Mohon tunggu...
sastrabiru
sastrabiru Mohon Tunggu... GURU -

Pak Guru. kurang piknik, kelebihan ngopi.~

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen] Aneksasi Ruang Tivi

3 September 2016   14:24 Diperbarui: 3 September 2016   14:40 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : http://static.rogerebert.com/

Karena di kamar saya ada tivi, maka saya tak terlalu ambil pusing dengan keberadaan Om Ule di ruang tivi yang kian hegemonik itu, duhhh...

*

Anomali; sebuah peristiwa tak lazim terjadi di ruang tivi pada suatu malam selepas isya, beberapa hari yang lalu.

Waktu itu Obo' sedang duduk masyuk menoton serial Turki kesukaannya, Utaran. Om Ule tiba dari pintu bagian dapur, tanpa salam, seperti biasa. Sesampai di ruang tivi, tak acuh dengan keberadaan Obo yang sedang serius memelototi adegan teatrikal Utaran, Om Ule memungut remot tivi yang ada disamping kiri Obo'. Tanpa rasa berdosa pula Om Ule memencet tombol nomor 1 (satu), menuju dunia "Anak Jalanan".

Gubrakkkk... #€¥>~{++=]<|

Obo' yang tersinggung dengan tingkah sok-sokkan dari Om Ule barusan, lantas mencak-mencak persis laku anak kecil yang minta di-tetek-in. Suasana ruang tivi berubah gaduh.
Obo' merasa Om Ule menganeksasi wilayah yang mulai ditempatinya dengan semena-mena, begitupun sebaliknya.

Pertunjukkan aneksasi ruang tivi pun tersaji. Situasi tarik-menarik remot tivi ini berlangsung alot, kira-kira dalam tempo 60 detik. Mengundang tegang sekaligus gelak tawa. Menyaksikan seorang tunawicara rebut-rebutan sebuah remot tivi dengan seorang duda tua berambut klimis. Persis laku Tom & Jery. Terserah kalian posisikan siapa Tom-nya dan siapa Jerry-nya.

Syukur, pertunjukkan aneksasi ini redah setelah terleraikan oleh tangan dingin Bapak. Om Ule mengalah. Obo' kembali melanjutkan tontonan Utaran-nya. Dan malam itu Om Ule pulang lebih cepat dari biasanya. Malam kelam yang belum berpihak pada duda tua ini.

Begitulah, setelah itu Om Ule pamit tanpa permisi-tanpa salam melalui pintu dapur tempat ia masuk sebelumnya. Dengan air muka yang masam bercampur geram, sempat ia membuang tatatapan tajam tepat ke wajah Obo'. Entah memberi sinyal suatu apa. Obo' tak acuh, melihat tatapan seorang duda yang barusan ia tumbangkan. Beghhhh...

Dalam batinnya yang dalam, Om Ule masih memendam geram tak tertahan. Betapa malam ini ia harus kembali ke gubuk kecilnya lebih cepat, menyisahkan utang satu episode "Anak Jalanan" yang terlewatkan percuma, menjadi sebuah benalu yang hanya akan mengganggu tidur nyenyaknya malam itu, mungkin hingga subuh.

Om Ule pun berjalan perlahan, melangkahkan kaki melewati jalan setapak menuju gubuk kecilnya yang sepi, melalui lorong malam yang temaram, diiringi nyanyian-nyanyian merdu manikulu (burung hantu) bernada sendu, juga ngiang-ngiang (jangkrik) yang sesekali melipur lara di dalam dadanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun