut remot tivi yang ada disamping kiri Obo'. Tanpa rasa berdosa pula Om Ule memencet tombol nomor 1 (satu), menuju dunia "Anak Jalanan".

Gubrakkkk... #€¥>~{++=]<|

Obo' yang tersinggung dengan tingkah sok-sokkan dari Om Ule barusan, lantas mencak-mencak persis laku anak kecil yang minta di-tetek-in. Suasana ruang tivi berubah gaduh.
Obo' merasa Om Ule menganeksasi wilayah yang mulai ditempatinya dengan semena-mena, begitupun sebaliknya.

Pertunjukkan aneksasi ruang tivi pun tersaji. Situasi tarik-menarik remot tivi ini berlangsung alot, kira-kira dalam tempo 60 detik. Mengundang tegang sekaligus gelak tawa. Menyaksikan seorang tunawicara rebut-rebutan sebuah remot tivi dengan seorang duda tua berambut klimis. Persis laku Tom & Jery. Terserah kalian posisikan siapa Tom-nya dan siapa Jerry-nya.

Syukur, pertunjukkan aneksasi ini redah setelah terleraikan oleh tangan dingin Bapak. Om Ule mengalah. Obo' kembali melanjutkan tontonan Utaran-nya. Dan malam itu Om Ule pulang lebih cepat dari biasanya. Malam kelam yang belum berpihak pada duda tua ini.

Begitulah, setelah itu Om Ule pamit tanpa permisi-tanpa salam melalui pintu dapur tempat ia masuk sebelumnya. Dengan air muka yang masam bercampur geram, sempat ia membuang tatatapan tajam tepat ke wajah Obo'. Entah memberi sinyal suatu apa. Obo' tak acuh, melihat tatapan seorang duda yang barusan ia tumbangkan. Beghhhh...

Dalam batinnya yang dalam, Om Ule masih memendam geram tak tertahan. Betapa malam ini ia harus kembali ke gubuk kecilnya lebih cepat, menyisahkan utang satu episode "Anak Jalanan" yang terlewatkan percuma, menjadi sebuah benalu yang hanya akan mengganggu tidur nyenyaknya malam itu, mungkin hingga subuh.

Om Ule pun berjalan perlahan, melangkahkan kaki melewati jalan setapak menuju gubuk kecilnya yang sepi, melalui lorong malam yang temaram, diiringi nyanyian-nyanyian merdu manikulu (burung hantu) bernada sendu, juga ngiang-ngiang (jangkrik) yang sesekali melipur lara di dalam dadanya.

*

Dihari-hari berikutnya, tersiar kabar dari tetangga. Katanya Om Ule sudah punya tempat mangkal baru untuk ia melanjutkan episode-episode Anak Jalanan yang setia ia nanti-nantikan tak sabar di saban malam. Kali ini ruang tivi milik pak Imam di sampin rumah. Rumah yang juga dulunya pernah Obo' tempati.

Hihihi...

Sekalipun Obo' jadi penguasa baru di ruang tivi kami, setidaknya ia lebih tolerir terhadap kedua ponakan saya. Dan tentu, dengan mulai tak munculnya Om Ule disaban malam, Gafy & Alika kini bisa menikmati acara-acara tivi kesukaan mereka disela-sela iklan tontonan kesukaan Obo', Utaran.

Adieu, Om Ule... Gracias, Obo', teriak Gafy & Alika.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun