4) Bahwa nasehat panjang itu justru disampaikan dalam bentuk email, padahal bisa disampaikan langsung ketika mereka menginap lama di sana Â
Sahabat saya, saking terganggunya atas email itu, akhirnya memijit tombol Spam. Berharap Google akan memblokir alamat email kakak iparnya itu supaya tidak sampai mengiriminya email lagi.Â
Dia tidak bicara kepada suaminya bahwa dia keberatan, karena dia tidak mau memaksa suaminya memilih antara dirinya dan kakaknya.
***
Menurut saya, hablum minannas yang paling sulit itu bukan berhubungan dengan tetangga sebelah rumah, dengan kolega, dengan petugas kelurahan yang suka minta sogokan, bukan juga dengan netizen antah-berantah yang suka nyamber tweet saya dengan julid. Menurut saya sih, hablum minannas yang paling susah itu adalah berhubungan dengan keluarga sendiri.
Menasehati menjadi salah satu hal yang dianjurkan dalam hablum minannas, karena itu yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW. Saling menasehati dalam kebaikan. Tapi saya setuju bahwa anjuran ini jangan ditelan mentah-mentah.
Contoh kecil saja, bagaimana sahabat saya merasa dihakimi karena kakak iparnya menuduh suaminya tidak mau mencari pekerjaan seperti suami kakak iparnya. Iparnya ini sepertinya lupa bahwa suaminya itu pegawai kantoran, sedangkan suami sahabat saya ini lebih bahagia memiliki usaha sendiri daripada jadi karyawan.Â
Iparnya mengukur kebahagiaan orang lain berdasarkan standarnya sendiri, padahal standar tiap orang beda-beda. Bisa dimengerti karena iparnya tidak tahu apa yang diinginkan oleh suami sahabat saya. Dia tidak tahu karena dia memang tidak pernah mengobrol dengan si adik, bahkan meskipun adiknya tinggal berhari-hari di rumahnya. Dia tidak pernah mengobrol karena.. yaa, silakan baca lagi penyebabnya di atas.
Padahal kalau mereka saling mengobrol, saling mendengarkan, alias tabayyun, tentu si ipar tidak akan berburuk sangka akan pilihan hidup adiknya, apalagi sampai mengirimi surat email yang bernada menggurui.
Mengungkapkan suatu nasehat juga sebetulnya ada tekniknya. Kata-kata yang dipilih harus bernada lembut, juga disampaikan dengan cara yang lembut. Memilih menasehati melalui email padahal ada banyak kesempatan untuk mengobrol ketika tamu-tamu ini menginap di rumahnya sebetulnya merupakan sifat yang kasar, kalau bukan disebut pengecut karena tidak berani menghadapi reaksi orang yang dinasehati.
Dan sahabat saya sungguh terganggu dengan copas-an ayat-ayat di email itu, karena begini, "Dalam keadaan normal, kamu papasan dengan sodaramu di ruang makan, apakah kamu akan membuka percakapan dengan ayat al Qur'an? Memangnya dia itu siapa, ustadzah kemaren sore?"