kata Dr dr. Bernie E. Medise, Sp.A(K), MPH, dokter spesialis tumbuh kembang anak.
Coba bayangkan, anak ketika dewasa ternyata jadi depresi. Gara-gara waktu masih kecil, dia kesusahan mengekspresikan emosinya sendiri. Kasihan kan ya?
Maka, kalau mau anak kita mendapatkan indikator tumbuh kembang yang baik, perkembangan aspek sosial emosional tidak boleh sampai terlewatkan.
Tantangan dari Optimasi Aspek Sosial Emosional
Menyediakan Lingkungan
Persoalannya, menyediakan lingkungan yang mengoptimasi aspek sosial emosional itu juga kadang-kadang menguras kesabaran. Bayangkan, orang tua sudah susah payah memberikan proteksi (seperti imunisasi, dan kesiagaan berkonsultasi ke dokter jika mengalami sakit).Â
Selain itu, lingkungan yang optimal juga dipengaruhi faktor stimulasi dari orang tua anak. Stimulasinya dilakukan orang tua dengan memberi contoh untuk ditiru anak. Lalu, anak dilibatkan dalam diskusi untuk membuat keputusan keluarga.Â
Anak dihargai perasaannya, sehingga anak jadi empati kepada orang lain. Karena anak juga merasakan sendiri bahwa perasaannya sendiri dihargai.
Stimulasi ini harus dilakukan berulang-ulang, sehingga ayah dan ibu harus sabar. Karena tujuan akhir dari stimulasi yang repetitif ini memang untuk mendapatkan indikator tumbuh kembang yang baik.
Lingkungan yang suportif bagi anak juga dipengaruhi nutrisi yang dikonsumsi anak itu. Awalnya, nutrisi ini memasuki saluran cerna anak. Di dalam saluran cerna, nutrisi ini mempengaruhi mikrobiota saluran tersebut.Â
Akibatnya, mikrobiota akan mempengaruhi reaksi dinding saluran cerna. Reaksi dinding saluran cerna ini akan mengirim sinyal, melalui saraf-saraf menuju otak anak. Reaksi dinding ini juga mengirim sel-sel imunitas, yang tentu akan mempengaruhi otak.Â
Bagian otak yang terpengaruh akan menjadi aktif, termasuk juga bagian otak yang menjalankan fungsi emosi. Jadi, kecerdasan otak anak dalam mengolah emosi itu ternyata juga ditentukan nutrisi yang dimakannya. Karena nutrisi yang tepat, mengarah pada sistem pencernaan yang sehat.
Tentu berat bagi orang tua, kalau menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan anak itu harus dikerjakan sendirian. Ini sebabnya pengasuhan yang ideal untuk perkembangan ini lebih baik jika dijalankan dengan prinsip kerja sama. Istilahnya, pengasuhan kolaboratif.