Mohon tunggu...
vicky aurelia
vicky aurelia Mohon Tunggu... Editor - Pelajar

Halo!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Among Us dan Globalisasi? Apa Hubungannya?

12 November 2020   22:01 Diperbarui: 21 Februari 2021   09:49 679
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah sendiri dengan Photoshop.

Seringkah kalian mendengar seseorang ditegur dengan kata-kata “kamu ini, selalu saja bermain handphone!”

Memang di era teknologi ini, semuanya dihubungkan dengan gadget yang kita miliki. Mau laptop ataupun smartphone, dari Android sampai ke Apple, kotak berlayar kaca tersebut dapat dikatakan merupakan jendela untuk melihat dunia. Dunia yang begitu luas dan penuh akan kebudayaan, apa gunanya bila tidak dijelajahi?

“Fenomena dunia berwajah banyak,” sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan keterkaitan antarbangsa dan antarmanusia di seluruh dunia. Itulah globalisasi.

Saat memikirkan tentang hubungan antarbangsa, pastinya ada interaksi antar budaya, ekonomi, politik, dan masih banyak lagi. Interaksi ini dapat dilakukan tanpa dihalangi oleh batas negara ataupun geografi. 

Lihat saja, saat mengadakan rapat pun, kami dapat berbincang-bincang dengan teman-teman kami dari negara yang berbeda. Semuanya ini dapat berlangsung oleh karena teknologi yang mendukung. Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, proses globalisasi pun berlangsung dengan semakin cepat.

Dalam bidang ekonomi, globalisasi juga merupakan hal yang penting. Salah satu tujuan globalisasi di bidang ekonomi, khususnya di Indonesia, adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh, mempromosikan restoran cepat saji lewat media massa, dan media elektronik juga dapat dikategorikan sebagai globalisasi ekonomi. Karena globalisasi, makanan ataupun barang yang sebelumnya tidak ada di suatu negara, pun dapat disediakan dari negara asalnya.

Sejak masa reformasi, Indonesia sudah berupaya untuk melaksanakan demokrasi yang sesungguhnya. Dari tahun ke tahun, berbagai partai politik dengan cita-citanya masing-masing semakin bertumbuh di tanah air. Lalu, bagaimana pengaruh globalisasi? Dengan teknologi informasi lewat media massa, kita dapat belajar dan mengambil hal-hal baik dari negara asing untuk dapat menyempurnakan demokrasi yang sedang dibangun saat ini. Maka, globalisasi dapat dikatakan juga berpengaruh pada bidang politik.

Selain itu, globalisasi budaya juga meningkatkan kontak lintas budaya. Dengan adanya peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan media massa, kami kini dapat mengenal kebudayaan dari negara-negara tetangga. Di bidang musik, lagu-lagu asing dapat dengan mudah masuk dan diterima oleh masyarakat Indonesia. Bahkan tayangan-tayangan televisi saja kini sudah berasal dari berbagai belahan dunia. Tak heran bila drakor atau drama korea kini begitu digemari oleh masyarakat Indonesia.

Terdapat sebuah aplikasi yang sedang trending akhir- akhir ini. Sebuah permainan dimana terdapat seorang atau lebih impostor, yaitu seseorang yang memalsukan pekerjaannya dari para crewmate atau pekerja. Aplikasi ini dikenal dengan nama Among Us.

Loh, apa hubungannya Among Us dengan globalisasi?

Among Us dan Globalisasi sebenarnya ada sedikit kemiripan. Globalisasi bila dilihat secara sekilas, tentunya membawa dampak yang positif. Dengan berinteraksi dengan seseorang yang berasal dari negara yang berbeda, pastinya kami dapat belajar satu dua hal yang berguna untuk masa depan Indonesia. Sangat menguntungkan, bukan?

Akan tetapi, globalisasi pun ada sisi impostor-nya. Dengan globalisasi, kita dapat saling bertukar budaya dengan mudah. Awalnya mungkin biasa saja karena belum berdampak banyak, namun saat kebudayaan barat dan yang sekarang sedang panas-panasnya yaitu budaya Korea Selatan mulai memuncak, dapat menyebabkan berkurangnya rasa cinta tanah air.

“Kita harus berani menerima era keterbukaan sejagad. Akan tetapi, kita tidak boleh kehilangan persatuan dan persaudaraan,” kata Bapak Jokowi.

Oleh karena itu, saya ingin mengajak kami semua untuk berpikir kritis. Masalah yang kami hadapi saat ini bukanlah perang besar-besaran ataupun terorisme. Masalah yang generasi kini harus hadapi adalah hilangnya rasa cinta tanah air.

Indonesia sedang dalam keadaan kritis. Ia kehilangan rakyatnya yang rindu akan persatuan dan kesatuan. Semakin banyak budaya yang masuk ke Indonesia, semakin jati diri negara kami hilang. Masa kita biarkan begitu saja?

Di era digital ini, semua hal dapat dicapai dengan mudah. Namun, hal itulah yang menjadi tantangan bagi kami. Dengan adanya begitu banyak teknologi canggih di sekitar kita, manusia dapat dengan mudah digantikan oleh robot. Teknologi semakin canggih, manusia semakin malas. Manusia semakin malas untuk berpikir, berinovasi, dan pada akhirnya robot-lah yang menguasai dunia ini.

Apa yang dapat kita lakukan bila pekerjaan kita nanti direbut oleh sebuah robot? Robot begitu sempurna. Ia dapat melakukan segala hal dengan cepat dan tepat. Sedangkan, manusia masih melakukan human error. Selain itu, biaya produksi robot jauh lebih murah bila dibandingkan dengan upah tenaga kerja biasa. Kalau begitu, pengusaha akan mempekerjakan robot atau manusia?

Jadi, terdapat dua poin penting yang ingin saya diskusikan. Yang pertama, bagaimana cara mencegah kehilangannya jati diri negara kami? Yang kedua, apa yang dapat membedakan kami dari robot yang sempurna itu?

Jawabannya sederhana. Saya mengajak sobat-sobat semua untuk gemar membaca. Loh, kok membaca? Membaca adalah kunci untuk menghadapi tantangan dan halangan bangsa untuk ke depannya. Dengan gemar membaca, ilmu pengetahuan dan informasi-informasi baru tentang dunia dapat diserap.

Saya bangga akan Indonesia yang kaya akan kebudayaan. Namun, jati diri Indonesia sedang terancam. Seseorang harus mempunyai prinsip dan nilai agar tidak terjerumus arus globalisasi. Seorang warga negara Indonesia sudah seharusnya berpegang kepada ideologi dan prinsip negaranya sendiri. Dengan banyak membaca mengenai beragam kebudayaan tanah air, kami dapat merasa bangga akan Indonesia yang kaya ini.

Jadi, untuk menjawab poin yang pertama, setiap individu harus berpegang kepada ideologi dan prinsip negaranya sendiri agar jati diri tanah air tidak hilang. Ia harus merasa bangga akan negaranya sendiri dan semua itu dimulai dari membaca.

Sebuah buku dapat membawa begitu banyak pengetahuan. Sebuah majalah dapat memberikan ide-ide terbaru. Sebuah artikel dapat membuat kami paham akan situasi dunia saat ini. Semua itu harus diperoleh dengan membaca.

Membaca berarti berusaha untuk memahami sebuah karya tulis. Setelah memahami teks tersebut, seseorang akan mencoba mencari tahu lebih akan hal yang ia anggap menarik. Rasa keingintahuannya meluap-luap, kerinduannya untuk belajar suatu hal yang baru begitu kuat. Setelah menemukan apa yang ia cari, ia akan berusaha untuk meluangkan ide-ide dan inovasi terbaru dalam sebuah tanggapan mengenai teks yang ia baca. Hanya dengan membaca, begitu banyak inovasi dan ide-ide kreatif yang dapat dituangkan dari seseorang.

Itulah yang membedakan manusia dari robot. Manusia diberi akal budi dan pemikirannya sendiri. Dengan ide-ide kreatif dan inovasi terbaru, manusia akan lebih unggul daripada sebuah robot yang sempurna namun tak berakal.

Jadi, untuk menjawab poin yang kedua, setiap individu harus meluangkan ide-ide kreatif dan inovasi terbaru agar dirinya tidak digantikan oleh sebuah robot yang tidak berakal. Ia harus membuat dirinya lebih unggul dibandingkan robot dan semua itu dimulai dari membaca.

Pak Jokowi berkata,“membacalah dan bangsa ini akan terhindar dari buta karena ketidaktahuan.”

Ingat ya, membaca tidak harus dari buku. Dengan membuka ponsel kami untuk membaca artikel harian terbaru pun sudah terhitung membaca. Di era digital ini, kami dapat memanfaatkan setiap teknologi canggih yang sudah disediakan. Sudah banyak aplikasi yang menyimpan buku-buku digital seperti di perpustakaan biasa. Sudah seharusnya kami memanfaatkan IPTEK dengan semaksimal mungkin.

Maka, untuk melawan dampak negatif globalisasi, saya mengajak sobat-sobat semua untuk gemar membaca. Saat Indonesia sedang dalam keadaan kritis karena kehilangan jati dirinya, setiap individu harus berpegang kepada ideologi dan prinsip negaranya sendiri. Saat teknologi semakin canggih dan manusia pun tertinggal, setiap individu harus meluangkan ide-ide kreatif dan inovasi terbaru agar dirinya tidak digantikan oleh sebuah robot yang tidak berakal. Dan semua itu dimulai dari membaca.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun