Perkembangan sosial emosional adalah salah satu aspek dari tumbuh kembang anak.
Ada dua macam unsur dalam perkembangan sosial emosional ini. Pertama, perkembangan anak dalam mengelola emosi. Kedua, perkembangan anak dalam membuat relasi dengan orang lain.
Dan ternyata, masa transisi pandemi menuju endemi ini lumayan unik bagi sebagian anak. Sebab, perkembangan sosial emosional ini jadi tantangan buat anak, gara-gara transisi itu sendiri.
Masa Transisi Pandemi Mempengaruhi Perkembangan Sosial Emosional
Memangnya ada apa dengan masa transisi pandemi? Yah, masa transisi pandemi itu perpindahan situasi, dari pandemi menjadi endemi.
Tapi, buat seorang anak yang usianya masih kecil, transisi ini juga berarti perpindahan situasi lho. Tepatnya, situasi yang semula di rumah saja, berubah menjadi situasi bisa berkegiatan dengan orang lain di luar rumah.
Bagi anak kecil, ternyata situasi yang baru ini memaksanya menyesuaikan diri. Karena, ada hal-hal anyar yang belum pernah dia bayangkan sebelumnya.
Misalnya kenalan dengan teman yang baru. Selain itu, dia harus berinteraksi dengan teman baru itu.
Namun ternyata, si anak belum tentu cocok dengan teman baru ini. Bergaul dengan teman baru mungkin akan membuatnya mengalami emosi. Baik itu emosi positif (senang) atau emosi negatif (sebal).
Kalau anak salah mengekspresikan emosinya, mungkin dia akan berkonflik dengan teman barunya. Akibatnya dia bisa jadi stres.
Dan semua stres ini karena dia baru pertama kali mengalami ini. Padahal selama dia di rumah saja selama pandemi, dunia nampak “baik-baik saja” baginya. Mengapa transisi ini begitu menyusahkan?